Lima lukisan karya eks penyanyi cilik, Sari Koeswoyo yang digelar tunggal, seperti menumpahkan keresahan perjalanan spiritual sang pelukisnya atas tanya, Lakonmu Apa...?Â
Lagu-lagu anak-anak di era 1970-1980an itu seperti teriang kembali, saat aku ketemu dengan eks penyanyi cilik, Sari Koeswoyo, artis legendaris keluarga Koeswoyo.
Cerita indah masa kecil dengan lantunan lagu-lagu para penyanyi cilik keluarga Koeswoyo itu, selama ini cutel. Putus. Seperti tahun-tahun yang hilang. Puluhan tahun cerita itu lenyap, seiring kiprah kehidupannya yang jarang disorot media.
Lalu "ujug-ujug" bertemu perempuan sepupu Chicha dan Helen Koeswoyo, sesama penyanyi cilik di "masa emas" silam. Rasanya "bling-bling" bisa ketemu artis idola masa kecil.
Itu mungkin dirasakan juga teman-teman kompasianer Komunitas Traveler Kompasiana [Koteka] yang menginisiasi kunjungan ke acara Gelar Karya Tunggal Sari Koeswoyo itu.
Di bawah ini video Reels acara kunjungan Koteka di acara Sari Koeswoyo.
Mendadak kisah tahun-tahun yang hilang itu seperti "nyambung" kembali. Meski dalam situasi, kondisi dan"lakon" yang berbeda. Ya berbeda. Perempuan usia kepala 5 itu bukan tampil bocah lagi. Tapi tampil sebagai sosok perempuan dengan kematangan hidup.Â
"Lakon" yang dperankannya saat ini adalah seorang seniman, pelukis. Paling tidak saat Mbak Sari ada di ruang garasi, diantara lukisannya.
"Wayang Sari" Halusinasi Sari Koeswoyo