Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Spirit Putri Tonjang Beru dan Desa Unik Sasak, Pesona Masa Depan Mandalika

18 November 2021   21:01 Diperbarui: 18 November 2021   21:03 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Bau nyale adalah tradisi menangkap cacing laut.(KOMPAS.com/Fitri)  

Mandalika sedang menjadi sorotan dunia seiring diresmikannya Pertamina Mandalika International Street Circuit atau Sirkuit Mandalika  oleh Presiden RI, Joko Widodo pada 12 November 2021.Pamor Mandalika pun mengangkat segala potensi pariwisata destinasi super prioritas - DSP Mandalika yang dimiliki provinsi Nusa Tenggara Barat, kawasan Indonesia Timur itu.  

Ada legenda yang hidup subur dalam kehidupan masyarakat suku Sasak. Legenda yang terjaga dalam tradisi yang dalam Bahasa Sasak disebut "Bau Nyale" atau "Menangkap Cacing". Tradisi tahunan itu berkaitan dengan legenda Putri dari kerajaan Tonjang Beru yang dipercaya sebagai putri baik hati dan memiliki kecantikan mempesona.

Putri Mandalika namanya. Dia adalah putri dari Raja Tonjang Beru dan Permaisuri Dewi Seranting dari kerajaan Tonjang Beru yang terletak di pantai selatan Pulau Lombok. Putri Mandalika menjadi kebanggaan dan kesayangan rakyat. Namanya tersohor dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok.

Kalau membaca legendanya cukup panjang. Ada yang menarik, yakni spirit yang tersirat dalam kisah itu. Satu bagian yang melahirkan adanya tradisi "Bau Nyale" yang dirayakan dalam format festival tahunan hingga saat ini. Spirit yang menjadi kearifan lokal yang terpatri di hati masyarakat suku Sasak.

Dikisahkan putri Kerajaan Tonjang Beru, Putri Mandalika mengundang para pengeran dari kerajaan tetangga, yang berniat melamarnya. Putri Mandalika tahu semua pangeran yang melamarnya mencintainya. Namun sang putri tak mau memilih salah satu dari mereka karena dia tidak ingin mereka bertikai karena dirinya. Dia tak ingin semua bersedih. Lagipula dia tak ingin ada perang yang akan jatuh banyak korban, rakyat.

Sang putri pun memutuskan "menyerahkan dirinya" ke laut. Dia menceburkan diri ke laut di tengah angin kencang dan gemuruh ombak bersahut. Sebelumnya Putri Mandalika berpesan bahwa dirinya akan menjelma menjadi "Nyale."

Berwisata Budaya? Ada Tradisi Bau Nyale

Tradisi budaya masyarakat suku Sasak memburu Bau Nyale yang menjadi salah satu acara pariwisata yang potensial. Tradisi ini cukup diminati dan menjadi sajian wisata yang menyedot perhatian. Tradisi ini digelar setiap tanggal 20, bulan 10, penanggalan Suku Sasak atau atau kisaran bulan Februari dan Maret dalam kalender Masehi. Layak banget dikunjungi pada bulan-bulan itu.

Biasanya ramai dihadiri ribuan masyarakat di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pada tahun ini karena masih pandemi, acara digelar hybrid pada Maret 2021 lalu. Seremonial dilakukan secara daring.  

 Bau nyale adalah tradisi menangkap cacing laut.(KOMPAS.com/Fitri)  
 Bau nyale adalah tradisi menangkap cacing laut.(KOMPAS.com/Fitri)  

Dari spirit demi menghindari perselisihan pelamarnya, lekat dengan pesan perdamaian. Dimana hidup dalam kedamaian di atas kepentingan pribadi. Upacara Bau Nyale jadi bukti, dimana masyarakat beragam usia dengan kegembiraan berburu nyale atau cacing laut beraneka warna. Mereka punya keinginan sama, menemukan jelmaan Putri Mandalika.

Menariknya ternyata Nyale atau cacinglaut itu bisa dikonsumsi dan dipercaya mengandung protein tinggi. Suku Sasak ada yang mengolahnya ala pepes. Wah tentu ini kuliner spesial, soalnya Nyale hanya ada setahun sekali. Tentu ini makanan yang cocok jadi wisata kuliner. Masyarakat lokal sangat bisa diberdayakan dengan event tahunan Bau Nyale.

Tradisi Bau Nyale sering digelar di sepanjang pantai mullai dari Kute, Pantai Seger, Pantai Kaliantan, hingga Pantai Tabuan. Keindahan pantai-pantai itu tentu saja bisa dinikmati kapan saja. Tidak terpatok pada waktu. Namun tentu akan semakin menarik bagi wisatawan jika dikunjungi saat ada momen-momen tradisi budaya suku Sasak.

Paralayang, Selancar, Pilih Mana?

Ada sekian banyak kawasan wisata yang bisa dinikmati di Kawasan yang Pulau Lombok. Terkhusus lagi yang berjarak dekat dengan Sirkuit Mandalika. Pastinya bisa sekalian dikunjungi setiap ada event balapan di area sirkuit seperti MotoGp 2021 yang digelar tahun depan. Destinasi wisata itu bak pesona Putri Mandalika dalam legenda yang akan bikin betah di tanah Lombok.

Aku bayangin kalau bisa menikmati deretan wisata Mandalika lewat udara seperti paralayang, trekking ataupun olahraga air. Tentu lebih memikat. Pernah paralayang tandem di kota kelahiranku, memang sangat berbeda sensasi saat menikmati panorama keindahan alam. Dari ketinggian, paras keindahan dapat terangkum menjadi lebih bernilai dan berbeda. Seperti halnya saat menikmati jepretan drone yang berbeda.

Nah DSP Mandalika sangat memungkinkan untuk olahraga "ekstrem" bagi sebagian orang ini. Dan pastinya lebih berkelas. Ya memang harusnya seperti itu mendukung pariwisata berkelas internasional. Sarana dan prasarana mendukung demi daya pikat yang semakin meroket. Sarana pralayang tentu disesuaikan dengan area yang sesuai dan memungkinkan. Landasan pacu paralayang dengan view jelujur pantai, aneka hayati, menjadi kunci pendukung daya tarik.

Pantai Kuta Mandalika.  (https://kemenparekraf.go.id/)
Pantai Kuta Mandalika.  (https://kemenparekraf.go.id/)

Perlu diperhatikan dan dipertimbangkan pula ya, soal harga sewa untuk kelas wisatawan domestik. Berbagi pengalaman saja, dulu saat aku sewa paralayang tandem di kotaku, seharga Rp. 400 ribu untuk durasi 15 menitan. Itu karena aku cuma sendiri, dan gak ada penyewa alternatif lainnya. 

Maklum sepi. Nah kalau di DSP Mandalika harga munngkin bisa lebih "ramah." Kondisinya lebih berpotensi mendatangkan wisatawan dengan banyaknya pilihan sarana berwisata. Dibikin paket berwisata mungkin. Tapi lazimnya berbeda dengan harga turis asing ya. Ekonomis di awal, itung-itung harga promo. Hehehe.

Salah satu pantai yang bisa disasar dari ketinggian ataupun dikunjungi adalah Pantai Seger. Inilah pantai yang setiap tahun menjadi tempat digelarnya pesta adat Bau Nyale. Penegasan sebagai pantai "legenda Putri Mandalika, terlihat dengan adanya monument Putri Mandalika yang digambarkan sedang berusaha membebaskan diri dari jeratan tiga pria di belakangnya.  Di pantai ini kamu akan disajikan sunset yang cantik bak Putri Mandalika dalam legenda.

Satu lagi yang menarik adalah olahraga selancar. Dengan berlimpahnya deru ombak yang ramah di Pantai Ubrug, Tanjung Aan, Pantai Kuta Mandalika, Pantai Selong, selancar menjadi menu sport yang sangat menarik dan menjanjikan. Tak sekadar berolahraga sekaligus menawarkan keindahan laut dan pantai.  Olahraga air ini lazimnya ditawarkan dalam paket sekaligus dengan wisata bawah air yang cocok buat kamu yang hobi berenang dan snorkeling, misalnya di pantai Tanjung Aan.

 Wisatawan akan terkesan dengan keindahan pantai dan hamparan pasir putih yang menghadap ke Samudera Hindia ini. Menarik juga untuk bisa trekking ke Bukit Merese untuk menikmati cantiknya panorama Mandalika  dari atas bukit. Atau ke Pantai Batu Payung Pantai tanpa pasir tapi ada batu dan karang besar yang mirip payung di pesisirnya.  

Desa Unik yang Wajib Dikunjungi

Suku Sasak adalah suku asli Lombok. Mereka hidup di Desa Sade yang kental dengan budaya adat dalam kesehariannya. Desa ini berlokasi di daerah Rembitan, Kecamatan Puju, Lombok Tengah. Desa ini sangat unik dan menarik sebagai desa wisata, karena bertahannya tradisi serta tak banyak terpengaruh  modernisasi.

Budayanya mulai dari arsitektur rumah. Tradisional yang beratasp ijuk dan alang-alang kering. Dindingnya  dari anyaman bambu. Dibangun tanpa paku. Mungkin bahan baku ada kemiripan  dengan rumah tradisional di daerah lain. Namun arsitekturnya berbeda.

Desa Sade (Wisatalombok)
Desa Sade (Wisatalombok)
Lantainya masih beralaskan tanah yang dilumuri kotoran sapi atau kerbau. Tujuannya agar tak lengket dan mengusir serangga. Desa Sade ini unik hanya ada 150 rumah adat saja. Hanya ada sekitar 700 jiwa dengan mempertahankan pernikahan serumpun sehingga keaslian warganya sangat terjaga. 

Lebih menarik lagi, mereka memiliki tradisi menenun. Ya, kain tenun Sasak yang sudah populer ke penjuru tanah air. Sentuhan jari jemari tradisi suku Sasak lekat pada kain tenun yang bukan hanya cantik secantik Putri Mandalika, namun juga beragam dan etnik. Penenunan dilakukan masyarakat Suku Sasak di depan rumahnya yang dilakukan dengan peralatan tradisional.

Ya menenun adalah mata pencaharian utama mereka. Benar-benar masyarakat suku Sasak di sini berdaya untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Pemerintah sangat perlu memperhatikan saluran yang tepat untuk mengalirkan produk-produk home industri kain tenun mereka hingga ke kancah global. Adanya Sirkuit   Mandalika salah satu yang bisa diperankan seiring begitu banyaknya wisatawan asing yang akan berdatangan ke Mandalika. 

Kain tenun Desa Sade (Wisatalombok)
Kain tenun Desa Sade (Wisatalombok)
Masih banyak destinasi lain yang menawarkan pesona wisata yang memikat dan berpotensi membawa kesejahteraan warga setempat, khususnya.  Pastinya di Mandalika, kawasan negeri kita sendiri sedemikian banyak pilihan destinasi Wonderful Indonesia yang menarik. 

Kita tak perlu mengejar pesona wisata ke negeri seberang. Cukup di Indonesia Aja semua ada. Bukan hanya menawan tapi juga menjanjikan kesan membahagiakan, kemakmuran dan kesejahteraan bagi warga sekitarnya. Itu paling penting bukan?

@rahabganendra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun