Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bappenas di Tangan Bambang Brodjonegoro, Seperti Apakah?

5 September 2016   22:05 Diperbarui: 5 September 2016   22:40 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Isson, Thamrin Sonata dan Thamrin Dahlan, Kompasinaer senior yang hadir di acara. (Foto GANENDRA)

Nah menurut catatan Bambang, selama 16 tahun otonomi daerah, belum mencapai hasil yang diharapkan. Saat ini banyak didorong oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah bereaksi dengan cara masing-masing. Namun demikian ada juga daerah yang mandiri. 

3. Peningkatan produktivitas nasional. 

Produktivitas nasional harus didorong semakin meningkat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Menurut Bambang industry kita agak stagnan.  Indonesia kurang pengusaha di sector industri. Industrialis masih kurang. Kebanyakan jasa dan dagang. Hanya industrialis yang bisa produknya berevolusi dari waktu ke waktu.  

“Boleh bikin list pengusaha Indonesia, berapa banyak pengusaha industrialisnya? Tantang Bambang.

Ia menambahkan bahwa saat ini dibutuhkan industri padat karya. Industry harus mulai memproduksi barang yang berbeda dengan industry pada umumnya. Bambang mencontohkan, industri  seragam tentara. Butuh kualitas berbeda dibanding baju individu. Mulai memperhatikan mode.  

4. Peningkatan daya saing ekonomi nasional 

Bicara daya saing, Bambang mengatakan bahwa itu sesuatu yang gampang diucapkan, namun sulit dilakukan. Daya saing berhubungan dengan negara lain. Dari waktu ke waktu dimensi daya saing Indonesia berubah-ubah. Pada 1990an Indonesia mengalami boming, kayu, migas, di industri manufaktur, padat karya. Industri tekstil, garmen, elektronik, dan sepatu ‘berkibar’. Banyak menyerap tenaga kerja. Posisi pada 1990an Indonesia bahkan menjadi negara terbaik di Asia, yang sebelumnya dipegang oleh Korea dan Jepang. Indonesia paling menarik dibanding Thailand, Malaysia, Filipina karena faktor upah murah, dan pasar domestiknya besar.  

“Bayangkan ekonomi tumbuh 78% didorong oleh industri padat karya yang menyerap tenaga kerja. Kemiskinan turun karena masyarakat punya pekerjaan,” kata Bambang. 

Meski kemudian ‘euphoria’ industri itu terhenti sejak krisis moneter 1998.  Itulah tahun dimana segala sesuatu yang bagus terkait ekonomi Indonesia, hilang seketika. Sektor manufaktur Industri kompetitif, tutup, sektor keuangan kolaps, bank bangkrut.  Setelahnya barang-barang harga mahal. Kita harus bangkitkan industri. Sekarang butuh tempat tenaga kerja, dimana Indonesia banyak penduduk usia muda. Membangkitkan kembali industri manufaktur, pertanian, jasa dan lain-lain. 

Materi Pak Bambang. (Foto GANENDRA)
Materi Pak Bambang. (Foto GANENDRA)
Isu dan Tantangan Pembangunan

Ada dua faktor Isu dan Tantangan Pembangunan yang dijelaskan Bambang, yakni daya serap tenaga kerja rendahdan kemiskinan turun melambat. Yang menjadi sasarannya adalah penyediaan lapangan kerja, peningkatan produktivitas, Perbaikan mutu SDM, Akses penduduk kepada pelayanan dasar, dan Perluasan cakupan Perlindungan/Jaminan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun