"Sebagai pria Boxy menawan, topi menjadi anggota badan krusial buatku."
Tidak ada souvenir khusus yang aku cari mati-matian saat ke suatu daerah, baik saat acara jalan-jalan maupun bepergian urusan kerja. Setiap barang yang kubeli karena kebutuhan dan fungsionalnya. Seperti topi rimba yang kubeli 3 tahun lalu di Malaysia. Ini ceritanya.
Akhirnya bertambah hari aku perpanjang menginap di kawasan Cheras Malaysia. Dari rencana awal tak lebih dari seminggu, berganti menjadi dua mingguan. Itu artinya waktu untuk jalan-jalan masih banyak tersisa, setelah tentunya beresin urusan kerja.
Tahun 2017. Kukemas barang-barangku yang udah 5 hari dongkrok di salah satu hotel. Sudah 5 hari aku di hotel ini. Sebenarnya tak masalah seeh kalau tak pindah, tapi buat penyegaran, aku bersama seorang temanku, memutuskan pindah hotel. Itung-itung ganti suasana. Pindahnya tak jauh juga seeh. Cukup jalan kaki saja.
Setelah pindahan kelar, Â terus cepetan bersih-bersih soalnya, mau jalan. Mumpung belum sore. Maklum sudah 5 hari gak kemana-mana kecuali ke kantor rekan kerja di kawasan Cheras, kota yang tak cukup ramai.
Diantar seorang kawan orang Malaysia, ngiderlah ke beberapa tempat di Kuala Lumpur. Pastinya mampir ke Menara Kembar, biar syah di tanah Malaya hehehe. Sekalian beli titipan teman-teman. Untuk hanya printilan, souvenir kecik-kecik. Gantungan kunci, hiasan kulkas dan semacamnya. Untung bukan kulkasnya hahaha.
Nah aku sekalian beli topi karena kebetulan nemu topi rimba yang aku taksir. Pikirku buat ganti topiku yang bawa cuman satu biji. Lagian sebagai pria "boxi" alias botak sexy kudulah punya topi/ penutup kepala variatif, kalau jalan kemana-mana bisa gonta ganti hahahaa. Apalagi besoknya rencana jalan seharian.
Minggu, esoknya, jalan lagi sekalian rasain MRT ke Batu Caves, Selangor. Emang niat banget, padahal lumayan ujung lokasinya. Yaa itu tadi biar saaah haha.
Dan beneran topi rimbaku seharga sekitar RM45 ini, sangat bermanfaat menepis panas dan gundah karena cuaca lagi terik di sepanjang perjalanan.
Bagian lingkaran tepian yang lebar sangat fungsional menutupi bagian sekeliling kepala. Teduh jadinya. Tahu sendiri khan, panasnya di halaman dekat patung Murugan, patung tertinggi di dunia, dewa Hindu, Â di luar Batu Caves. Halaman yang banyak seali burung dara sebelum tangga masuk Gua Batu.
Ini beda banget dengan topi biasa yang hanya menutupi, melindungi di sisi wajah bagian depan. Gak salah deh aku beli topi ini. Itulah kenapa topi ini sering kubawa saat jalan kemana saja. Apalagi ukurannya cocok, gede dan pas di kepalaku. Gak mudah loorr cari topi size kepala ala buleku ini hahahaa.
Topi ini hampir selalu di dalam tas saat acara khusus jalan-halan.meski lokasinya tak jauh seperti di seputaran Jakarta. Misalnya aku pakai saat ngider traveling bareng kawan-kawan Indonesia Hidden Heritage (IHH) wisata ke Tangerang Lama saat momen Imlek tahun ini. Cocok karena sekali lagi melindungi kepala dari panas terik yang takutnya bikin item hehehee.
Terus topi ini juga berjasa saat aku pakai ikut acaranya Koteka akhir tahun lalu menyusuri gua misteri di Cigudeg, Bogor.
Gak salah deh, topi ini masih kusimpan dengan baik. Syukurlah awet. Berjajar dengan topi lainnya yang kubeli dan juga topi-topi souvenir acara. Pengen seeh kumpulin semacam tutup kepala, iket tradisional Indonesia, seperti blangkon dan lainnya. Kalau blangkon mah gampang seeh. Pengennya juga yang punya cerita berkesan.
Now, topiku mayan banyak, sampai bingung tempatnya. Alhasil kuaruh di box ajah, tentunya setelah dicuci dong, kan gak semuanya dipakai. Topi rimba khusus momen tertentu saja. Hehehe.
Eh iya baru inget, topi rimba itu ada pasangannya juga. Kubeli di Malaysia yakni tas kain kecil. Kunamai tas Doraemon. Lah? Iya soalnya penampakannya kecil, tapi muatnya banyak. Itu tas bisa menggelembung kek tembolok hahaha. Suerrr. Itu aku juga gak nyangka. Taunya pas mau pulang, naruh oleh-oleh kok menggembung. Ajaib dah hahaa.
Belakangan juga kupakai ngider untuk bawa laptop dan kamera di acara undangan blogger. Masuk loorr. Padahal kecil. Dah getu talinya kuat banget. Gak jebol. Aku saja heran mpe sekarang. Masih awet, untung aku ga bosen. hahaha
Pastinya nanti kalau pandemi covid-19 ini berlalu, maka topi dan tas ini akan beraksi kembali, antarkan aku merekam jejak destinasi wisata, entah dimanapun itu.
Btw, kalau teman-teman abis jalan, dan mau kasih oleh-oleh ke aku, tau kan apaan? :D
Ya.... topi ... ama tas  #ngarep
@rahabganendra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H