Mohon tunggu...
Rahadi W. Pandoyo
Rahadi W. Pandoyo Mohon Tunggu... -

Dokter Spesialis Paru di RSUD Dr. HM Rabain, Muara Enim, Sumatera Selatan. Penulis Novel Profesi "The Doctor" (Mazola, Januari 2015)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Falsafah Satu Tubuh: Sebuah Renungan tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

2 Agustus 2015   19:59 Diperbarui: 3 Agustus 2015   03:39 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Nu’mân bin Basyîr, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal bagaimana mereka saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah seperti satu tubuh. Apabila ada sebagian dari tubuhnya yang sedang sakit, maka bagian tubuh yang lain turut merasakannya, sehingga membuatnya tidak bisa tidur dan demam”. (HR. Muslim)

Itulah falsafah SATU TUBUH yang diajarkan Rasulullah SAW.

Jangan hanya peduli ketika tubuh kita sendiri yang sakit, lantas abai bila orang lain yang sakit. Orang lain itu adalah saudara kita, dia SATU TUBUH dengan kita. Bila saudara kita sakit, kita pun merasakan deritanya, karena kita adalah SATU TUBUH.

Demikianlah, ketika ada saudara kita yang sakit, mengapa kita biarkan dia menanggung sendiri biaya pengobatannya?
Bukankah sangat baik bila seluruh umat bergotong-royong menanggung bersama biaya pengobatannya?

Tentu saja, itu sudah sering kita lakukan. Kadang-kadang di medsos beredar kabar sakitnya seseorang, kemudian beramai-ramai orang yang simpati menyalurkan sumbangan. Tapi cara sporadis seperti itu tidak efektif. Kadangkala seseorang mendapat infak dari umat dalam jumlah berlebihan, karena kasusnya mendapat sorotan luas di media. Tapi sebaliknya ada juga yang kurang mendapat bantuan, karena kondisinya kurang banyak diketahui orang.

Alangkah baiknya bila seluruh umat, bersama-sama menginfakkan sebagian hartanya sejumlah tertentu, SECARA RUTIN, untuk membentuk dana amanat bersama, tanpa menunggu kabar adanya saudara yang sakit.
Dana amanat bersama tsb, bisa digunakan kapan saja untuk membantu siapa saja anggota umat yang terkena musibah.

Untuk kelancaran penyaluran bantuan tsb, baiklah dibentuk amil (badan pengelola) yang digaji selayaknya.

Cara seperti itu biasa kami lakukan ketika masih sekolah/kuliah dulu. Ketua kelas mengumpulkan uang urunan tiap bulan, dipegang oleh bendahara kelas. Tiap ada siswa yang sakit, diambillah sebagian dari dana tsb sebagai tali asih. Tidak ada yg berpikir untung-rugi atau menang-kalah dalam pengumpulan dana tsb, karena semangatnya adalah: gotong-royong dan tolong-menolong.

Begitulah, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada dasarnya adalah urunan bersama dari umat yang tergerak untuk ikut bergotong-royong sebagai SATU TUBUH, untuk menanggung bersama biaya pengobatan saudara-saudara yang sakit.

Dana amanat bersama itu dikelola oleh amil, yang disebut BPJS Kesehatan.

Jangan niat berjudi ketika masuk menjadi peserta BPJS. Jangan berniat untung-untungan dengan pikiran "Siapa tahu kapan-kapan saya sakit". Sakit bukanlah 'keuntungan' walaupun pengobatanmu dibayari orang lain, dan sehat bukanlah kerugian.

Berniatlah untuk ikut andil membantu sesama. "Sesama" yang perlu dibantu itu termasuk dirimu sendiri, kalau kebetulan kamu yang sakit.

Tidak akan pernah ada orang yang kaya mendadak karena "menang judi"di bpjs, dan tidak ada orang yang jatuh miskin mendadak gara-gara "kalah judi" di bpjs. Membayar iuran bpjs kesehatan, tidak seperti membeli kupon togel.

Umat yang kebetulan tidak pernah sakit, tapi terus rutin membayar iuran bpjs, uangnya tidaklah hilang ataupun hangus. Uang itu telah ikut andil menolong jutaan saudara-saudara kita yang sedang sakit. Dengan membiayai saudara kita yang sedang sakit, sama artinya dengan membiayai diri kita sendiri, karena sesama saudara adalah SATU TUBUH. Satu sakit, semua ikut sakit. Satu senang, semua ikut senang.

Yang mengatakan bahwa peserta bpjs yang tidak pernah sakit uangnya lenyap, sesungguhnya hanya belum memahami falsafah SATU TUBUH yang diajarkan Rasulullah SAW. Dia tidak mengerti tentang gotong-royong. Pertimbangannya hanya berpedoman pada kepentingan diri-sendiri, dan pandangannya hanya terbatas pada segi untung-rugi dan menang-kalah.

Inilah semangat mulia, tolong-menolong sebagai SATU TUBUH seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. Semoga Allah SWT meridhoi. Aamiin Ya Robbal 'Alamiin.

Lihat gambar: Prinsip-prinsip Penyelenggaraan JKN sesuai Permenkes No. 28 Tahun 2014.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun