Mohon tunggu...
Rahadi
Rahadi Mohon Tunggu... Guru - Ikhlas Sabar Tawakal

Rahadi pekerjaan guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memaafkan

2 September 2021   11:44 Diperbarui: 2 September 2021   11:56 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pak Guru ! Pak Guru ! Pak Guru ! " Begitu terdengar teriakan anak kecil memanggilku. Akupun menoleh ke arah datangnya suara. Oh ternyata Putri siswa kelas I di sekolah tempatku mengajar. Sambil setengah berlari Putri menghampiriku. Dia menyodorkan tangan kanan meminta jabat tangan. Buru-buru aku jabat tangannya sambil bertanya, " Ada apa Putri ? Kelihatannya ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan ? " 

"Benar, Pak Guru, itu di kelas ada anak berkelahi ! " jelas Putri.

"Siapa Putri ? "

"Anton sama Budi "

"Kenapa mereka berkelahi ? "

"Tidak tahu, Pak, ketika aku masuk kelas mereka sudah berada di dalam kelas. Ayo, Pak, kita lerai, " ajak Putri sambil menarik tanganku menuju ruang kelas.

Benar apa yang diceritakan Putri. Terlihat Anton wajahnya memerah butiran keringat berjatuhan dari keningnya membasahi lengan bajunya. Matanya melotot seakan tak berkedip mamandang tajam wajah Budi. Kedua lengan tangannya lurus kuat ke bawah dan kedua telapak tangan mengepal kenceng seolah mempertahankan benda yang tak boleh lepas. Kedua kakinya bertumpu kuat, berdiri agak condong seolah perilaku pemain kuda lumping yang sedang kesurupan. Sementara Budi terlihat duduk diam di kursinya. Air matanya mulai keluar, sesekali telapak tangannya mengelap cairan yang membasahi wajahnya. Sedang teman-temannya ada yang berdiri ada juga yang duduk mengerumuni mereka.

Begitu sampai di pintu kelas kuucapkan salam, "Assalamu alaikum wr wb. "

" Wa alaikum salam wr wb, " jawab anak-anak kelas I kompak kecuali Anton dan Budi yang tidak menjawab salam.

" Ada apa ini ? " tanyaku sambil mendekati Anton yang terlihat masih tegang.

" Ini Anton sama Budi mau berkelahi ! " jawab beberapa anak secara bersamaan.

Melihat kondisi Anton yang sedang dipuncak kemarahannya, secara reflek kedua tanganku merangkul Anton dan ku angkat tubuhnya ku bawa keluar ruang sambil berpesan agar anak-anak tunggu di dalam kelas. " Iya, Pak Guru ! " ucap anak-anak serempak.

" Kenapa kamu Anton ? Kelihatannya kamu marah banget sama Budi ? " tanyaku sambil terus membopong Anton ke luar kelas.

" Tadi Budi menendang kakiku ! " jawab Anton.

" Terus kamimu luka tidak ? "

" Tidak ! "

" Sekarang masih sakit " 

" Tidak ! " 

Melihat tangan dan kaki Anton sudah tidak tegang lagi, maka kuturunkan tubuh Anton pelan-pelan sambil bertanya, " Anton, kamu pengin dapat pahala ? "

" Pengin Pak ! " 

" Kamu pengin masuk surga ? "

" Pengin Pak ! "

" Nah kalau kamu pengin dapat pahala dan kelak masuk surga, maka kamu harus memafkan Budi ! Kamu mau memaafkan Budi ? "

" Mau Pak ! "

" Nah, sekarang kita masuk kelas, nanti kamu beri maaf Budi ! " kataku sambil merangkul Anton menuju ruang kelas.

Didepan kelas terjadilah pemandangan yang mengharukan, Budi dengan iklhas meminta maaf kepada Anton dan Antonpun dengan rela memberi maaf. Keduanya saling bersalaman dan berpelukan. Dan teman-temannya memberi plos tepuk tangan yang meriah.

" Nah anak-anak sekarang dengarkan pesan Pak Guru. Siapa yang pengin selalu dapat pahala ? "

" Saya ! " jawab anak-anak serempak.

" Siapa yang kelak pengin masuk surga ? "

" Saya ! "

" Nah kalau kalian pengin dapat pahala dan masuk surga, maka tirulah Anton dan Budi. Kalau kita bersalah maka jangan malu untuk meminta maaf, dan kita harus senang memberi maaf. "

" Ya, Pak Guru, " jawab anak-anak kompak.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun