Mohon tunggu...
Rahadian Faiz Kurniawan
Rahadian Faiz Kurniawan Mohon Tunggu... Konsultan - Keterangan

Menulis adalah sebuah kenyamanan hati bagi saya ( asalkan tidak menyinggung orang lain ). Artikel Favorit : https://www.kompasiana.com/rahadianfaiz/5c4ffb1baeebe11a7416baa2/mana-yang-lebih-utama-perbaikan-jembatan-rusak-atau-upgrading-jembatan-yang-masih-layak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Arti Toleransi melalui "Multi Religion Family" Putri Indonesia 2018

2 Januari 2019   15:31 Diperbarui: 3 Januari 2019   23:23 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, orangtua harus bisa memberikan panutan dan contoh yang baik. Salah satu sikap seorang anak adalah kebiasaan meniru sejak kecil. Ketika anak belum bersosialisasi dengan lingkungan di luar keluarga, secara otomatis mereka akan meniru apa yang dilakukan oleh orangtua. 

Hal ini menjadi catatan penting bagi orangtua untuk selalu berhati-hati dalam berbicara dan bersikap. Seorang anak yang mempunyai sikap diskriminasi dan intoleran bisa jadi disebabkan oleh cerminan sikap serta ucapan orangtuanya.

Kedua, tugas orangtua sebagai pembimbing anak. Orangtua bisa dikatakan sebagai seorang guru bagi sang anak sejak dilahirkan. Salah satu hal yang bisa diajarkan kepada anak adalah bimbingan agama. 

Salah satu akar dari sikap menghargai antar sesama adalah pemahaman tentang agama yang baik dan benar. Bukan hanya paham, hal tersebut juga harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari baik bagi orangtua maupun sang anak

Ketiga, orangtua harus mengawasi kegiatan anaknya. Anak zaman sekarang sudah mempunyai kebiasaan memegang gadget dan menonton televisi. Arus informasi dari internet maupun televisi terkadang mengandung hal-hal negatif, yang bisa saja mengajarkan sikap tidak menghormati dengan orang lain. 

Tugas orangtualah, untuk selalu mendampingi dan mengawasi konten serta tontonan yang dilihat oleh sang anak. Sehingga mereka bisa memilah mana informasi yang mengandung hal positif dan mana yang tidak.

Semoga melalui kisah Sonia, kita bisa belajar untuk arti penting dari rasa tenggang rasa antar sesama manusia yang dimulai dari lingkup keluarga. Hal tersebut bisa kita dapatkan jika orangtua bisa melakukan tugasnya dengan baik serta adanya komunikasi yang baik antar sesama anggota keluarga. 

Semoga para orangtua bisa menciptakan sebuah lingkungan keluarga yang mengajarkan sikap toleransi, saling membantu tanpa harus memandang perbedaan serta anti diskriminasi. 

Semoga di tahun 2019 ini, kasus-kasus tentang diskriminasi dan pelecehan terhadap ras, suku bangsa serta agama bisa berkurang demi menggapai tujuan Bhineka Tunggal Ika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun