BICARA soal produk dalam negeri, seberapa kita sudah mencintai lalu membeli dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari? Paling gampang adalah batik. Batik identik banget dengan Indonesia, karena factor budayanya.
Di Amerika Serikat sejak Obama sampai Trump menggalakkan warganya untuk membeli produk dalam negeri. Begitu pula yang dilakukan di India, Korsel dan Jepang. Itu menandakan betapa mengembangkan indutri dalam negeri itu sangat penting.
Industri Bangkit, Ekonomi Mandiri
Pentingnya peran produk dalam negeri itu disoroti dan dijelaskan Haris Munandar, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Mengembangkan Industri Kecil dan Menengah (IKM) menjadi salah satu solusi terkait permasalahan penyerapan tenaga kerja. Itu seiring dengan adanya transformasi tenaga kerja manusia dengan system otomatisasi. Seperti tol.
Pengembangan IKM harus diikuti kesadaran masyarakat akan cinta produk dalam negeri sendiri. Cinta produk diikuti dengan menggunakannya dengan membelinya. Dengan beli produk maka akan mengembangkan industri lebih besar.
“Harus dicarikan solusi. Kalau kita mau cinta dan membeli produk Indoensia akan mengurangi pengangguran,” jelas Haris saat acara nangkring Kompasiana bertema “Budayakan Cinta Produk Dalam Negeri, Berdayakan Pelaku Industri Dalam Negeri,” pada Minggu, 17 Desember 2017 di Crematology Cafe, Jalan Suryo No.25, Senopati, Jakarta Selatan. Acara Nangkringnya bisa dilihat di sekelumit videoku ini.
Menurut Haris, membeli produk dalam negeri artinya berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia, menyerap tenaga kerja. Kalau kita membeli produk dalam negeri/ Indonesia berimbas banyak hal, seperti meningkatkan daya saing produk dari produk luar.
“Kita berdayakan produk dalam negeri. Kita selama ini berdayakan produk asing dengan membeli pakaian bekas luar negeri,” ujar Haris.
Sementara produk kita sebenarnya sangat menonjol, seperti industri makanan/ minuman, farmasi, tekstil, elektronika. Misalnya makanan. Indomie produk Indonesia beredar dan diminati di Afrika. Selain itu produk kopi mendunia, kopi luwak eksotik. Produk Mayora produknya banyak diekspor. Bahkan soal kosmetika dan farmasi. Indonesia salah satu negara yang handal. Bahkan menurut Haris, elektronika, gadget tren, ada 54 juta gadget di Indonesia. Sementara tekstil, industry besar menyerap tenaga kerja yang besar.
“Barbie itu produksinya di Jawa Barat,” kata Haris Munandar, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Banyak produk dalam negeri yang bahkan kita tak mengenalnya. Perlu kesadaran lebih untuk mencintai dan membeli produk sendiri. Menurut HAris, mencintai produk Indnesia harus dengan memilikinya. Harus ada perubahan mindset.
“Masanya kita bangkit. Industri bangkit, ekonomi mandiri,” kata Haris.
Haris menguraikan bahwa pemerintah mendorong IKM. IKM berperan mampu menyelamatkan dari krisis global. Ada 4,59 juta unit IKM. Data dari haris menyebutkan bahwa sector industri 16,57 orang yang siap memenuhi kebutuhan. Jadi ekonomi mandiri dapat menyerap tenaga tenaga kerja yang besar. Oleh karena itulah Pemerintah berupaya dengan program mencetak wirausaha baru, untuk mengembangkan IKM.
Beli Produk dalam Negeri Berkontribusi untuk perekonomian Indonesia
Pentingnya membeli produk dalam negeri ini harus dimulai. Berawal dari mengenal produk sendiri. Akhyari Hananto, Founder & Editor in Chief Good News From Indonesia mengungkapkan data yang membuat miris, dimana generasi muda tak banyak yang mengenal produk apa yang diproduksi dalam negeri.
“Ada 400 mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, saya minta sebutkan produk-produk Indonesia yang mendunia. Mereka tahunya cuma indomie,” kata Ari.
Padahal banyak produk Indoensia menjelajahi Negara-negara di dunia. Mungkin Anda tak menyangka kalau Kopiko itu sudah dikonsumsi mancanegara. Juga GT Radial Gajah Tunggal yang digunakan di Inggris, Jepang. Sepeda Polygon pabriknya di Sidoarjo, Indomie yang digunakan sebagai makanan pokok di Nigeria.
“Tahun lalu Indomie nomor 6 produk dunia,” kata Ari.
Masih ada lagi di Bandara Swarnabhumi Thailand menggunakan TV Polytron. Eiger produk Bandung. Silver queen, Hot Wheel produk 5,4 juta per tahun. Procold, Essenza.
Atau sudahkah Anda tahu Jco, CFC, Excelso, Lea itu adalah bikinan anak-anak dalam negeri? Soo cinta produk Indoensia, dan membeli menjadi penting. Mengapa?
“Uangnya gak kemana-mana, belikan bahan baku di sini, beli disini, uang berputar di dalam negeri. Barometer sebuah kemakmuran adalah ada uang yang berputar di dalam negeri,” ungkap Ari lebih jauh di acara Nangkring Kompasiana abreng Kemenperin.
Jelas bahwa industry makin bessar, rakyat membeli, kebutuhan bahan baku besar, ga perlu impor, pakai sendiri. Fakta menarik disampaikan Ari, bahwa kolaborasi industry Indonesia makin tinggi no 3 dunia mengalahkan Thailand. Sementara per Juli 2017, pertama kalinya mobile internet Indoensian connection nomor 3 di bawah Thailand dan Singapura. Pertumbuhan e commerce sebesar 27 kali lipat, dan menjadi terbesar di Asia Tenggara.
Pertumbuhan ekonomi Indoensia menjadi penting untuk dikembangkan. Untuk kemandirian ekonomi negeri. Bahkan di masa depan perekonomian Indonesia menjadi arah ekonomi dunia.
“Pada 2030 ekonomi dunia akan bergerak ke Asia dan Indonesia menjadi salah satu bagiannya,” jelas Ari.
Jakarta Creative, Bentuk Kecintaan Indonesia
Menarik sharing dari Iwet Ramadhan selaku Founder TIK by Iwet Ramadhan, Jakarta Creative Hub, yang juga sebagai Penyiar Radio. Menurutnya kesadaran warga negara terhadap produk local, dalam negeri harus ditumbuhkan. Ini seiring banyak yang tak memahami soal produk negeri sendiri.
Misalnya soal batik diklaim Malaysia dulu, kita marah. Iwet pernah bikin voting di radio soal batik, ternyata tak ada yang tahu. Kecintaan hampa. Dia seirng memperkenalkan batik ke anak muda, gak laku.
Pernah Iwet jalan ke Pulau Jawa, cari motif sendiri. Hasilnya gak laku. Banyak yang idealis. Pakai batik tulis, mahal. Poduknya aja Rp. 600 ribu, jual berapa?
Itulah yang membuat Iwet mendirikan Jakarta Creative.
“Pengen banget Jakarta punya merchandise. Di New York, Hongkong ada. Masak di Jakarta gak ada,” katanya.
Benar apa yang dikatakan Iwet, sebagai warganegara KTP DKI Jakarta, aku merasakan betul saat mencari merchandise untuk teman-teman. Susah. Dengan apa yang dilakukan Iwet menjadi hal yang positif dilakukan. Bukan saja memberi peluang ekonomi lebih luas namun juga menumbuhkan kecintaan akan produk dalam negeri.
Di akhir acara Nangkring Kompasiana Kemenperin ini digelar kuis. Beberapa pertanyaan yang disampaikan Pak HAris,dan MAs Ari terkait produk dalam negeri seperti menyebutkan nama bisa dijawab kompasianer dengan baik, seperti Yogi, begitu pula Thurnesyen S yang menjawab terkait produk dalam negeri di mancanegara. Selamat broo.
Yah, pembahasan produk dalam negeri memang menarik. Bikin gemas-gemas gimana getuh, soalnya produk kita banyak dan kaya, emstinya bisa dikembangkan lebih luas. Pemerintah sudah seharusnya mendukung dengan program-program yang dibutuhkan oleh IKM. Seperti pemberian Hak Cipta, memberikan bantuan perawatan. Juga mendorong ke depan bagaimana temapt-tempat tertentu difasilitasi. Misalnya bandara, tersedia produk Indoensia yang ada di pesawat, seperti souvenir.
Sooo jangan telat, mari kita cintai produk dalam negeri dengan membeli dan menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari. Bukan saja membuka lapangan kerja industry, tapi yang lebih jauh lagi adalah perekonomian Indonesia menjadi mandiri. #Salam Cinta Produk Indonesia
@rahabganendra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H