Mohon tunggu...
Rahadi
Rahadi Mohon Tunggu... Guru - Ikhlas Sabar Tawakal

Rahadi pekerjaan guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Koin untuk Irfan

23 Oktober 2021   08:43 Diperbarui: 23 Oktober 2021   08:44 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa menyayat hati terjadi di rumah sederhana pasangan Pak Dori dan Ibu Turi. Bagaimana tidak tersentuh hatinya orang yang melihat keadaan pasangan keluarga itu. Pak Dori bekerja sebagai buruh, sedang istrinya tidak bekerja. Rumah tempat tinggalnya tergolong tidak layak. Ditambah lagi beban harus menghidupi empat anak yang masih kecil-kecil. Penderitaan  keluarga itu bertambah lagi karena sudah hampir sebulan anak kedua dari empat anaknya sedang terbaring sakit di dipan beralaskan tikar. Sesekali Irfan merintih menahan sakitnya. Sebenarnya Irfan sekolah kelas tiga sekolah dasar di kampungnya. Namun karena sakit maka dia tidak masuk sekolah.

Pada saat istirahat, di teras kelas sekolahnya teman-temannya membicarakan Irfan yang sudah dua minggu tidak masuk sekolah. "Ton, kamu tahu kenapa Irfan tidak masuk sekolah ? Kamu kan tetangganya !" tanya Nisa kepada Tono. " Irfan sakit, Sa," jawab Tono. " Sakit apa ya ?" sambung Ratmi, sambil duduk makan es."Tidak tahu sih, tapi aku pernah mendengar, dia lagi nangis kesakitan, " jawab Tono. " Kawuslah ! Dia kan sering nakal, pantaslah kalau sakit, " kata Roni, yang sejak tadi mendengarkan. " Hai, Ron ! Kamu nggak boleh ngomong begitu ! " bentak Ratmi. "Benar teman-teman, bagaimanapun juga Irfan teman kita, kalau dia sakit, kasihan kan," tukas  Nisa kepada teman-temannya.

Saat Nisa dan teman-teman sedang bicara tentang Irfan, tiba-tiba bu guru kelas tiga datang." Waduh lagi pada bicara apa nih?" tanya bu guru. Buru-buru Nisa menjawab" Begini, Bu. Kami sedang membicarakan teman kita, Irfan. Kata Tono, dia sedang sakit. Apa benar, bu?" Bu Guru tidak langsung menjawab, tetapi mengajak anak-anak masuk kelas karena bel istirahat telah habis.

Di dalam kelas, setelah mengecek semua siswa duduk dengan tenang, bu guru menyampaikan tentang sakitnya Irfan. Menurut bu guru, barusan ibunya Irfan ke sekolah. Ibunya menceritakan tentang sakitnya Irfan. Dia sudah lebih dari sebulan menderita sakit. Setelah dibawa ke puskesmas, menurut keterangan dokter, Irfan harus dioperasi. Irfan menderita sakit hernia. Menurut keterangan ibunya sakitnya sudah cukup parah. Namun ibunya bingung, karena tidak punya biaya.

" Begini bu guru, bagaimana kalau kita bantu Irfan," ungkap Nisa kepada bu guru." Nisa benar bu. Kita mesti bantu Irfan, kasihan kan," tungkas Ratmi, ikut angkat bicara." Ahh, ngga usah bu, dia kan sering nakal," sahut Roni, memotong pembicaraan Ratmi." Benar bu, biarkan dia sakit," sahut Tono mendukung pendapat Roni." Tono, Roni! Jangan begitu dong. Irfan kan teman kita, kasihan kan," bentak Nisa." Benar apa kata teman-teman kamu, Tono, Roni. Irfan memang butuh bantuan, cuma caranya bagaimana? "ungkap bu guru.

Suasana kelas menjadi hening sejenak. Terlihat semua anak sedang berpikir keras mencari jalan keluar dari persoalan Irfan. Tiba-tiba Nisa angkat bicara," Begini, bu. Kita kumpulkan sumbangan dari teman-teman, seperti yang di film Ipin Upin waktu menolong Ijat yang rumahnya kebakaran, " kata Nisa penuh semangat. " Benar, bu. Kita buat koin untuk Irfan! Bagaimana bu?" sahut Ratmi mendukung." Baik anak-anak, usul Nisa dan Ratmi sangat bagus. Saya tanyakan kepada kalian semua. Apakah kalian setuju dengan usul Nisa dan Ratmi?" tanya bu guru." Setuju, bu! "jawab seluruh siswa dengan kompak." Kalau begitu, saya serahkan kepada Nisa dan Ratmi untuk memimpin aksi ini. Bagaimana Nisa, Ratmi?" tanya gurunya." Siap, Bu! "jawab Nisa dan Ratmi kompak.

Setelah jam pelajaran selesai, Nisa mengumpulkan teman-temannya. Nisa membentuk tim yang terdiri dari empat anak. Nisa, Tono, Roni dan Ratmi. Mereka sepakat menunjuk Nisa menjadi ketua.

Dengan menggunakan kaleng bekas yang diberi tulisan koin untuk Irfan, mereka menghimpun dana sumbangan. Sebelum melaksanakan aksinya, Nisa bersama timnya minta ijin kepada kepala sekolah untuk mengumumkan ke tiap kelas. Kepala sekolah menyambut baik dan mengijinkan.

Setelah mendapat ijin kepala sekolah, Nisa dan temannya langsung minta ijin ke guru kelas minta waktu tiga menit untuk mengumumkan besok anak-anak supaya membawa uang sumbangan untuk membantu Irfan. Nisa dan temannya sangat senang karena semua guru mendukung aksinya.

Pada hari berikutnya, Pagi hari sebelum jam masuk sekolah Nisa dan temannya masuk kelas dengan membawa kaleng bertuliskan koin untuk Irfan. Aksi dimulai dari kelas I, II sampai kelas terakhir yaitu kelas VI. Aksi dihentikan ketika bel sekolah berbunyi tanda masuk.

"Teman-teman, karena bel masuk sekolah sudah berbunyi, kita teruskan nanti setelah istirahat. Bagaimana? "tanya Nisa sambil membopong kaleng yang kelihatan agak berat. "Ya, kita kan harus belajar dulu. Bagaimana teman-teman? "jawab Ratmi."Oke, setuju !!!" sahut Tono dan Roni. Nisa dan teman-temannya masuk kelas untuk mengikuti pelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun