Di warung ala kampung ini tersimpan selaksa cerita romantisme para penikmatnya yang rindu masa lalu. Sepiring laksa, kuliner khas Bogor menyuguhkan kenikmatan laksa warisan turun temurun sejak tahun 1970 an.Â
Jam sudah lewat dari angka 14.00 wib saat aku menginjakkan kaki di depan warung sederhana di pinggir jalan Cihideung, Cijeruk, Bogor, Rabu 7 Juni 2023. Warung yang tak bisa dilepas dari nama Pak Inin, perintis Laksa Cihideung.
Waktu, sudah lewat jam makan siang. Namun di dalam warung masih banyak orang yang menikmati makan siangnya. Sepiring laksa. Ruang di dalam warung lumayan lega. Kutaksir kapasitas warung ini lumayan, mungkin sekitar 40 an orang.
"Teh, laksanya masih?" tanyaku kepada perempuan muda berjilbab yang mengelap meja. Dia Teh Imas, pekerja di sini.
"Masih, berapa?" Tanyanya balik.
Alu mengangkat jari telumjukku. Memberi tanda, pesan satu porsi laksa.
Menunggu pesanan, aku duduk di salah satu kursi plastik. Kebetulan masih ada satu meja dengan 4 kursi yang kosong.
Aku memperhatikan area sekeliling. Ada sekitar 11 pembeli yang duduk di bagian dalam warung ini. Ada pula bale-bale yang bisa difungsikan untuk tempat makan lesehan.
Sementara di teras luar warung juga ada meja dan bale-bale bambu. Sederhana saja. Khas warung kampung. Maklum saja, lokasi warung di perkampungan. Desa Palasari.
Di dinding, berjajar puluhan foto-foto yang ditata rapi. Foto-foto jadul tentang warung ini. Nampak kusam namun masih terlihat situasi gambaran dalam foto.Â
Aku tidak sempat bertanya pasti kisah masing-masing foto. Yang jelas, warung ini awalnya didirikan Pak Inin sekitar tahun 1970an. Pernah pindah warung sekali. hingga sekarang menempati tempat yang sekarang, yang ternyata masih ngontrak.Â