“Saya bisa lihat monas, dapat Rp. 40 juta. Di daerah dapat Rp. 10 juta, dan monas tak nampak,” kiasan drg Usman.
Nah, permasalahnnya adalah bagaimana orang tertarik ke daerah, dengan luas daerah negeri yang tertinggal, perbatasan, kepulauan. Nusantara Sehat menawarkan bekerja dalam tim kesehatan. Menekankan pada peluang mengenal daerah-daerah di tanah air, oleh karena itulah peserta tak bisa memilih lokasi penempatan.
Di samping itu NS memberi kesempatan dokter mengembangkan karir lebih jauh. Seperti diungkapkan seorang dokter dari Kemenkes RI yang turut dalam acara, bahwa ada patokan di Undang-undang yang menyatakan untuk penerimaan dokter spesialis, adalah yang pernah berbakti di daerah terpencil. Saat ini dalam pembuatan detail kebijakannya.
Pinggiran, Pelosok, Perbatasan dan Kepulauan
Bagitu pentingnya mengupayakan pemerataan kesehatan di pinggiran, pelosok, perbatasan dan kepulauan negeri ini, tim Nusantara Sehat tentu menghadapi medan yang berat. Akses transportasi ke lokasi yang ‘penuh perjuangan’ dan ragam kesulitan lainnya banyak ditemui. Sebut saja, Putri Nirmala di Long Pahanghai, Kalimantan yang mesti menempuh perjalanan air dan darat berjam-jam. Juga Jemris, Uly dan kawan-kawan timnya di ujung perbatasan barat nusantara, Pulau Belakang Padang yang mesti menggunakan transportasi laut saat melakukan layanan kesehatannya. Maklum bertugas di provinsi kepulauan, Kepri.
Dengan ‘upah’ sebesar Rp. 11,2 juta seperti diungkapkan Kang Maman, terlihat angka yang yang mungkin mencolok dibanding UMR ibukota Rp. 3,1 juta. Tentu saja sikon tempat bertugas juga tak kalah mencolok perbedaannya.
Menarik cerita dr. Mary Sabrina Purba asal Medan yang ditempatkan di pulau tempat Bung Hatta dibuang masa kemerdekaan lampau. Sebuah distrik yang jaraknya cuman sekitar 5 km dari negeri tetangga, Papua Nugini. Menurutnya dari gaji, ada potongan BPJS juga. Awalnya tak ada insentif dari daerah, belakangan dapet atas usaha tim NS memperjuangkannya. Pengalaman dalam bertugas melayani kesehatan, nampaknya heroik banget. Aku intip di facebooknya. Lihat foto-foto medan distrik lokasinya ini.
Cari lokasinya di internet tak ada. Tak tahu keadaan disana. Tahuunya setelah di sana. Cukup berat yang harus dilalui. Wifi tak ada. Kampung gelap. Perjuangan sekali. Untung saja di mess ada lampu. Setiap hari warga ada saja yang datang. Menurutnya dulu Puskesmas yang ada ‘mati,’ sebelum tim NS datang. Tinggal dua orang petugas yang bareng dengan mereka. Akhirnya dr Mary mengaku senang di wilayah tugasnya.
“Kami jemput bola, saya senang bisa berbagi dengan warga di daerah terpencil meski dalam keterbatasan. Merasakan gimana hidup susah,” katanya.