“Mau ikut nyeberang?” tanya lelaki itu.
“Ikutlah, pan pengen liat mangrove,” jawabku sambil kutinju perutnya. “Udah jauh datang dari Jakarta juga, plus belum tidur semalaman,” batinku.
“Ooo, ntar yak aku singkirin buaya-buayanya dulu,” katanya sembari terkekeh.
Kocak juga ternyata si Gatot. Yaa, aku ketemu Gatot Swandito, Kompasianer Cirebon saat di acara HUT Pertamina di Pantai Pantai Mutiara Hijau, Indramayu, Sabtu, 10 Desember 2016 yang lalu. Ternyata banyak celotehnya yang bikin senyum-senyum. Heheee.
Maka berjalanlah kami beserta rombongan kawan-kawan Kompasianer dan rombongan Bu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar bersama Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, dan Bupati Indramayu Anna Sophanah yang hadir di acara.
Tak lama kemudian kami antre perahu kayu yang akan mengantar ke seberang. Terlihat dengan jelas tulisan di seberang “Karangsong”. Itulah pantai yang akan kami tuju. Tak jauh sih, paling 10 menitan perjalanan. Dan aku beruntung dapat menumpang perahu lebih awal, di depan perahu Bu Menteri. Artinya aku bisa jeprat-jepret saat duluan turun nantinya heheee.
Aku hanya mendengar dan focus jeprat-jepret di sepanjang perjalanan. Aku bersama sembilan orang lainnya penumpang perahu kayu itu adalah salah satu rombongan yang mengiringi Bu Siti Nurbaya Bakar, Pak Syamsu Alam, dan Bu Anna Sophanah. Perahu Bu Menteri dan Bupati persis ada di belakang perahu kami.
Diantara deru mesin diesel perahu dan sengatan panas matahari yang mulai beranjak siang, perahu-perahu kecil dengan kapasitas 10 orang itu menyusuri pinggiran hutan mangrove Pantai Karangsong. Terlihat di kiri kanan, beragam tumbuhan yang belumlah rapat dan rimbun. Banyak yang masih ragam tanaman mangrove baru tanam.
Kawasan yang baru diresmikan sebagai Pusat Pembelajaran Keanekaragaman Hayati, Arboretum Mangrove Pertamina pada 10 Desember 2016 kemarin oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar. Peresmian dan aneka kegiatan itu bertepatan dengan peringatan HUT ke-59 PT Pertamina (Persero) yang jatuh pada Sabtu, 10 Desember 2016. Peresmian menjadi bagian dari Program Pemberdayaan dan Pembersihan Pantai Kampung Nelayan di Balongan, Indramayu selain aksi pembersihan Pantai Mutiara Hijau dan Pantai Lestari Karangsong.
Semua informasi flora dan fauna tertulis dengan jelas di papan-papan yang sengaja dipajang di sudut-sudut kawasan. Informasi yang memudahkan siapa saja yang ingin tahu tentang flora dan fauna pantai ini. Oiyaa, pengunjung dapat memasuki kawasan Ekowisata dengan membeli tiket. Dan dihimbau untuk pengunjung mematuhi peraturan dan larangan yang sudah tertulis di sana. Peraturan yang mengacu pada UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Sementara kawasan Abroretum Mangrove yang mempunyai luas 5,6 Ha ini, terdapat 23 varietas mangrove dan tanaman vegetasi pantai yang akan terus dikembangkan. Varietas mangrove seperti Bakau, yang banyak jenisnya. Ada Bakau putih, Bakau minyak, Bakau Kurap atau Hitam, dan Bakau Kecil. Sementara vegetasi pantai di kawasan ini ada Cemara Laut, Pidada merah, Ketapang laut, Waru laut dan lain-lain. Sedangkan fauna, ada beragam seperti Burung Kuntul Besar, Biawak, Burung Kawak Malam Kelabu, Burung Blekok Sawah, Burung Cangak Merah, Ikan Belanak, Kuntul Karang, dan Ikan Gelodok.
Pada 2014, jerih payah yang dilakukan bersama masyarakat membawa dampak positif bagi lingkungan maupun masyarakat. Hingga kemudian pada 2016 tahun ini, Karangsong tumbuh menjadi daerah wisata sekaligus sebagai pusat pembelajaran Keanekaragaman hayati di Indramayu yang menjadi program Corporate Sosial Responsibility (CSR) Pertamina sekaligus Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
Tentu saja pengembangan hutan mangrove yang menjadi Program Pertamina ini akan sangat bermanfaat nantinya buat masyarakat. Seiring fungsi hutan mangrove yang vital. Misalnya saja mangrove berfungsi fisik menjaga garis pantai, mempercepat pembentukan lahan baru, sebagai pelindung terhadap gelombang dan arus, sebagai pelindung tepi sungai atau pantai, dan mendaur ulang unsur-unsur hara penting. Fungsi biologi adalah sebagai nursery ground, feeding ground, spawning ground, bagi berbagai spesies udang, ikan, dan lainnya serta habitat berbagai kehidupan liar.
Satu lagi, mangrove bisa berfungsi ekonomi, rekreasi, penghasil kayu dan bahkan menjadi bahan baku olahan kuliner. Dan itu dilakukan CSR Pertamian melalui UKM binaannya yang telah memproduksi dan mengembangkan kuliner berbahan mangrove!
Wah, keren ini. Gimana tidak, sambil mengembangkan kawasan mangrove, dapat pula memberikan support ekonomis masyarakat melalui UKM. UKM binaan Pertamina ini, sudah memproduksi diantaranya yang berbahan mangrove ada, Terasi Mangrove, Dodol Mangrove, Peyek Mangrove, dan minuman segar Mangrove ‘Jacky Gold.’ Minuman Mangrove dan Dodol Mangrove dibuat dari Buah Pidada (mangrove) yang banyak ditanam di kawasan Pantai Karangsong. Beruntung aku dan kawan-kawan Kompasianer dari Jakarta di-oleh-olehin camilan mangrove ini. Rasanya, enak juga. Layak untuk dikembangkan.
Dan semoga menjadi momentum berharga bagi pengembangan mangrove selanjutnya demi kesejahteraan masyarakatnya. Sebuah harapan masa depan yang telah dinyanyikan hutan mangrove Karangsong dengan indah untuk masyarakat pesisir pantai Indramayu, Jawa Barat.
@rahabganendra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H