Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menjaga Asa Tentang Owa Jawa di Kesunyian Gunung Gede Pangrango

21 November 2017   11:55 Diperbarui: 21 November 2017   15:09 2478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak tanaman berkhasiat di Hutan Konservasi Bodogol. (Foto: Ganendra)

Banyak tanaman berkhasiat di Hutan Konservasi Bodogol. (Foto: Ganendra)
Banyak tanaman berkhasiat di Hutan Konservasi Bodogol. (Foto: Ganendra)
"80 % tanaman di sini adalah tanaman obat," kata Odil, relawan yang memandu trekking rombongan Kompasianer menjelajahi sebagian kecil hutan konservasi Bodogol, Jawa Barat pada Senin, 13 November 2017.

Memang trekking sekira 1,3 km itu berjalur setapak di tanah basah yang kanan kiri tumbuh beragam tanaman. Khasiatnya beragam mulai dari obat gatal, batuk, pendarahan, pencernaan, obat jerawat dan lain sebagainya.

Di samping tanaman di hutan ini terdapat habitat liar hewan yang dilindungi dan terancam punah. Ada macan tutul, elang Jawa, Kukang Jawa dan Owa Jawa! Hewan yang disebut terakhir ini terdeteksi ada 13 keluarga. 

Ya, keluarga, karena Owa Jawa memang hidup monogami alias hanya dengan satu pasangan saja. Sampai mati.

Trekking di Hutan Konservasi Bodogol. (Foto: Ganendra)
Trekking di Hutan Konservasi Bodogol. (Foto: Ganendra)
Trekking di Hutan Konservasi Bodogol. (Foto: Ganendra)
Trekking di Hutan Konservasi Bodogol. (Foto: Ganendra)
Sebenarnya trekking di alam bebas itu asyik. Banyak pemandangan baru. Di hutan konservasi Bodogol ini ada gardu pandang elang Jawa. Selain itu ada Jembatan Kanopi,  "Canopy Trail" sepanjang 100 meter dengan ketinggian rata-rata 20 meter. "Canopy Trail" ini merupakan tempat interprestasi pengamatan terhadap kehidupan di atas pohon (seperti Owa Jawa)  lebih dekat.

Jembatan Kanopi. (Foto Ganendra)
Jembatan Kanopi. (Foto Ganendra)
Jembatan Kanopi. (Foto Ganendra)
Jembatan Kanopi. (Foto Ganendra)
Jembatan Kanopi. (Foto Ganendra)
Jembatan Kanopi. (Foto Ganendra)
Tentang Pusat Penelitian Konservasi Alam Bodogol

Setiap pagi suara-suara itu terdengar. Bagaikan ungkapan "Selamat Pagi" pada matahari, ritual morning call itu terdengar di antara sunyi pepohonan Hutan Konservasi TNGG Pangrango Bodogol.

"Kalau tadi datang agak pagian, bisa dengar morning call dari sana, biasanya ada di atas pohon Rasamala," kata Ibu Badiah sambil menunjuk ke sebuah arah tempat tumbuh pohon Rasamala (Altingia excelsa).

Ibu Badiah adalah Kepala Bidang Wilayah 3 Bogor, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. (Foto Ganendra)
Ibu Badiah adalah Kepala Bidang Wilayah 3 Bogor, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. (Foto Ganendra)
Ibu Badiah adalah Kepala Bidang Wilayah 3 Bogor, Balai  Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Morning call yang dimaksud merupakan penanda territorial dari Owa Jawa. Artinya di hutan konservasi Bodogol ini Owa Jawa menemukan habitat yang cocok untuk hidup. Secercah harapan akan keberlangsungan Owa Jawa di tengah ancaman kepunahan.

Faktor adanya perburuan liar, perdagangan satwa ilegal, rusaknya habitat asli menyebabkan populasi Owa Jawa turun drastisnya. Saat ini primata ini terancam punah, bahkan disebut-sebut  populasinya hanya berkisar dua ribu sampai empat ribuan ekor saja!  Aksi penyelamatan Owa Jawa menjadi penting untuk menjaga kelestariannya.  

Salah satu upaya konservasi dilakukan di Pusat Penelitian Konservasi Alam Bodogol  (PPKAB) yang aku kunjungi dalam ajang Kompasiana Visit bersama Pertamina pada 13 November 2017 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun