Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tawa Komika, Tawa Kepedihan Berbicara

9 April 2018   03:16 Diperbarui: 9 April 2018   09:12 2099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joshua Suherman di panggung Local Stand Up Day di Ballroom Kuningan City Mall, Jakarta, Sabtu, 7 April 2018 malam. (Foto Ganendra)

Ya, negeri ini seperti sudah sulit untuk bercanda. Orang gampang marah dan tersinggung. Sementara di pojokan sana, orang ketakutan bicara bebas. Benar-benar sudah tak asyik lagi saat segalanya menjadi komoditas ...segalanya.  "Local Stand Up Day" bisa jadi sebagai jawaban atas kondisi menyedihkan itu.

Mengutip rilis, Patrick Effendy, salah satu pendiri MLI menggarisbawahi bahwa  orang ketakutan karena melihat di mana-mana orang terasa lebih gampang marah dan cepat tersinggung.

"Kita berharap orang-orang masih bisa berbicara bebas, tanpa perlu dihantui ketakutan," katanya.

Komika yang hadir di acara Local Stand Up Day. (Foto Ganendra)
Komika yang hadir di acara Local Stand Up Day. (Foto Ganendra)
Orang tak takut untuk bicara toilet yang tak terawat di SPBU seperti digambarkan kritik jenaka dan menusuk, Gilang Bhaskara. Tak takut berbicara dengan 'bahasa toilet' hingga tak takut untuk bicara tentang 'gobloknya' pemimpin daerah di mata mereka, seperti digambarkan komika menyoroti gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan wakilnya, Sandiaga Uno.

Kehadiran Anies Baswedan di penghujung acara, sebagai mistery guest jelas  memberikan banyak makna. Yang tentu saja berbeda dalam benak kepala siapa pun yang menonton. 'Juru bicara' yang didapuk oleh Pandji Pragiwaksono khusus di malam itu, tak dpungkiri memberikan aura positif, sejalan dengan semangat  gelaran "Local Stand Up Day". Kehadirannya di tengah-tengah publik  yang disadarinya bukan pemilihnya itu, dibalas dengan antusisme penonton. Cantik bukan!

Jika perang kepentingan  itu memang eksis, benar-benar ada dibalik kelambu negara ini, dan merasuk dalam sendi-sendi tulang, biarlah itu hanya ada di tulang para oknum-oknum pelaku yang sudah tua-tua. Toh usia tak lama ditelan senja. Biarlah generasi pengganti kelak, kawula muda menghapusnya dengan tawa di tengah ragam perbedaan yang dipandang klimaks dengan optimis.

Cela dan tawa yang terpelihara, dan menjadi bahasa suara hati kawula muda yang mungkin akan mencatat sejarah lewat kata tawa. Tawa yang terus menyala. Tawa keberanian tanpa ketakutan berbicara dalam isi kepala beragam beda.

@rahabganendra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun