Bagaimana merasakan menderitanya saat kebutuhan dasar kita, pangan tak terpenuhi. Dari rasa "menderita" ini kita diajarkan untuk berempati pada orang lain. Selanjutnya kita bisa belajar untuk  lebih ikhlas membantu orang lain.  Saling bantu dan bergotongroyong meringankan beban orang lain.
Contoh sederhana seperti menjalankan kewajiban menyisihkan prosentase penghasian kita untuk bersedekah. Jika sebelumnya kita merasa berat melakukannya, di bulan Ramadan, dengan melatih diri berpuasa, kita bisa melakukannya dengan lebih ringan.
Percaya atau tidak, kesadaran kita untuk bersedekah  kok tumbuh lebih kuat yaa saat Ramadan. Teman ngrasain juga gak?
Empati seperti ikhlas membantu orang lain itu adalah bentuk eksternal dari makna berpuasa. Secara internal atau ke dalam diri kita, puasa melatih kesadaran untuk mengelola batin lebih terkonstruktif.
Misalnya batalnya atau berkurangnya kadar puasa bukan dengan karena makan minum saja, tapi juga dari lepas kontrolnya segala ucapan kita. Ucapan adalah cermin dari suara hati. Ucapan baik tentu berdampak baik bagi diri dan orang lain. Begitu juga sebaliknya.
Nah dengan puasa bisa menjadi perisai diri, untuk lebih meningkatkan kemampuan kontrol diri terhadap ucapan dan perbuatan yang tidak baik.
Cuplikan hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah ini layak disimak. Â "Puasa itu perisai. Oleh karenanya, ketika salah seorang di antara kalian berpuasa, ia jangan berkata kotor, jangan berbuat fasik, dan jangan melakukan perilaku bodoh. Jika ada orang lain mengajaknya bertengkar atau mencacinya, maka katakan, saya sedang berpuasa".
Dari hadist itu, jelas bahwa berpuasa bukan semata-mata kegiatan tidak makan, tidak minum, Â dari fajar sampai fajar tenggelam saja.
Bagiku kesempurnaan puasa disamping  tergantung pada kemampuan pengendalian diri dari hal-hal lahir seperti makan minum, namun juga pengendalian diri dari sesuatu yang bersifat batin.
Kembali ke makna puasa  yang hakiki.  Secara internal, melatih diri secara lahir batin, spiritual untuk "lahir kembai' sebagai manusia yang suci. Arti  eksternalnya, bahwa kita bisa lebih terasah untuk ikhlas memiliki sifat empati pada orang lain.
Setuju?