Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bertahun-tahun Melawan Tuberculosis, Merengkuh Tangan Orang-orang Sepenanggungan

12 Mei 2017   02:11 Diperbarui: 17 Mei 2017   22:56 2427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuli (depan) saat pelatihan pendidik sebaya / peer edukater utk kenaggotaan PETA di RS persahabatan Maret 2017. (Dok Yulinda)

Saat dalam kondisi pengobatan yang masih terhitung lama, beruntung Yuli memiliki sahabat yang sepenanggungan. 10 orang rekanya yang selalu  kompak, datang pada jam yang sama.  Timbul rasa kepedulian dengan 10 temannya. Hingga suatu ketika inspirasi untuk membantu orang-orang penderita TB itu tercetus dalam kelompok paguyuban yang dinamai PETA, singkatan dari Pejuang Tangguh.  Bersama kawan-kawannya, seperti pendiri PETA, Zainy Edi (alm) dari Lampung, Yuli membantu pasien TB, meski dirinya belum sembuh dari penyakit itu. 

“Dapet  Musibah dapet  Berkah,” tutur wanita berjilbab kelahiran Bogor 10 Juli 1987 ini.

Namun bukan hal yang mudah, saat menjalani pengobatan. Seperti pada bulan ketiga, Yuli mengalami halusniasi, muntah setiap hari, puasa gak kuat, yang membuatnya ingin pulang ke Bogor.  Temannyalah yang selalu member semangat. Hingga membuatnya yakin tak boleh menyerah dengan keadaan.   

Bulan ke 9, pada 2012. Yuli dinyatakan konversi, lepas dari pengobatan suntik.  Hingga sampai di 20 bulan hampir selesai, semangat lagi untuk sembuh yang membuahkan hasil. Yuli dinyatakan sembuh pada bulan ke 21, yakni pada  3 Februari 2013 dari pengobatan awal  sejak 3 Mei 2011. Kebahagiaan yang tak dapat diutarakan dengan kata-kata. Bisa dibayangkan selama 2 tahunan minum obat dalam masa pengobatan.

 “Ketika dinyatakan sembuh, perjuangan saya seperti dikasih tiket umroh, haji,” katanya yang mengaku wajahnya pernah hancur, berjerawat, kulit melepuh, hitam, dan badan kurus.

Pelatihan kader TB biasa di RS wilayah Jaktim 2017. (Dok Yulinda)
Pelatihan kader TB biasa di RS wilayah Jaktim 2017. (Dok Yulinda)
Merengkuh Tangan, Membantu Pasien Sepenanggungan

Berkah dari kesembuhannya itu, Yuli bertekad untuk membantu pasien TB melalui PETA bersama rekan-rekannya yang saat ini ada 30 orang. Juga bertemu mentor  Erman Varella Sabir dulunya bertugas sebagai Social Worker KNCV dan bertugas di RS Persahabatn mulai menggerakkan pendidik sebaya (Peer Edukater/ PE).  PE berbasis mantan pasien TB yang dilatih, tujuannya memberdayakan teman-teman, mendampingi pasien yang sedang menjalani pengobatan.   

“Inilah hidup. Saya tak tau ketika saya sakit mengapa Tuhan beri cobaan seperti ini,ternyata Allah punya rencana, mungkin dengan ini jalan sayabisa membantu orang-orang,” kata Yuli yang suka baca buku Khalil Gibran dan ingin traveling ke Jepang ini.

Bagi Yuli, hidup adalah untuk bermanfaat buat orang lain. Sebaik-baik manusia, yang bisa berbuat untuk manusia yang lain. Melakukan dengan sepenuh hati, hingga mendapatkan hasil yang terbaik untuk kita.  

Oleh karena itulah Yuli, saat ini Yuli mengabdikan diri  di PETA sebagai Koordinator lapangan. Ia bertanggungjawab mengkoordinir, mengatur jadwal teman-temannya setiap harinya. Bersama rekan-rekannya menunaikan tugas melalui program-program yang dibentuk seperti, Hospital visit di RS persahabatan, Home visit yakni mengunjungi pasien yang mangkir, mengunjungi pasien yang sudah terdiagnosa MDR tapi belum berobat dan lain-lain.  Sebuah aksi mensupport  Kementerian Kesehatan Sub TB, KNCV, dan bermitra  dengan NU, maupun PR TB Aisyiah.

“Teman-teman juga menjadi supporter, pendamping di berbagai puskesmas di Jakarta,” tutur wanita yang mengagumi Mama Theresia, sosok yang menginspirasi kesosialan dirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun