Mohon tunggu...
Rahafiny Pusparini
Rahafiny Pusparini Mohon Tunggu... Mahasiswa - A Student of Russian Studies

Think, then write.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Feminisme: Pembangkang Pria?

8 Januari 2022   01:04 Diperbarui: 8 Januari 2022   01:31 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image source: popbela.com

Thread ini cukup menarik, karena sang pemilik akun membagikan berbagai resep masakan yang menginspirasi untuk bekal suaminya. Banyak yang memberikan komentar positif dan mendukungnya. Namun, tidak disangka-sangka, thread ini malah menuai pro dan kontra. 

Ada yang berpendapat bahwa sang istri tidak perlu melayani suaminya sampai seperti itu, karena lelaki tidak berhak mendapat perlakuan yang mereka anggap berlebihan tersebut. Padahal, membuatkan bekal untuk suami merupakan bentuk perhatian dan rasa sayang terhadap pasangan.

Image source: popbela.com
Image source: popbela.com

Image source: m.kaskus.co.id
Image source: m.kaskus.co.id

Selanjutnya, dalam hubungan percintaan, umumnya hanya lelaki saja yang dituntut untuk menyatakan cintanya terlebih dahulu, sedangkan perempuan dianggap tidak layak untuk memulai. Jika ada perempuan yang melakukan itu, malah dianggap agresif dan menjatuhkan harga dirinya. Padahal, tidak ada salahnya jika perempuan menyatakan perasaannya, apalagi tidak ada konsep yang mengatakan bahwa semua hal harus dilakukan oleh laki-laki.

Peristiwa semacam ini masih seringkali terjadi. Orang-orang yang mengaku feminis, tetapi tidak menerapkan nilai-nilainya dengan baik. 

Perlu diingat bahwa, feminisme itu untuk mencapai kesetaraan, untuk mendapatkan kesempatan dan hak yang sama dengan laki-laki, bukannya malah ingin berada di atas laki-laki. 

Bahkan, dalam pandangan Islam pun perempuan dan laki-laki ditempatkan pada posisi yang sejajar di hadapan Tuhan. Sebab walau bagaimanapun, keduanya dianugerahkan keistimewaan serta diberi peran dan tanggung jawab masing-masing. Jadi, kita perlu memahami dulu konsepnya. Sebagai manusia sudah seharusnya kita saling menghargai, apapun gendernya. 

Dengan banyaknya peristiwa yang sudah terjadi ini seharusnya dapat mengubah cara berpikir kita menjadi lebih terbuka dan lebih peka terhadap keadaan di sekitar. 

Hal ini akan memberikan dampak positif bagi pandangan kita agar lebih kritis terhadap sesuatu, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun