"Tertawa bisa jadi obat terbaik. Tapi jika  tertawa tanpa alasan yang jelas, mungkin Loe butuh obat."
"Mau kemana Wak Haji," tanya Fikri.
"Ke masjid. Ikut?" jawab Wak Haji sambil membenahi sajadah di pundaknya.
"Boleh," Jawab Fikri.
Mereka pun berdua berjalan beriring. Menyusuro jalanan komplek menuju masjid dekat bundaran komplek perumahan.
Fikri adalah seorang mualaf. Dia masih muda dan belum menikah. Anaknya baik tapi agak tengil.
Wak Haji adalah sosok yang disegani di komplek perumahan mereka. Meski sudah berumur, Wak Haji sosok yang asyik diajak mengobrol. Itu sebabnya Fikri enjoy tiap bersama Wak Haji.
"Udah pulang kerja?" Wak Haji membuka pembicaraan.
"Udah resign Wak. Males."
"Gimana ceritanya, kerja kok males?"