Lalu apa sehh penyakit Pneumonia  itu? Â
Pneumonia adalah infeksi akut sistem pernapasan bawah yang disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme mikro lainnya dari salah satu atau kedua belah jaringan paru-paru. Kantong udara atau alveoli pada paru-paru yang seharusnya berisi udara menjadi berisi cairan atau nanah. Akibatnya penderita mengalami nafas cepat napas, batuk berdahak, demam dan menggigil, karena kekurangan oksigen dan bisa mengakibatkan kematian.
Pneumonia sering disebut juga sebagai penyakit multifaktorial yang mengakibatkan sesak hingga kematian pada balita. Gejala yang paling mudah ditemui pada balita yang terkena pnemonia ringan, adalah sesak nafas atau gangguan dalam pengambilan oksigen dari paru-paru hingga demam serta adanya peningkatan suhu tubuh.
Sementara penyebabnya ada beberapa factor, salah satunya adalah asap rokok. Balita merokok? Tentu bukan. Itu karena balita menjadi perokok pasif. Akibat perokok aktif di sekitarnya seperti ayahnya yang perokok.
Menurut Dr. Wiendra Waworuntu, banyak anak-anak penderita pneumonia yang ternyata disebabkan oleh kebiasaan orang tuanya yang kerap merokok di dalam rumah atau di sekitar anak.
Artinya balita dapat menjadi perokok pasif yang mengakibatkan sering  mengalami batuk, pilek berulang akibat terpapar racun rokok. Ya, bahayanya bukan dari asap yang keluar dari mulut perokok, namun asap rokok yang menempel di tubuh perokok.
Oleh karena itulah,s alah satu pencegahan pneumonia, sangat membutuhkan peran ayah dan peran ibu. Seorang ayah dapat membantu mencegah pneumonia dimulai dari cara sederhana. Jika ayah adalah perokok pasif, tentu saja berupaya menghindarkan asap rokok menempel di tubuh dan pakaiannya. Jika sulit, pilihannya ya hentikan kebiasaan merokok.
Cara lainnya adalah dengan metode STOP Pneumonia seperti dianjurkan oleh  Dr. Wiendra Waworuntu. STOP itu kependekan dari: Pertama adalah dengan pemberian ASI Eksklusif serta pemberian MPASI di dua tahun pertama kehidupan anak.
Kedua, tuntaskan vaksin pada anak untuk menjaga kekebalan tubuhnya. Ketiga, obati anak jika mengalami penurunan kondisi selama berhari-hari. Keempat, pastikan kecukupan gizi saat anak sakit.