Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Awen Mengantar Sebungkus Kwetiau Idaman

31 Agustus 2017   18:10 Diperbarui: 7 November 2017   14:24 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Caption: Ilustrasi dari thenational.ae/

Salah satu contoh ya Awen, penjual kwetiau langgananku itu. Bagaimana dia memiliki pandangan bahwa dengan Pertalite yang berkualitas lebih bagus, ia rela 'berpindah guna' dari premium. Satu alasannya karena lebih sesuai untuk mesin. Meskipun harganya lebih mahal. Kelancaran sepeda motor dengan Pertalite lebih mampu melancarkan jalan rejekinya (transportasi).

Jelas fenomena tersebut mempengaruhi juga para pengusaha SPBU yang tak sedikit dikelola swasta. Bagaimana tidak, Pertalite, Pertamax lebih menguntungkan dengan semakin tingginya permintaan. Pangsa pasar membesar. Bukankah prinsip bisnis berlaku, di mana permintaan tinggi maka celah bisnis lebih menguntungkan. Jadi aku tak heran jika Premium sudah 'lenyap' di beberapa SPBU (tak tersedia).

Melansir data dari Pertamina tentang lonjakan permintaan BBM jenis Pertalite dan Pertamax hingga kuartal 2017, menunjukkan kenaikan signifikan. Pertalite pada 2016 sebesar 31.030 kiloliter/hari. Ini melonjak pada kuartal 2017 menjadi 33.513 kiloliter/hari. Melonjak 8%!

Keterangan foto: Data konsumsi BBM. (Sumber Pertamina).
Keterangan foto: Data konsumsi BBM. (Sumber Pertamina).
Sementara perbandingan kualitas BBM antara Pertamax, Pertalite dan Premium dari segi penggunaan terkait jarak menunjukkan angka tempuh berbeda. Jarak tempuh per 1 liter Premium mencapai 10 Km. Pertalite 11,6 Km, dan pertamax 12,5 Km. Dengan perbedaan angka harga untuk Premium Rp 6.450, Pertalite Rp 7.350 dan Pertamax Rp 8.050 (harga BBM per 5 Januari 2017 wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya).

Secara pribadi dengan adanya BBM yang lebih berkualitas tentu akan dipilih. Meski secara harga lebih mahal, namun jika dihitung dengan jarak tempuh yang dicapai dan dampak negatif terhadap mesin yang semakin minimal, tentu lebih menguntungkan. Fenomena senjakala Premium kah?

Energi Baru, Mimpi yang Terjaga

Sudah lama menjadi isu-isu yang sering kudengar, kubaca soal energi terbaharukan. Sumber energi panas matahari, solar panel, listrik dan lain sebagainya yang bahkan lebih ramah lingkungan dibanding BBM. Apalagi seperti dikatakan Vice President Corporate Communication Pertamina, Bapak Adhyatma Sardjito beberapa waktu lalu di Jakarta yang mengatakan bahwa saat ini negara-negara besar tengah mengembangkan teknologi energi menggunakan baterai.

Sudah sedemikian serius masalah energi menjadi pemikiran dunia. Hingga segala upaya ditempuh mengembangkan teknologi energi. Maka dulu sempat tercercah harapan saat Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan sudah menyentuh 'mobil listrik' dalam programnya. Mobil tanpa BBM Pertalite bahkan Premium, yang lebih ramah lingkungan. Meski berakhir 'pahit'.

Mobil berenergi listrik, solar panel, energi matahari, seingatku sudah menjadi mimpi-mimpi lama yang riil untuk digapai. Inovasi-inovasi bidang energi medesak untuk dilakukan. Dan harapan salah satunya ke tumpuan Pertamina, yang menjadi perusahaan energi nasional. Dan harapan itu masih terjaga, bahwa inovasi Pertamina akan terus dilakukan agar tak ketinggalan dibanding negara lain. Rasanya layak dinanti gebrakan lebih jauh.

Sooo, jangka pendek sih harapannya BBM lancar produksinya, bisa menggunakan BBM kualitas baik. Pasokan lancar, terkendali bukan hanya di Pulau Jawa, tentu juga saudara-saudara di Papua pun bisa menikmati dengan biaya relatif terjangkau tentunya.

Perekonomian berjalan lancar, termasuk Awen dan warga yang senasib pun bisa menikmati BBM berkualitas untuk kelancaran mencari rezeki, guna menopang kehidupan keluarganya sehari-hari. Harapan sederhana tapi berenergi bukan. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun