Komplek Gua Gudawang, Bogor seperti jamak gua, menyimpan pesona alami di kedalaman rahimnya. Pesona berbeda yang ditawarkan wisata pantai, pegunungan ataupun curug yang banyak dimiliki wilayah Bogor. Namun sepertinya penikmat wisata gua agak khusus. Tidak seperti kebanyakan tempat wisata lainnya. Barangkali kesan  gua yang menyeramkan, mistis yang melatarbelakangi pertimbangan untuk berkunjung. Padahal pesona gua menawarkan sesuatu yang berbeda, mulai pemandangan eksotis, sampai kisah-kisah misteri yang melingkupinya.  Â
Setelah durasi 2,5 jam-an, saya dan teman-teman Kompasianer KOTEKA sampai di komplek Gua Gudawang. Lumayan lancar maklum akhir pekan. Dari Jakarta lewat Tangerang. Terus sampai Lebak Wangi, jalannya lumayan seeh, ada yang sedikit rusak. Rerata sudah di-cor semen. Soalnya jalannya "dikuasai" Â truk-truk pengangkut batu dan pasir yang hilir mudik. Inilah destiansi wisata gua yang dekat dari Jakarta.
Kesejukan kurasakan saat menginjakkan kaki di pelataran parkir komplek Gua Gudawang, Desa Argapura, Cigudeg, Kabupaten Bogor. Padahal cuaca terik di siang hari, di hari weekend, Sabtu 14 Desember 2019. Itu nampaknya karena rindangnya pepohonan di area gua.
Mobil Elf yang mengangkut rombongan kecil 7 kompasianer, peserta yang ikut di ajang #KotekaTrip bertema "Kompasianers Menguak Misteri 12 Gua," Â parkir di parkiran nan luas di bawah rindangnya aneka ragam pohon. Parkirannya sepi. Hanya ada kendaraan yang kami tumpangi. Padahal itu saat akhir pekan.
"Mungkin, kalah pamor dengan tempat wisata lain,"Â katanya.
Pantesan saat di area komplek  Gua Gudawang, tak nampak satu pun penjual, termasuk penjual makanan. Jadi ingat ya, kalau mau kemare, kudu bawa bekal makanan, atau sebelum masuk komplek cari tempat makan dulu. Tapi ada bagusnya juga seeh, terlihat komplek lebih bersih. Meminimalisir sampah.
Eh sebelum lanjut baca, bolehlah tonton penampakan komplek Gua Gudawang di video yang kubikin ini.
Komplek gua cukup 'ramah'. Maksudnya tak terlalu sulit dikunjungi. Gua dijamin aman untuk umum. Jalur ke area gua yang ada juga sudah bagus. Tiga gua berdekatan, tak cukup melelahkan mencapai ketiga gua, yakni Gua Simenteng, Gua Simasigit dan Gua Sipahang. Masing-masing gua berkarakteristik unik.
Sebenarnya ada 12 gua lainnya, namun baru 3 gua yang dibuka untuk umum. Kalau warga setempat bilang, Gua Gudawang artinya kosong atau gerowong. Cerita yang berkembang mengisahkan kalau gua-gua itu dulu sering didatangi pertapa. Ada yang semedi di sini sampai lebih dari sebulan. Â Â
Ada gapura bertuliskan "Goa Gudawang" yang menegaskan Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Tiket masuk murah, Rp 8000 saja. Didukung fasilitas lumayan memadai, ada mushola dan toilet.
Di Gua Simenteng sedalam 300 meter sudah dilengkapi penerangan lampu sejauh 100 meter. Jalurnya juga sudah cukup mudah. Ada tangga turun ke bawah. Ya di Gua Simenteng yang dinamai karena dulunya ada Pohon Menteng di depan gua itu. Pintu masuk ditandai "gapura' kepala harimau  berlidah. Sesaat masuk, jalur langsung menjorok ke bawah. Cukup curam. Namun sudah ada tangga dan pagar pipa besi sebagai pegangan. Gua cukup terang, karena ada lampu di dinding gua.
Gua Simasigit yang juga ditandai  pintu masuk kepala harimau, artinya masjid itu tak terlalu dalam. 100an meter saja. Track-nya juga paling mudah. Tidak menjorok ke bawah. Cukup landai dan datar. Ada keindahan di dalamnya. Batu-batuan indah yang menggantung bagaikan kristal. Batuan-batuan yang terbentuk secara alami dari kikisan air tanah ini berwarna keemasan. Itu stalagtit dan stalagmit.
Kondisi di dalam gua tak segerah di Gua Simenteng. Juga tak terlalu lembab. Mungkin kalau diguyur hujan, akan lembab dan pasti indah dengan gemericiknya air. Menurutku gua ini paling cocok untuk dikunjungi anak-anak, guna mengedukasi terkait wisata gua.
Menyusuri arah belakang dari pintu masuk Gua Gudawang, sekira 350 meter, Gua Siopahang berada. Edo bilang, Sipahang artinya "bau". Guanya berbau, mungkin dari kotoran kelelawar.
Gua ini, penampakan luarnya paling bagus. Tak dihiasi kepala harimau. Tapi masih alami, apa adanya. Tapi menurut Edo, jalurnya susah di dalam gua. Karena besar kecilnya celah. Jadi bagi yang menyusuri gua ini harus jongkok, bahkan merayap.
Keren sebenarnya ya. Namun butuh persiapan kalau mau menyusurinya. Berhubung tak siap peralatan, fisik dan mental, kami hanya sampai mulut gua saja. Hehee. Kali lain deh.
Komplek Gua Gudawang mestinya menarik untuk dikunjungi. Dengan area yang asri juga keindahan dinding gua, stalagtit dan stalagmit serta aliran sungai bawah tanah, mestinya menjadi pesona yang berbeda dari tempat wisata lainnya.
Kalau dihitung jarak tempuh dari Jakarta juga masih bisa dilakukan kunjungan wisata dalam sehari saja. Gak perlu menginap. Kalau mau menginap bisa dilakukan di Bogor. Rute jalannya sudah lumayan manusiawi untuk ditempuh. Hanya perlu kesabaran terkait kemacetan.
Butuh perhatian pemerintah Bogor untuk meningkatkan perform Gua Gudawang agar makin banyak kunjungan. Masih ada 9 gua lainnya yang belum dimaksimalkan. Goa Sipaheng, Goa Cimenteng, Goa Ciaul, Goa Cigaraan, Goa Cikondang, Goa Leguk Picung, Goa Ciparat, Goa Sigoong, dan Cielong. Belum bisa dikunjungi. Mestinya wisata 12 gua menjadi daya tarik tersendiri.
Butuh kasih sayang dari pengunjung yang sudah datang ke lokasi. Tidak merusak meski sebatas corat coret yang merusak keaslian gua. Menjaga dan merawat agar tempat ini terjaga kealamiannya. Setuju? Â
[Video] Menyusuri Gua Gudawang, Gua Para PetapaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H