Sistem penagihan ticket saat itu masih menggunakan jasa kondektur yang berlalu lalang di setiap gerbong meminta bukti Ticket pembelian KAI Commuter, teringat jelas saat ada petugas kondektur datang dengan irama "cekrek-cekrek" nya yang khas memainkan alat penanda ticket di tangan nya, menandakan jika para penumpang harus menyiapkan ticket kereta mereka, lalu segenap penumpang pun langsung menyiapkan mengeluarkan ticket yang sudah di beli dan Baba karena sudah terbiasa dengan keadaan ini selalu mengucap "abu pak" istilah lain dari abudemen bulanan sembari menunjukan KTB (Kartu Trayek Bulanan) padahal sebenarnya Baba hanya sesekali berlangganan abudemen KAI dan saat hendak keluar area kereta pun Baba hanya menunjukan kartu abudemen nya kereta yang sudah kadaluarsa, hal ini sangat tidak baik ya teman-teman dan bukan untuk ditiru.
- Naik dari Stasiun Pondok Cina, beli ticketnya di Stasiun Cilebut
Karena dulu sistem ticketing nya masih menggunakan kertas dan penjagaan nya pun masih belum seperti sekarang, maka banyak para penumpang yang melakukan trik ini alih-alih membeli ticket di stasiun awal mereka lebih memilih untuk membeli ticket di Stasiun sebelum tujuan akhir dengan turun dulu dan membeli ticket di stasiun tersebut lalu naik kembali otomatis tarif yang dibayar pun jadi lebih murah. Karena saat itu untuk dapat masuk ke area Stasiun cukup banyak titik-titik yang tidak adanya penjagaan sehingga banyaknya penumpang yang masuk lewat titik tersebut.
Transformasi KAI Commuter
Di tahun 2009 saat Baba mulai mendalami dunia kerja, Baba pun masih harus bercengkrama dengan KAI Commuter, karena sulitnya mencari pekerjaan di daerah kelahiran Baba di Bogor tercinta memaksa Baba mencari pekerjaan di Ibu kota dan di saat itu juga KAI sudah mulai melakukan transformasi yang pastinya membuat KAI Commuter menjadi lebih baik, mulai dari menambah penjagaan di titik masuk liar, lorong ticket sehingga para penumpang liar mulai berkurangan dan memperbaiki sistem ticket menjadi lebih baik, menambah kelas Ekonomi AC dengan fasilitas kereta Express namun kereta ini berhenti di setiap stasiun dengan harga yang lebih murah dari tarif kereta Express sehingga memberi kesempatan untuk para penumpang kelas Ekonomi merasakan fasilitas kelas Express, mulai melarang para penumpang "Bonek" dengan memasang tiang penghalang di atas Stasiun bahkan sampai menyemprot para penumpang "Bonek: dengan cat agar menimbulkan efek jera, dan pada akhirnya meniadakan kereta Express dan mengubah sistem ticketing dengan e-Money.
Kesimpulan
Sekarang KAI Commuter sudah sangat jauh lebih baik dari pertama kali Baba menggunakan KAI, meskipun masih tidak bisa lepas dari istilah berjubel yang sudah melekat dari dulu namun Baba jamin dari segi kenyamanan KAI sangat berkomitmen menjaga kualitasnya dengan baik apalagi saat ini KAI sudah terintegrasi dengan berbagai sarana transportasi yang ada, jadi udah ga ada alasan lagi untuk tidak menggunakan KAI Commuter sembari mengurangi kadar polusi di Jakarta yang sudah cukup mengenaskan, Baba hanya mau ngucapin "Naik Commuter Alaku: Murah, Cepat, Aman, dan Nyaman. Sudahkah ada ber Commuter hari ini?"
Sekian Cerita Buba nya, semoga bisa menjadi inspirasi teman-teman di akhir weekend, atau saat luang bersama teman-teman atau keluarga.
 Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H