Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"Bike Sharing" Gowes Humanis dengan Sepeda dari Limbah Kayu

28 November 2018   04:24 Diperbarui: 28 November 2018   10:28 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maulidan Isbar, Co-Founder Kayuh. (Foto Istimewa)

Maulidan Isbar, Co-Founder Kayuh. (Foto Istimewa)
Maulidan Isbar, Co-Founder Kayuh. (Foto Istimewa)
Gagasan yang sebelumnya dirintis seiring berkembangnya sepeda kayu yang diproduksi di Depok, Jawa Barat itu.

Tujuan lainnya, setelah memproduksi sepeda kayu, lalu bagaimana dapat dinikmati masyarakat dengan tanpa beban biaya. Menghadirkan sistem bike sharing yang humanis bagi  masyarakat. Tanpa biaya, sehingga masyarakat sebagai pengguna tidak merasa dibebani.  Lalu bagaimana pembiayaannya ya?

Menurut Maulidan, di situlah  perlu dibangun kerja sama dengan pemerintah daerah atau pemerintah kotanya. Bayangin dengan kemampuan tracking akan menjadi penting untuk iklan. Iklan bergerak setiap hari, gak diam seperti baliho di pinggiran jalan. Iklan bisa di tempel di station sepeda  maupun di sepedanya sendiri. Keren khan?   

Kerjasama dengan Pemkot. (Sumber Kayuh Bike)
Kerjasama dengan Pemkot. (Sumber Kayuh Bike)
Kerjasama dengan Pemkot. (Sumber Kayuh Bike)
Kerjasama dengan Pemkot. (Sumber Kayuh Bike)
Nah dengan kesempatan berbagi di bike sharing, masyarakat sebagai pengguna bisa memperoleh pengalaman banyak hal. Misalnya saja bagaimana kecanggihan hardware dan software bertemu dengan baik saat sepeda kayunya disinkronisasi dengan aplikasi.

"Kita mengedepankan user experience. Ketika mereka donlot aplikasi, lalu mereka menggunakannya akan ada experience," jelas Maulidan.  

Alat Kayuh terpasang di stang sepeda kayu produk Kayuh. (Foto Ganendra)
Alat Kayuh terpasang di stang sepeda kayu produk Kayuh. (Foto Ganendra)
Penasaran dengan operasional sepeda kayu itu, aku sempat meng-gowes-nya di area acara RIoT. Namanya juga sepeda, sekilas sama saja. Hal yang membedakannya, ya itu tadi dihubungkan ke aplikasi di smartphone. "Kayuh" di-support oleh Dycodex, penyedia software-nya sehingga memungkinkan bisa diperasikan menjadi  bike sharing.

Jadi  sepeda kayu itu di-lock dengan sistem aplikasi. Pengguna saat mau menggunakan sepeda, pertama kali harus mengunduh  aplikasi "Kayuh" di smartphone dulu.  Mengisi username, data pribadi sesuai Kartu Tanda Penduduk,  nomor  telpon dan lain-lain.  Eh saat ini belum bisa diunduh yaa, ntar saat ajang bike sharing pada 16 Desember 2018 di Bogor, baru bisa. Hehee.

Sepeda kayu harus scan Qr dengan aplikasi untuk membuka lock. (Foto Ganendra)
Sepeda kayu harus scan Qr dengan aplikasi untuk membuka lock. (Foto Ganendra)
Sepeda kayu dengan Kayuh Apps. (Sumber Kayuh Bike)
Sepeda kayu dengan Kayuh Apps. (Sumber Kayuh Bike)
Data-data itu penting agar nantinya kalau misalnya terjadi pencurian sepeda, bisa diketahui lewat data-data yang terekam.  Itulah yang memungkinkan sepeda diparkir dimana saja. Di tempat-tempat ramai, kafe dan semacamnya.

Setelah mengunduh dan menginstalnya, baru bisa digunakan untuk membuka lock di alat yang dipasang di stang "Kayuh", sepeda kayu. Lakukan scan QR, lock terbuka, baru sepeda bisa dioperasikan.

"Pakai ini bisa terlacak, sepeda ada dimana, digunakan siapa, berapa lama, dari mana ke mana," jelas  Taupik Ismail, Business Development, PT Dycodex Teknologi Nusantara di area RIoT. Ya, aplikasi memberikan informasi tracking selama sepeda digunakan.

Tracking di aplikasi Kayuh. (Foto Ganendra)
Tracking di aplikasi Kayuh. (Foto Ganendra)
Menyapa Pak Rudiantara. (Foto Ganendra)
Menyapa Pak Rudiantara. (Foto Ganendra)
Alat Kayuh. (Sumber Kayuh Bike)
Alat Kayuh. (Sumber Kayuh Bike)
Terkait lama penggunaan bisa di-setting, bisa 30 menit, sejam atau lainnya.  Ya kalau ramai penggunanya, setting waktu gak lama juga kale yah, biar kesempatan "sharing" bisa digunakan banyak orang. Di sinilah perlu ada kedisplinan waktu. Jika lewat waktu bisa saja dikenai denda yang fungsinya sebenarnya hanya sebagai punishment untuk mendorong pengguna menghormati pengguna lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun