Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Makna Ramadan, Kultivasi Mengasah Empati

1 April 2023   17:11 Diperbarui: 1 April 2023   17:14 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana merasakan menderitanya saat kebutuhan dasar kita, pangan tak terpenuhi. Dari rasa "menderita" ini kita diajarkan untuk berempati pada orang lain. Selanjutnya kita bisa belajar untuk  lebih ikhlas membantu orang lain.  Saling bantu dan bergotongroyong meringankan beban orang lain.

Contoh sederhana seperti menjalankan kewajiban menyisihkan prosentase penghasian kita untuk bersedekah. Jika sebelumnya kita merasa berat melakukannya, di bulan Ramadan, dengan melatih diri berpuasa, kita bisa melakukannya dengan lebih ringan.

Percaya atau tidak, kesadaran kita untuk bersedekah  kok tumbuh lebih kuat yaa saat Ramadan. Teman ngrasain juga gak?

Empati seperti ikhlas membantu orang lain itu adalah bentuk eksternal dari makna berpuasa. Secara internal atau ke dalam diri kita, puasa melatih kesadaran untuk mengelola batin lebih terkonstruktif.

Misalnya batalnya atau berkurangnya kadar puasa bukan dengan karena makan minum saja, tapi juga dari lepas kontrolnya segala ucapan kita. Ucapan adalah cermin dari suara hati. Ucapan baik tentu berdampak baik bagi diri dan orang lain. Begitu juga sebaliknya.

Nah dengan puasa bisa menjadi perisai diri, untuk lebih meningkatkan kemampuan kontrol diri terhadap ucapan dan perbuatan yang tidak baik.

Cuplikan hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah ini layak disimak.  "Puasa itu perisai. Oleh karenanya, ketika salah seorang di antara kalian berpuasa, ia jangan berkata kotor, jangan berbuat fasik, dan jangan melakukan perilaku bodoh. Jika ada orang lain mengajaknya bertengkar atau mencacinya, maka katakan, saya sedang berpuasa".

Dari hadist itu, jelas bahwa berpuasa bukan semata-mata kegiatan tidak makan, tidak minum,  dari fajar sampai fajar tenggelam saja.

Bagiku kesempurnaan puasa disamping  tergantung pada kemampuan pengendalian diri dari hal-hal lahir seperti makan minum, namun juga pengendalian diri dari sesuatu yang bersifat batin.

Kembali ke makna puasa  yang hakiki.  Secara internal, melatih diri secara lahir batin, spiritual untuk "lahir kembai' sebagai manusia yang suci. Arti  eksternalnya, bahwa kita bisa lebih terasah untuk ikhlas memiliki sifat empati pada orang lain.

Setuju?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun