Menyandang predikat sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Danau Toba pun bersolek. Potensi terpendam di kawasan Danau Toba salah satunya dipacu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan pembangunan dan dan perbaikan sarana di kawasan tepian Muara Danau Toba yang diproyeksikan  bisa disandari kapal pesiar dan berukuran besar.  Jalan-jalan dilebarkan, pedestrian dibangun dan tiang-tiang lampu untuk penerangan jalan pun diadakan.  Proyek digenjot bisa rampung pada pertengahan Desember 2018. Praktis lampu penerangan berdesain aroma budaya Batak itu, diharapkan bisa mempercantik paras Danau Toba untuk menarik wisatawan, khususnya pada malam hari.
Di kanan kiri rumah warga. Lebih banyak desain rumah yang sudah model zaman kini, bukan model rumah adat. Â Di jalan beberapa kendaraan angkutan umum melintas. Itu salah satu sarana angkutan warga, di Kecamatan Muara.
Sejauh mata memandang lurus, jalan tak begitu ramai. Bersih dan nampak terawat. Ada pedestrian untuk jalan kaki, ada tiang-tiang yang mirip tugu di kanan kiri jalan. Ada bangku-bangku batu terbuat dari bata dan semen. Masih baru. Nampak proyek yang dimulai sekitar Juli 2017 silam itu sudah progress 90%, hampir kelar.
"Sudah koordinasi dengan PLN dan sudah ada surat layak operasional dari PLN," kata Rahmad Parlindungan Lubis, selaku Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Strategis (PKPS) Â Kawasan Strategis Pariwisata Nasinonal Danau Toba (KSPN Toba) Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, saat berbincang di lokasi jalan Sisingamangaraja Desa Hutanagodang.
Sebenarnya bulan November sudah diupayakan teraliari listrik. Namun dengan perhitungan finishing dan segala macamnya, ditargetkan pada 15 Desember 2018, sudah clear, uji coba. Â
Jalan Sisingamangaraja yang menjelujur dari Desa Untemungkur hingga Hutanagodang yang  dibangun pedestrian dan lampu jalan terbagi menjadi 4 ruas jalan.Â
Jalan pertama sepanjang 444 meter. Jalan kedua sepanjang 480 meter. Jalan ketiga di Desa Untemungkur hanya dilakukan pengaspalan jalan sepanjang 865 meter dan jalan keempat di Desa Hutanagodang sepanjang  890 meter. Jalan keempat  mengarah ke Pasar Rakyat Muara dan Pelabuhan Muara.
Menyusuri jalan Sisingamangaraja dari Desa Untemungkur hingga Desa Hutanagodang, pengerjaan pelebaran jalan 4 meter menjadikan jalan makin luas. Â Rumah-rumah warga khas kampung dengan bersliweran hewan ternak babi di halaman menjadi tampil berbeda dengan keberadaan tiang-tiang/ tugu lampu.
Sementara makin lebarnya jalan, akan memberikan keleluasaan hilir mudik kendaraan rombongan wisatawan agar tetap mampu menampung lebih banyak. Kemacetan bisa dihindari. Itu logis seiring digenjotnya kawasan Danau Toba, sebagai salah satu kawasan wisata "Bali Baru" yang diandalkan untuk menarik 20 juta wisatawan ke Indonesia pada 2019. Â Target wisatawan seperti pernah dilontarkan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Jika kamu lihat video di bawah ini, itulah sebagian suasana Pasar  dan  Pelabuhan Muara, Tapanuli Utara. Pelabuhan itu diproyeksikan sebagai  tempat bersandar kapal pesiar berukuran besar. Â
Pasar Muara sedang ramai. Katanya seeh saat kami datang bertepatan dengan pasaran tiap Kamis. Jadi ramai. Ada penjual baju-baju, aneka kebutuhan sehari-hari, hasil panen seperti jagung dan lain sebagainya.
Makanya pada awalnya aku agak heran juga, sudah tengah hari, tapi pasar kok ramai bener ya. Oooh ternyata pasar memang baru buka pukul 11.00 wib dan akan tutup sekira pukul 19.0 wib.
Sempat ngobrol dengan salah seorang pedagang di Pasar Muara, Tiasmi Simbolon yang berharap pembangunan pedestrian bisa membuat kawasan makin cantik dan tertata rapi. Begitu pun lampu penerangan jalan sangat bermanfaat mempercantik kawasan pasar, juga mempermudah pedagang saat tutup pasar di malam hari. Â
Jani dan Tomi Gultom, pedagang di pasar yang sama berpendapat serupa. Pasar bisa makin tertata rapi, dan cantik.
"Tidak semrawut," kata Jani, pria yang berdagang pakaian dengan menggelar lapak di pinggir jalan. Jani juga berharap nantinya pedagang bisa ditata dan mendapat tempat berjualan di area pasar.
Memang selaiknya pasar tradisional, di pinggiran jalan akan membuat lalu lintas jalan menjadi terganggu. Sementara jalan terbatas. Angkutan umum hilir mudik. Kepadatan lalu lintas tak bisa dihindari. Itu mengindikasikan geliat perekonomian masyarakat yang bergerak. Â Pedagang dari Samosir pun bahkan turut mengadu nasib di Muara ini.
Sementara lokasi pasar persis di jalan akses menuju Pelabuhan Muara, di tepian Muara Danau Toba. Tentu saja akan nampak tak sedap saat kawasan menjadi kawasan wisata, yang harus tampil indah, apik, bersih dan sedap dipandang mata. Â
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara nampaknya harus bekerja cepat dan keras untuk segera menangani area ini. Demi menjaga kenyamanan, kesejahteraan warga serta mendukung nama baik wisata Danau Toba di mata dunia.
Jika kawasan ramai, semestinya beragam potensi daerah bisa mencuat. Kerajinan khas, budaya, Â hingga kuliner. Itu pula yang menggelitik pikiranku, saat kutanya pada Pak Rahmad ketika rombongan bersantap di salah satu warung di Samosir sebelum ke penginapan kawasan Tuk Tuk, "Apa kuliner khas di sini ya?"
"Ikan pora-pora," katanya setelah sekian lama berpikir dan awalnya menyebut Arsik yang aku sudah tahu. Â "Cuman sudah susah cari penjualnya."
Nah, itu dia. Jika wisata tumbuh, mungkin kuliner olahan ikan khas Danau Toba itu bisa berkembang. Mudah ditemui di antara warung-warung makan yang dicari wisatawan. Â Begitupun kuliner khas lainnya, kerajinan khas Batak dan lain-lain. Kenapa tidak?
Sooo, jika tahun depan memungkinkan aku untuk kembali menengok kawasan Muara Danau Toba ini, aku berharap bisa melihat cantik paras Danau Toba berbanding lurus dengan kesejahteraan warga sekitarnya. Itu esensi pembangunan yang sesungguhnya. Semoga.
@rahabganendra
Hore, Setahun Lagi Bisa Pesiar Keliling Pulau Samosir dengan Kapal Besar
Menapak Menara, Mereguk Pesona Danau Toba