POLUSI UDARA. Itu masalah yang selalu menghantui kesehatan kita. Asap dari emisi kendaraan bermotor menjadi biangnya. Jelas terkait dengan bahan bakar yang digunakan. Aku yang berdomisili di kota metropolitan Jakarta, polusi udara menjadi pemandangan sehari-hari. Tuntutan penggunaan bahan bakar yang lebih efisien untuk kualitas udara perkotaan menjadi lebih baik demi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat adalah keniscayaan.
Bahan Bakar Ramah Lingkungan
Pertamax, itu bahan bakar minyak (BBM) yang kukonsumsi sehari-hari. Maksudnya konsumsi untuk kendaraan bermotor yang kugunakan sehari-hari, baik roda dua maupun roda empat.Â
Ya, memang BBM Ron 92 itu semakin jamak digunakan oleh masyarakat yang beranjak mulai beralih dari jenis BBM premium. Secara teknis pertamax juga lebih berkualitas dibandingkan dengan premium.
Namun tentu saja BBM ini tetap menghasilkan polusi udara. Itu salah satu sebabnya aku menggunakan moda transportasi umum, jika tak mendesak memakai kendaraan pribadi, agar tak semakin menyumbang pencemaran udara.Â
Maunya naik sepeda gowes saja ya, sehat dan ramah lingkungan. Namun di metropolitan Jakarta belum begitu ramah sarananya untuk pesepeda gowes hehee.
Nah BBM berkualitas akan memperkecil dan membatasi emisi kendaran bermotor. Emisi yang mengandung banyak zat berbahaya untuk kita dan lingkungan, seperti karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), sampai volatile hydro carbon (VHC) dan sejumlah partikel lain.
Tujuannya jelas, bahwa produk BBM mampu memperkecil kadar bahan pencemar yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Ini mengingat andil kendaraan bermotor dalam menciptakan polusi udara sangat signifikan. Pertamina mencatat bahwa 70 % -- 86 % pencemaran udara di perkotaan disebabkan oleh kendaraan bermotor.
Oleh karena itulah Pertamina sebagai produsen BBM di tanah air berupaya meningkatkan kualitas BBM sesuai standar internasional, yakni standar emisi EURO. Dan produk EURO IV menjadi salah satu yang digenjot di kilang-kilang minyak miliknya.