Profesi sebagai sopir bus malam bisa dibilang menjadi salah satu profesi yang dianggap sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Pendapatan yang tidak menentu mungkin menjadi alasan utamanya. Hal tersebut juga terjadi pada Muhammad Saleh Yusuf, atau biasa dipanggil Alan, seorang sopir bus malam jurusan Bima -- Mataram yang sudah bekerja selama kurang lebih 20 tahun. Namun ada sesuatu yang berbeda dan istimewa dari beliau, walaupun bertampang preman pasar tetapi hati beliau sangatlah mulia.
Pendiri Yayasan Pendidikan Darul Ulum di Dusun Tololai , Kabupaten Bima
Bapak Alan adalah pendiri dari Yayasan Pendidikan Darul Ulum di kampung halamannya, dusun Tololai , Kabupaten Bima pada tahun 2008. Yayasan ini menaungi beberapa sekolah yang terdiri atas Raudatul Atfal (TK) dan Madrasah Ibtidaiyah (SD). Awalnya, beliau mendapat gagasan untuk membangun sekolah gratis ini dari perjalanannya selama menjadi sopir bus malam. Kesenjangan dan tidak meratanya pendidikan antara anak-anak yang tinggal di kota dan di dusun terpencil tempat tinggalnya, menjadi motivasi beliau untuk mendirikan yayasan ini. Bangunan sekolah dibangun di atas tanah warisan milik orangtuanya dengan biaya yang diambil dari hasil tabungan beliau dari awal bekerja sebagai sopir.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Tantangan utama yang harus dihadapi oleh Pak Alan adalah biaya. Tidak bisa dipungkiri, gajinya sebagai sopir bus malam dengan rata-rata pendapatan 2,5 juta rupiah per bulan, tidak bisa menutupi seluruh kebutuhan dana pembangunan sekolah ini.Â
Terpaksa beliau harus meminjam uang ke orang lain. Pak Alan harus rela bekerja sampingan sebagai petani dan peternak untuk mendapat pendapatan tambahan agar bisa membayar utang. Beliau juga harus memikirkan biaya operasional sekolah tersebut. Mulai dari sarana, prasarana dan fasilitas penunjang pendidikan lainnya serta gaji untuk para guru.Â
Selanjutnya, walaupun salah satu program dari Yayasan ini adalah sekolah gratis. Belum semua warga bersedia menyekolahkan anaknya.Â
Budaya warga dusun Tololai adalah mendorong anaknya untuk bekerja, sebagai penghasilan tambahan keluarga. Sebagai gantinya, Pak Alan menawarkan program kerja praktek di sekolah dengan cara memberi upah untuk para siswa, contohnya upah per benih pohon yang ditanam siswa di alam sekitar sekolah. Upah tersebut berbentuk tabungan yang bisa diambil siswa setiap 3 tahun sekali.
Harapan utama dari pendirian yayasan ini adalah meningkatkan taraf kesejahteraan para anak-anak di dusun Tololai, Kabupaten Bima melalui pendidikan. Pak Alan mengatakan "Semoga nanti anak-anak di sini setelah lulus sekolah tidak perlu merantau ke luar kota, tetapi terus mengembangkan dusun ini dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia".
Melalui kisah Pak Alan, semoga pemerintah dapat memberikan keadilan bagi seluruh penduduk Indonesia untuk menempuh jalur pendidikan yang layak dan mengurangi jumlah anak-anak yang putus sekolah terutama di daerah pelosok lainnya. Perhatian dari pemerintah juga sangat dibutuhkan bagi para guru, terutama bagi guru-guru yang mengajar di Yayasan Darul Ulum.Â