Setiap ikut acara bertema kesehatan dan ada stand untuk cek kesehatan, selalu membuat bergidik. Langsung sadar, ingat kesehatan tubuh sendiri. Ingat tensi, kholesterol, gula dan lainnya yang menjadi salah satu yang mesti cek rutin. Paling tidak 6 bulan sekali.
"Data dari IDF (International Diabetes Federation) menyebutkan 1 dari 10 wanita menderita diabetes," kata dr. HM Subuh  saat acara  Simposium Hari Diabetes Sedunia 2017 bertema "Woman and Diabetes" 29 November 2017 di Jakarta. Â
Ini tentang tubuh yang harus dijaga kesehatannya. Tentang cek rutin untuk mengantisipasi segala penyakit. Tentang pergi ke Puskesmas bukan untuk berobat, tapi untuk cek kesehatan. Tentang Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit gula yang merenggut nyawa pengidapnya.
Ada 346 juta orang mengidap penyakit yang dikenal juga dengan sebutan penyakit gula itu pada 2011. Separo diantaranya terdiagnosis dengan baik. Angka meningkat pada 2017 sebanyak 425 juta orang. Data dari International Diabetes Federation (IDF), angka diabetes menjadi beban berat dunia, tentu saja termasuk di Indonesia. Data-data di atas disampaikan oleh dr. HM Subuh, MPPM, selaku Direktur Jendral P2P Simposium Hari Diabetes Sedunia 2017, pada Rabu 29 November 2017 lalu di ballroom Hotel Ritz Carlton, Jakarta.
Data lebih ngeri lagi angka kematian/ mortalitas, diperkirakan ada 1,4 juta orang meninggal dunia karena ulah si gula/ diabetes. Akibatnya kerugian dari sisi ekonomi. Beban yang harus ditanggung paling besar di Amerika Serikat senilai 377 miliar US Dolar. Si Gula pun menjadi penyakit tren peringkat lima pada 2015. Peringkatnya melejit dari peringkat 16 pada 1990. Artinya penyakit ini menjadi momok yang harus diwaspadai.
Di Indonesia? dr. HM Subuh, MPPM menyatakan makin tahun bertambah meski terjadi perlambatan seperti pada 2017 dibanding tahun-tahun sebelumnya, meski masih berkutat di angka lebih dari 10 juta. Indonesia masih menjadi negara yang ke 6 untuk beban diabetes sedunia. Pantas saja kita no 4 jumlah penduduknya.
Namun yang patut digarisbawahi adalah bahwa wanita rentan terhadap diabetes. Info dari dr. HM Subuh menyatakan di Indonesia angka kematian ibu dan bayi tinggi. Satu factor risiko dari diabetes, biasanya kematian diakibatkan gizi buruk, HB rendah tapi kenyataannya diabetes menjadi factor buruk pada para perempuan. Â
"Data dari IBF menyebutkan 1 dari 10 wanita menderita diabetes," kata dr. HM Subuh  saat acara  Simposium Hari Diabetes Sedunia 2017 bertema "Woman and Diabetes" 29 November 2017 di Jakarta. Â
Si Gula, Si Ibu dari Segala Penyakit Tak Menular (PTM)
Pasti sudah banyak yang tahu, bahwa Diabetes Mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh kadar gula darah tinggi. Menurut dr Subuh, diabetes merupakan ibu dari segala penyakit tak menular. Bahkan diabetes bisa kolaborasi dengan penyakit lain seperti Tuberkulosis/ TB. Hubungan TB dan diabetes jelas sekali. Orang dengan diabetes dan TB mempunyai resiko, dari penyakit, kambuhan, sampai kematian.
Dengan symposium ini, DM ibu dari penyakit. Anaknya akan terkena. Artinya hasil dari JKN data BPJS penyakit kardivaskuler, gagal ginjal disebabkan DM.
Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp. M (K) mengamini, diabetes sebagai induk penyakit. Diabetes menjadi pintu muncul penyakit kardiovaskuler, gagal ginjal, hipertensi, penyakit jantung, mata, saraf, dan gangguan kehamilan pada wanita.
Ya, ancaman penyakit lain akan menyerang pengidap diabetes. Bak Caligula raja 'gila' Romawi yang menjadi simbol aib terbesarnya Romawi. Caligula yang mendatangkan 'penyakit' bagi bangsanya dan menghancurkan kekaisaran yang pernah ditakuti dunia pada jamannya. Sistem yang bobrok, kesewenang-wenangan, sampai peraturan yang tak bermoral. Semua terjadi selama masa berkuasa Caligula. Seorang raja yang berbahaya, bagi nama termahsyur Romawi!
Berbahayanya  diabetes sebagai induk penyakit tentu perlu perhatian lebih. Bagi wanita dengan diabetes, mereka akan memberi kelahiran sangat mempengaruhi angka kematian.
"Kita berperang dengan angka kematian ibu," ujar Menkes pada peringatan hari Diabetes Sedunia, 29 November 2017 di Jakarta itu.
Pola Hidup Sehat dengan Cerdik
Bagi kita pun perlu sadar dengan ancaman diabetes ini. Upaya pengendalian harus dilakukan. Â Perilaku CERDIK harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Rajin dengan cek gula darah, cek kesehatan berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas, diet seimbang dalam mengonsumsi makanan. Perhatikan asupan buah dan sayur. Lalu istirahat yang cukup, dan kelola stress. Kita tidak bisa menghindari stress, namanya manusia hidup, pasti punya masalah. Namun, sedapat mungkin mengelolanya, sehingga stress tidak berkepanjangan.
Aku teriang  dengan kata-kata yang disampaikan dr. Koesmedi priharto, SpOT selaku Kepala Dinkes DKI Jakarta bahwa soal pencegahan dan pengendalian diabetes ini harus radikal! Bagi Koesmedi program door to door, datang langsung ke masyarakat, lebih baik sesuai tujuannya mengubah gaya hidup masyarakat. Â
Semoga saja negeri kita mampu mencegah, mengantisipasi peningkatan prevalensi diabetes ini. Upaya dengan peluncuran program Indonesia mampu-cegah risiko tinggi diabetes dan hipertensi, semoga menjadi pengingat, pendorong untuk tak terlena perhatian dari penyakit gula ini. Â #SalamSehatÂ
@rahabganendra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H