Tentu itu tak lepas dari adanya bakat dan talent yang luar biasa. Aku cukup takjub dengan raihan prestasi dari SMA Rembang yang menjadi kampiun FFPI 2016 kategori pelajar. Bahkan Risa Romantika mengaku baru pertama acting dan ternyata film yang dilakoninya mampu menyisihkan 276 karya film pendek pelajar lainnya. Keren bukan?
“Senang banget bisa juara 1, ini pengalaman pertama kali ikut bermain. Sejak awal aku tertarik karena ceritanya keren,” kata Alumni SMA Rembang ini yang saat ini kuliah di Politeknik Kesehatan jurusan Kebidanan.
“Ingin mengangkat potensi local juga dari segi bahasa,” kata Iskandar kawan Risa yang banyak berperan dalam produksi.
FFPI Antara Panggung dan Animo Tinggi Sineas
Ajang kompetisi film pendek FFPI 2016 ini adalah hajatan dari Kompas TV berkerjasama dengan Fakultas Film dan Televisi Universitas Multimedia Nusantara. Film pendek karya peserta sudah dijaring sejak 1 oktober 2016 sampai dengan 20 Desember 2016. Awalnya digelar workshop untuk kalangan pelajar dan mahasiswa di 10 kota di Indonesia. Dalam workshop diajarkan menyusun ide cerita film secara kreatif dan inspiratif.
Menjadi pertanyaan, mengapa KompasTV sebagai televisi berita aktif concern dengan film pendek?
Mbak Oci menjelaskan bahwa film adalah cerminan masyarakat. Film adalah produk dari satu bangsa. Nah bagaimana satu masyarakat dikenal satu dengan lainnya adalah melalui karya film.
“Karena itu Kompas TV sebagai televise berita dan inspirasi Indonesia, tidak saja berkewajiban untuk mempublikasikan berita-berita akurat, namun seperti diajarkan founding father kami, Yakoeb Oetama bahwa Kompas TV tak boleh berhenti menumbuhkan harapan bagi bangsa ini, salah satu caranya adalah melalui festival film pendek ini,” kata Mbak Oci.
FFPI sebagai ajang kompetisi film diharapkan dapat menumbuhkan semangat sineas muda Indonesia dalam menciptakan film berkualitas dan kaya akan muatan lokal daerahnya masing-masing. Dan benar, sineas-sineas muda dari daerah dominan terjaring di ajang yang merupakan tahun ke-3 KompasTV mengadakan FFPI.
Bukan hanya itu, latar belakang tingginya animo film-maker di Indonesia pada penyelenggaraan festival di tahun sebelumnya, yakni 2014 dan 2015. Melihat fakta riil juga, atas tingginya pertumbuhan komunitas film di Indonesia dan sangat minimnya “panggung”. Panggung untuk mereka menampilkan karya-karyanya.