Ruang publik bagi masyarakatnya, untuk berinteraksi sosial dalam pembicaraan banyak hal. Urusan keseharian, meski mungkin terbatas kebebasannya oleh kondisi pemerintahan masa penjajahan.
Kedai Produsen Kopi Tertua di Kota Bogor
Datang ke Kedai Kopi Bah Sipit di Kawasan Empang Bogot ini pada Sabtu 29 Juli 2023 lalu. Aku tak sendiri. Bersama-sama rekan kompasianer komunitas KPK dan Vlomaya.
Sengaja datang untuk mengenal lebih dekat tentang kedai yang sudah di tangan generasi ketiga dari marga Yoe. Marga dari pendirinya yang populer dipanggil Bah Sipit di Kampung Arab Empang Bogor. Dia seorang warga Tionghoa yang bernama asli Yoe Hong Keng.
Itu kedatanganku yang kedua di kedai kopi tua ini. Beberapa bulan lalu, aku datang sendiri. Ceritanya kutuliskan di artikel ini.
Secangkir Kopi Racikan Marga Yoe, Produsen Kopi Tertua di Kota BogorÂ
Kali ini ngopiku berasa berbeda dengan hadir bersama banyak kawan. Ngobrol dengan pengelola sekaligus peiliknya, cucu dari Bah Sipit, Teh Nancy Wahyuni Yusuf. Ibu penerus usaha Kopi Bah Sipit itu sharing perjalanan kedai Bah Sipit dengan ceria.
Ditemani bergelas-gelas kopi robusta Kopi Bah Sipit, obrolan santai di teras samping kedai, berasa meriah. Ya, teras kedai pun bisa disulap menjadi ruang publik yang nyaman untuk berinteraksi. Dan kopi menjadi penyemangat di ajang komunikasi. Â Akrab.
Seperti sebuah warisan masa lalu. Seperti dulu saat Bah Sipit yang familiar dikenal di lingkungan Kampung Arab, hingga dirinya diberi panggilan "Bah" meski dia seorang Tionghoa totok.
Tak mudah merawat sebuah warisan "legendaris" termasuk kedai tua ini. Beruntung, cucu dari Bah Sipit, Teh Nancy yang merasa tak memiliki background bisnis kopi bersedia menggambil tongkat estafet kedai yang sempat akan ditutup.
Keputusan yang tepat. Mengingat menjamurnya usaha kopi "cafe" di perkotaan bahkan sampai kampung-kampung, menandakan bahwa bisnis kopi itu prospektif.