Ya, negeri ini seperti sudah sulit untuk bercanda. Orang gampang marah dan tersinggung. Sementara di pojokan sana, orang ketakutan bicara bebas. Benar-benar sudah tak asyik lagi saat segalanya menjadi komoditas ...segalanya. Â "Local Stand Up Day" bisa jadi sebagai jawaban atas kondisi menyedihkan itu.
Mengutip rilis, Patrick Effendy, salah satu pendiri MLI menggarisbawahi bahwa  orang ketakutan karena melihat di mana-mana orang terasa lebih gampang marah dan cepat tersinggung.
"Kita berharap orang-orang masih bisa berbicara bebas, tanpa perlu dihantui ketakutan," katanya.
Kehadiran Anies Baswedan di penghujung acara, sebagai mistery guest jelas  memberikan banyak makna. Yang tentu saja berbeda dalam benak kepala siapa pun yang menonton. 'Juru bicara' yang didapuk oleh Pandji Pragiwaksono khusus di malam itu, tak dpungkiri memberikan aura positif, sejalan dengan semangat  gelaran "Local Stand Up Day". Kehadirannya di tengah-tengah publik  yang disadarinya bukan pemilihnya itu, dibalas dengan antusisme penonton. Cantik bukan!
Jika perang kepentingan  itu memang eksis, benar-benar ada dibalik kelambu negara ini, dan merasuk dalam sendi-sendi tulang, biarlah itu hanya ada di tulang para oknum-oknum pelaku yang sudah tua-tua. Toh usia tak lama ditelan senja. Biarlah generasi pengganti kelak, kawula muda menghapusnya dengan tawa di tengah ragam perbedaan yang dipandang klimaks dengan optimis.
Cela dan tawa yang terpelihara, dan menjadi bahasa suara hati kawula muda yang mungkin akan mencatat sejarah lewat kata tawa. Tawa yang terus menyala. Tawa keberanian tanpa ketakutan berbicara dalam isi kepala beragam beda.
@rahabganendra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H