Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Katanya Pejalan Cinta Alam, Tapi Kok "Nyampah"?

17 April 2023   22:17 Diperbarui: 17 April 2023   22:18 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiking ke Curug Cibeureum Sukabumi, pada 29 Januari 2023. (Dokpri)

"Udah sering kami kasih tau, agar gak buang sampah di hutan, tapi yaaa.... gini " kata Kang Mamat.

Sembari memungut sampah bekas kemasan plastik minuman, kantong plastik dan kemasan mie instan, pria berperawakan sedang itu, mengumpulkan sampah plastik dan menyatukan di satu tempat.

Kang Mamat adalah pemandu dari Paseban Fly Resort, Sukabumi yang mengantarkan rombongan kami, dari Komunistas Traveler Kompasiana (Koteka) menuju Curug Cibeureum, Sukabumi pada Minggu 29 Januari 2023 lalu.

Hiking ke salah satu curug terbesar di Sukabumi itu, melintasi hutan di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, (TNGGP) Sukabumi.

Hutan yang asri dan indah. Seperti halnya destinasi lain di Indonesia, seperti yang sudah kukunjungi. Pulau Padar, Labuan Bajo, Kopeng Jawa Tengah, Lembang Bandung, Kaliurang Jogjakarta, keindahan danau alam Danau Toba, Geopark Ciletuh Sukabumi  dan masih banyak lagi. Benar-benar Indonesia itu kaya destinasi wisata. Itu sebabnya aku bangga berwisata di Indonesia.

Aku lihat ada spanduk dan papan tulisan di beberapa titik yang berbunyi larangan membuang sampah di hutan itu.

Nyatanya, di pos 3 yakni pos terakhir (ada 3 pos) sebelum lokasi curug Cibeureum, aku lihat plastik pembungkus dan botol plastik kemasan minuman tersebar  diantara dedauanan kering.

Sedih sebenarnya. Perilaku membuang sampah sembarangan, seperti di hutan sangat tinggi. Kenapa?

Habit membuang sampah sembarangan atau "nyampah" seperti danggap "lumrah".

Berkembang menjadi kebiasaan yang kompromistis. Meski jelas, larangan nyampah sudah diberlakukan, namun seringkali lemah dari sisi sanksinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun