Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jaga Perilaku Naik Pesawat, Karena Nyawa Kita Tak Sendirian

29 Maret 2018   21:52 Diperbarui: 29 Maret 2018   23:30 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perhatikan bahwa penerbangan bebas asap rokok. (Sumber Instagram @djpu151)

Saat kita menjadi pengguna jasa penerbangan/ naik pesawat terbang, pesawat bagaikan kapal kita bersama. Terbang mengantarkan ke tempat tujuan. Faktor keselamatan, keamanan dan kenyamanan sudah pasti menjadi faktor penting bagi setiap penumpang termasuk crew pesawat dan maskapai. Kenyamanan, keamanan dan keselamatan maksimal  diperhatikan melalui penerapan teknologi keamanan pesawat terbang. Namun tanggung jawab keamanan bukan saja ditumpukan pada penyedia jasa penerbangan, tapi tak kalah penting adalah perilaku penumpang. Perilaku kita terkait 'terbang' yang dimulai sejak membeli tiket hingga keluar dari bandara tujuan kita.

Sebagai moda transportasi yang memiliki risiko besar dibandingkan transportasi lain, maka penerbangan harus penuh perencanaan. 'Terbang' bukan sekadar soal kenyamanan, namun adalah soal keamanan, keselamatan. Soal nyawa. Saat menjadi penumpang dalam satu pesawat, nyawa kita tidak sendirian. Itulah mengapa sebagai penumpang pesawat harus mengikuti peraturan, tata tertib yang berlaku dalam penerbangan. Tujuannya jelas, agar penerbangan dapat lancar "Selamanya"... Selamat, Aman, dan Nyaman.

Karena 'Terbang' Harus 'Selamanya'

"Bapak, bersediakah pindah duduknya di sini?" tanya pramugari di pesawat yang kutumpangi di Bandara Soekarno Hatta yang akan bertolak ke Bandara Hang Nadim, Batam pada medio 2008 silam.

"Pindah," pikirku. Aku gak ngeeh, namun aku menganggukkan kepala sembari bangkit dari kursi pesawat sesuai nomor tiketku itu.

"Saya membutuhkan bantuan bapak, duduk dekat jendela darurat ini. Saya akan jelaskan tata cara membukanya jika sewaktu-waktu diperlukan. Bapak bersedia?" jelasnya kemudian. Kulihat ada seorang bapak tua yang duduk dekat jendela darurat itu.

"Ya, Saya bersedia," jawabku. Aah kayak menjawab apa getu hehee. Aku baru ngeh sekarang. Aku menggantikan bapak tua duduk di kursinya, karena bapak tua itu ternyata minta pindah duduk, setelah menolak halus saat ditanya pramugari permintaan bantuan "bertanggungjawab menjaga" jendela darurat itu.

Okelah, aku senang saja pindah duduk dan mendengar arahan pramugari yang cantik itu. Toh ini buat kepentingan bersama jika ada sesuatu yang tak diinginkan. Eh bisa ngintip spoiler pesawat yang bergerak-gerak, sedang bekerja.  Alhamdulillah selamat sampai Batam tanpa perlu membuka jendela darurat itu.

Itu salah satu momen diantara momen lain yang kualami saat menumpang pesawat terbang. Momen yang tak boleh terlupa bahwa dalam satu pesawat kita adalah satu 'tubuh'. Karena 'satu tubuh' itulah semestinya sesama penumpang wajib saling menjaga keamanan, kenyamanan demi keselamatan bersama.

Caranya simple, dengan mematuhi aturan main saat terbang sebagai penumpang pesawat. Semua demi keselamatan bersama. Terbang selamat, aman dan nyaman "Selamanya" sampai tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun