Mohon tunggu...
Rahadian Muslim
Rahadian Muslim Mohon Tunggu... -

SMA Negeri 5 Bandung 2013

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

HAPUS Nasionalisme Sekarang Juga!

28 September 2012   09:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:33 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Merevitalisasi semangat nasionalisme dan bela negara pada bangsa yang sedang tertidur pulas bukanlah hal yang mudah. Arus globalisasi seolah-olah telah menjadi buku dongeng dan musik klasik yang berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke dalam dunia mimpi dan tidur yang sangat panjang. Saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia tengah tertidur pulas sehingga mereka tidak sadar bahwa bangsanya tengah berada dalam jajahan bangsa lain, bukan penjajahan dalam bentuk fisik seperti pada zaman penjajahan Belanda atau Jepang, melainkan penjajahan yang lebih menyeramkan daripada itu, penjajahan di bawah selimut yang menghancurkan salah satu hal terkuat yang menjadi unsur pembentuk negara, yaitu bangsanya. Negara yang tidak memiliki bangsa yang kuat dan bersatu akan mudah dipecahkan dan diambil semua kekayaannya. Jika kita terus terlelap, akankah kita menghapus rasa nasionalisme tanpa sadar?

Arus globalisasi memudahkan berbagai informasi, nilai-nilai, kebudayaan, bahkan ideologi asing masuk ke Indonesia melalui berbagai media. Media eletronik yang paling efektif untuk sarana pertukaran informasi adalah televisi. Televisi menyajikan informasi dalam bentuk gambar bergerak dan suara sehingga informasi dan suatu pesan dapat dengan mudah dipahami oleh penontonnya. Biaya yang dikeluarkan oleh seseorang untuk menonton televisi pun tidak begitu besar, hanya dengan mempunyai unit televisi, antena, dan aliran listrik maka kita bisa menikmati siaran televisi. Hal inilah yang mendasari tingginya pengaruh televisi terhadap dinamika kehidupan masyarakat Indonesia. Melalu televisi masyarakat Indonesia dapat mengetahui berbagai hal baru yang terjadi di dalam maupun di luar negeri. Suatu tren pun dapat dengan mudah menyebar melalui televisi, seperti halnya tren boy band dan girl band Korea yang kian marak di Indonesia.

Namun, efektivitas televisi sebagai sebagai media untuk menyebarluaskan informasi tidak diikuti oleh pemanfaatan dalam menyebarluaskan hal positif, salah satunya adalah menyebarkan semangat nasionalisme dan bela negara. Saat ini televisi diisi oleh program-program yang kurang mendidik seperti sinetron yang memunculkan unsur kekerasan fisik maupun verbal, berita yang memprovokasi, reality show yang membohongi publik, dan acara musik yang berlebihan. Tidak dapat dipungkiri bahwa acara yang kurang mendidik seperti itulah yang mendapatkan rating tinggi, sedangkan rating yang tinggi diperoleh dari tingginya jumlah penonton acara tersebut, inikah bukti kesuksesan pembodohan yang dilakukan oleh pertelevisian Indonesia?

Saat ini banyak sekali stasiun televisi yang mengatasnamakan dirinya sebagai televisi yang cinta terhadap bangsa dan negara dengan berbagai tagline, seperti cinta Indonesia, wajah Indonesia, persembahan untuk Indonesia, dan lain sebagainya. Namun, dalam waktu yang sama mereka juga melakukan penghancuran besar-besaran melalui program kurang mendidik yang telah disebutkan di atas. Jarang sekali atau bahkan tidak ada stasiun televisi yang mampu konsisten dalam mengedukasi penontonnya. Padahal televisi adalah media yang efektif untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, sehingga  bisa melahirkan masyarakat yang tidak hanya membuat rating acara kurang mendidik menjadi tinggi. Namun, melahirkan masyarakat cerdas melalui berbagai program yang disajikan.

Penulis memiliki sebuah gagasan pemanfaatan media televisi sebagai sarana untuk merevitalisasi semangat nasionalisme dan bela negara yang kemudian diberi judul HAPUS Nasionalisme. HAPUS Nasionalisme adalah singkatan dari HAri Program televisi khusUS Nasionalisme. Bagaimana konsep HAPUS Nasionalisme tersebut? Jadi seluruh stasiun televisi, tidak hanya stasiun televisi nasional, melainkan juga stasiun televisi swasta mengkhususkan satu hari dalam satu bulan sebagai hari program televisi bertemakan nasionalisme dan bela negara. Seluruh acara dan iklan ditampilkan dengan tema nasionalisme dan bela negara. Penerapan konsep ini bisa dilakukan melalui kerjasama dengan pemerintah dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) karena sejalan dengan poin pertama misi KPI, yaitu mengembangkan kebijakan pengaturan, pengawasan, dan pengembangan isi siaran.

Jika dilihat dari faktor usia, sasaran penonton dari program televisi terdiri atas empat kategori usia, yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan semua umur. Untuk anak-anak, konsep program televisi yang dibuat berupa kartun yang bertemakan nasionalisme. Indonesia memiliki sineas muda berbakat untuk membuat kartun animasi yang bagus, seperti Lakon Animasi yang berada di Solo. Lakon Animasi telah membuat kartun animasi yang cukup terkenal berjudul “Lakon Pada Suatu Ketika” yang menggambarkan kondisi ibukota DKI Jakarta. Tentu saja banyak sineas muda berbakat lainnya yang juga dapat membuat kartun animasi yang tidak kalah bagus dengan “Upin dan Ipin” ataupun “Ice Age”.  Program kartun bertemakan nasionalisme ini diharapkan dapat mengedukasi anak-anak Indonesia untuk mulai mencintai bangsanya sedari dini.

Untuk kelompok usia remaja, konsep program yang ditawarkan berupa film dan musik. Keterikatan remaja dengan film dan musik cukup tinggi. Film dan musik yang ditampilkan adalah film yang bertemakan nasionalisme dan bela negara. Misalnya, film tentang kisah perjuangan para pahlawan melawan penjajah, semangat para pemuda untuk meraih kemerdekaan, kepemimpinan tokoh-tokoh nasional yang ditampilkan dengan visualisasi dan cerita yang bagus tetapi tidak berlebihan, sehingga dapat menarik minat para remaja untuk mempelajari sejarah dengan cara yang lebih menyenangkan. Sedangkan dalam bidang musik, program yang ditawarkan adalah acara musik yang menampilkan bintang tamunya dengan mengenakan pakaian adat atau batik dan menyanyikan lagu daerah atau lagu wajib nasional dengan aransemen yang menarik. Artis yang diidolakan oleh para remaja dapat dengan mudah menularkan semangat nasionalismenya kepada remaja. Selain itu, bisa juga dengan menampilkan kisah atau biografi artis yang berprestasi dalam kancah musik internasional, seperti Anggun C. Sasmi dan Agnes Monica, karena prestasi mereka juga merupakan salah satu bentuk bela negara. Melalui program tersebut, para pemuda akan terinspirasi dan merasa terdorong untuk berkontribusi terhadap negara dalam bentuk apapun, seperti prestasi akademik, maupun prestasi nonakademik.

Kelompok usia dewasa dapat menikmati program televisi yang bersifat lebih informatif dan edukatif. Dewasa ini berbagai pemberitaan negatif dan terkesan pesimistis banyak menghiasi media, sehingga menutup pemberitaan positif. Oleh karena itu, bangsa kita terjebak dalam rasa pesimistis untuk maju seribu langkah lebih baik. Konsep acara yang ditawarkan untuk kelompok usia dewasa, misalnya, talk show dengan para veteran yang masih hidup, para sejarawan, budayawan, pemimpin yang inspiratif, atau pemuda pembuat perubahan. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah bahan renungan bahwa bangsa Indonesia mampu maju beribu-ribu langkah lebih baik dan menanggalkan segala rasa pesimistis.

Jika dilihat dari konteks program yang dijabarkan dalam konsep HAPUS Nasionalisme, sebenarnya semua program dapat dinikmati oleh semua orang, tidak mengenal batasan usia, jenis kelamin, pekerjaan, suku, ras, budaya, dan agama. Semua program televisi tersebut memiliki satu tujuan mulia, yaitu untuk membangunkan bangsa Indonesia dari tidur panjangnya agar dapat  membenahi semangat nasionalisme dan bela negara. Lalu darimana biaya untuk membuat semua program itu? Sederhana saja, televisi menerima pemasukan dari perusahaan yang mengiklankan produknya. Jika selama ini mereka dapat membuat program yang kurang mendidik, mengapa tidak mereka saat ini membuat program yang lebih mendidik dengan biaya yang sama atau bahkan lebih kecil? Dari hal tersebut bisa tercermin konsistensi dari stasiun televisi mengenai rasa cintanya terhadap bangsa Indonesia, apakah benar terbukti atau hanya sekadar tagline?

Inilah saatnya bangsa Indonesia untuk membuka mata, bahwa semangat nasionalisme dan bela negara itu penting untuk kemajuan bangsa dan negara. Kita tidak bisa lebih lama lagi dijajah oleh bangsa lain dalam bentuk apapun. Arus globalisasi tidak selalu harus dianggap sebagai benteng yang menghalangi kita untuk maju, lebih bijaksana lagi jika kita dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan semangat nasionalisme dan bela negara dalam diri kita, sehingga kita tidak terus tertidur melihat berbagai kenyataan yang terjadi di sekitar kita. Dengan semangat nasionalisme dan bela negara kita mampu bangkit beribu-ribu langkah lebih baik.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun