Ternyata Goa Cermai, lumayan dalam. Panjang rutenya. Â Banyak cabang jalan, Jalannya pun berendam di aliran air sungai dalam goa. Kadang air setinggi paha, kadang sampai leher. Kadang lewati Lorong sempit.
Ngeri sebenarnya waktu itu. Ngeri ada hewan-hewan ular serangga dan semacamnya. Belum lagi penerangan hanya pakai obor. Dulu lampu senter masih langka sepertinya.
Tapi yaa, udah kepaksa masuk. Hehehe. Bersyukur bisa melihat cahaya keluar di ujung pintu goa satunya. Selamet. Â Pengalaman itu yang bikin aku keder hingga sekarang hahaa.
Cerita duka "gak enak" Â itu yang langsung teringat saat Dizzman ajak ke Goa Gudawang. Â
Tapi bayangan seramku itu tak terbukti. Goa Gudawang termasuk goa wisata yang udah lumayan fasilitas. Ada tangga masuk goa dan lampu listrik sampai kedalaman tertentu.
Rombongan dipimpin alm Dizzman, yang membawa satu anak laki-lakinya. Â Ditemani seorang pemandu lokal. Kami gak masuk terlalu dalam. Gerah banget euyy. Yaa iyalah.
Senangnya, udara di area lokasi goa banyak pohon, hutan, sejuk dan menyegarkan. Jalur trek pun sudah lumayan bagus. Turun naik dengan tangga-tangga semen berpadu dengan jalan setapak tanah berbatu. Gak terlalu menguras tenaga.
Wait, untuk tahu kondisi goa, bisa tonton video youtube yang aku bikin di bawah ini ya.
Kalau artikelnya ada di sini ya, "Gua Gudawang, Pesona Tersembunyi yang Butuh Kasih Sayang".
Singkatnya bayangan seram tentang Goa Gudawang berubah menjadi menyenangkan meski pulangnya lelah dan kemalaman. Belum lagi diterpa hujan deras selama perjalanan. Beberapa jalan dari Cigudeg sampai Kota Bogor bahkan tergenang air. Syukur masih bisa dilewati pelan-pelan.