Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kopi Masa Lalu di Kedai Tua Bah Sipit 1925

31 Juli 2023   22:28 Diperbarui: 1 Agustus 2023   14:16 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bareng Teh Nancy pemilik Kedai Kopi Bah Sipit Empang Bogor. Foto Agung Han

"Kopi itu  hangat, namun akan menjadi dingin, jika kamu mengabaikannya."

 Bangunan kedai itu benar-benar mengesankan  nuansa "lama". Berpintu "ciantang" atau pintu kayu berlipat  bercat biru, khas digunakan dalam arsitektur toko-toko dan warung di masa kolonial Hindia Belanda.

Sekilas orang mungkin mengira itu toko klontong atau toko peracik obat tradisional. Bukan. Itu adalah penampakan toko yang sudah beralih fungsi menjadi sebuah kedai kopi. Produsen kopi bubuk, tepatnya. Kedai yang awalnya toko klontong dan beroperasi sejak tahun 1925.

Jika Anda sudah mendengar nama Kopi Bah Sipit, itulah "sosok" kedainya. Sederhana dan setia "membawa" nuansa zaman keemasan di era kolonial. Ya, kedai itu eksis sejak sebelum "Sumpah Pemuda" ditulis dan dibacakan. 

Bisa jadi para pemuda di Buitenzorg masa itu, ada yang pernah mampir di kedai itu, berinteraksi meski mungkin tak sepenuhnya bebas di masa penjajahan. Siapa tau?

Kopi "Mewah" di Antara Kita

"Biarkan kopi apa adanya, setiap campuran akan merusak rasa nikmatnya."

Tak dipungkiri, kopi menjadi teman sarana sebuah komunikasi antar personal. Dari bilik-bilik kamar, teras rumah, pos ronda hingga ruang-ruang publik.

Kopi menjadi sarana nikmat obrolan santai, sampai diskusi serius. Membayangkan masa hitam putih zaman kemerdekaan. Kepulan asap air kopi mendidih, kepulan asap rokok, menjadi teman setia para pejuang di "ruang-ruang diskusi bawah tanah".

Bayanganku, mungkin banyak peran kedai kopi di Bogor, dan di seluruh nusantara. Termasuk Kedai Kopi Tua, Bah Sipit. Aroma produk-produk kopinya berasa mewah menyeruak diantara ruang privat dan ruang sosial.

Ruang publik bagi masyarakatnya, untuk berinteraksi sosial dalam pembicaraan banyak hal. Urusan keseharian, meski mungkin terbatas kebebasannya oleh kondisi pemerintahan masa penjajahan.

Kedai Kopi Bah Sipit Empang Bogor. Foto DOKPRI
Kedai Kopi Bah Sipit Empang Bogor. Foto DOKPRI

Kedai Produsen Kopi Tertua di Kota Bogor

Datang ke Kedai Kopi Bah Sipit di Kawasan Empang Bogot ini pada Sabtu 29 Juli 2023 lalu. Aku tak sendiri. Bersama-sama rekan kompasianer komunitas KPK dan Vlomaya.

Sengaja datang untuk mengenal lebih dekat tentang kedai yang sudah di tangan generasi ketiga dari marga Yoe. Marga dari pendirinya yang populer dipanggil Bah Sipit di Kampung Arab Empang Bogor. Dia seorang warga Tionghoa yang bernama asli Yoe Hong Keng.

Itu kedatanganku yang kedua di kedai kopi tua ini. Beberapa bulan lalu, aku datang sendiri. Ceritanya kutuliskan di artikel ini.

Secangkir Kopi Racikan Marga Yoe, Produsen Kopi Tertua di Kota Bogor 

Kali ini ngopiku berasa berbeda dengan hadir bersama banyak kawan. Ngobrol dengan pengelola sekaligus peiliknya, cucu dari Bah Sipit, Teh Nancy Wahyuni Yusuf. Ibu penerus usaha Kopi Bah Sipit itu sharing perjalanan kedai Bah Sipit dengan ceria.

Bareng Teh Nancy pemilik Kedai Kopi Bah Sipit Empang Bogor. Foto Agung Han
Bareng Teh Nancy pemilik Kedai Kopi Bah Sipit Empang Bogor. Foto Agung Han
Ditemani bergelas-gelas kopi robusta Kopi Bah Sipit, obrolan santai di teras samping kedai, berasa meriah. Ya, teras kedai pun bisa disulap menjadi ruang publik yang nyaman untuk berinteraksi. Dan kopi menjadi penyemangat di ajang komunikasi.  Akrab.

Seperti sebuah warisan masa lalu. Seperti dulu saat Bah Sipit yang familiar dikenal di lingkungan Kampung Arab, hingga dirinya diberi panggilan "Bah" meski dia seorang Tionghoa totok.

Tak mudah merawat sebuah warisan "legendaris" termasuk kedai tua ini. Beruntung, cucu dari Bah Sipit, Teh Nancy yang merasa tak memiliki background bisnis kopi bersedia menggambil tongkat estafet kedai yang sempat akan ditutup.

Keputusan yang tepat. Mengingat menjamurnya usaha kopi "cafe" di perkotaan bahkan sampai kampung-kampung, menandakan bahwa bisnis kopi itu prospektif.

Bagiku, sebenarnya kopi memiliki value tersendiri. Selalu ada segmen yang "menghargai" dari sebuah seduhan emas hitam itu. Ada penikmat dengan kesesuaian selera.

Karena sesungguhnya kopi adalah unik. Kopi itu seperti sebuah seni keindahan. Dimana cita rasa kopi bahkan bisa diciptakan dalam setiap proses sajian kopi.

Produk Kopi Bah Sipit Empang Bogor. Foto DOKPRI
Produk Kopi Bah Sipit Empang Bogor. Foto DOKPRI

Dari perhitungan takaran, suhu air, jenis grinder sampai barista, adalah faktor penentu dari rasa kopi. Selebihnya. kembali ke selera penikmatnya. Suka yang manakah.

Dan tiga  buah meja bundar klasik di ruang kedai Kopi Bah Sipit, menjadi tempat nyaman untuk menikmati segala varian kopi hasil ulahan tangan racikan marga Yoe.

Kita bisa mengeksplore kopi di sini. Mau robusta atau arabica. Mau kopi Gayo, Mandailing atau Lampung. Aroma mewangi khas kopi akan menggoda Anda untuk mencicipinya.

Dan jangan lupa, jika lidah perasa Anda mengaminkan cita rasanya, bawa pulang beragam pilihan kemasan kopi bubuk yang tersedia di  etalase kaca, ditata sedemikian rupa.  Tinggal pilih. Ada kemasan 200 gram arabica, dan ada 250 gram robusta. Ada yang dikemas kertas coklat klasik dan plastik kekinian bermerek "Kopi Bubuk Cap Kacamata Bah Sipit".

Anda bisa menyeduhnya di rumah. Atau di ruang-ruang publik terdekat Anda.  Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Kopi Bah Sipit terjangkau dan cukup "merakyat."

Atau Anda yang muda-muda, dan tak mau repot menyeduhnya, ada botol-botol kopi siap minum yang cocok jadi pilihanmu.

Soo, mari tumbuhkan diskusi di ruang publik kita sendiri dengan teman secangkir kopi. Kopi yang diproduksi sebuah kedai yang berumur hampir seabad. How?

Kopi Bah Sipit Cap Kacamata

Jl. Empang No.27, RT.01/RW.02, Empang, Kec. Bogor Sel., Kota Bogor, Jawa Barat

@rachmatppppy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun