Pemodal akan menerima progres dari proyek pertanian yang sudah dipilih secara berkala. Jika waktu pelunasan sudah dekat, baik petani maupun pemodal akan menerima notifikasi terkait dengan berapa lama tenggat waktu pembayaran yang tersisa. Pemodal bisa melihat seluruh data secara transparan, sehingga kemungkinan untuk mengalami penipuan sangat kecil sekali . Cukup mudah kan, penggunaan aplikasi Crowde ini. Dengan bantuan teknologi, bantuan dapat menjangkau para petani secara merata di berbagai wilayah Indonesia.
Crowde Ukir Prestasi di Level Asia
Sejak awal startup ini berdiri, Crowde berhasil mendapatkan penghargaan bukan hanya di dalam negeri tapi sampai level Asia. Dalam ajang Social Venture Challenge Asia (SVC Asia) 2017 di Singapura awal Oktober ini, Crowde berhasil memboyong 2 penghargaan sekaligus, yaitu SVC Asia Enterprise dan Syngenta Agriculture Social Enterprise Award dengan hadiah uang tunai senilai SGD 40.000. Ajang tersebut diikuti sekitar 1.800 social enterprise yang berasal dari 30 negara.
Selain itu, Crowde juga berhasil mendapatkan predikat 10 besar peer to peer lending terbaik di Indonesia versi  KPMG dalam The Fintech Edge yang diterbitkan di akhir bulan November 2018. Crowde berhasil memenuhi syarat sebagai platform yang memiliki kemampuan manajemen resiko yang baik, transparasi data dan tingkat pelayanan yang memuaskan.
Penghargaan yang didapatkan Crowde bisa dijadikan sebagai promosi gratis untuk menarik para investor untuk melakukan penanaman modal. Tingkat kepercayaan para calon investor akan semakin meningkat, begitu juga tingkat percaya diri dari startup Crowde. Dengan adanya penghargaan tersebut, semoga meningkatkan minat para masyarakat, khususnya bagi generasi Milenial, untuk melakukan kegiatan yang berdampak positif bagi kesejahteraan warga Indonesia, salah satunya adalah dengan membangun startup.
Masalah yang Harus Dihadapi
Dalam proses berjalannya bisnis startup ini, tidak lepas dengan keterbatasan-keterbatasan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kemampuan para petani untuk menggunakan teknologi, terutama bagi mereka yang berusia lanjut. Para petani masih jarang menggunakan laptop atau smartphone yang digunakan sebagai media akses untuk membuka aplikasi ciptaan startup-startup tersebut. Butuh pendampingan dari pihak startup agar bisa melatih para petani menggunakan aplikasi ini.
Masalah selanjutnya adalah jaringan internet. Sebagian besar petani tinggal di daerah pedesaan, yang mempunyai sinyal internet yang lemah, bahkan tidak tersedia sinyal sama sekali.Â
Secara otomatis, penggunaan aplikasi startup tidak bisa optimal karena butuh jaringan internet yang cukup kuat untuk mengaksesnya. Untuk mengatasinya, hendaknya pihak startup bisa melakukan kerja sama dengan provider yang terpercaya untuk menyediakan infrastruktur jaringan internet secara merata di berbagai wilayah Indonesia.
Semoga pemerintah bisa menyadari akan permasalahan-permasalahan tersebut. Sehingga memudahkan proses penyelesaian masalah, contohnya masalah birokrasi yang berbelit-belit. Kegiatan yang terintegrasi antara pihak petani, startup dan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kualitas para petani di Indonesia agar menghasilkan komoditas pertanian yang bermutu baik.Â
Jadi, pemerintah Indonesia tidak perlu melakukan impor bahan pangan yang sebenarnya tersedia di Indonesia. Mari dukung kegiatan ini dengan mengakses situs https://www.crowde.co/ atau download aplikasi versi mobilenya di Play Store karena "Para Petani Menunggu Dukunganmu"