Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sampai Kapan Asap Mengepul di Bibir Remaja Kita?

31 Mei 2016   02:53 Diperbarui: 31 Mei 2016   15:14 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasna Pradityas. (Foto GANENDRA)

Kebiasaan merokok yang memang terlihat biasa, khususnya bagi orang dewasa tentu membawa pengaruh juga bagi perokok belia. Bahwa penjelasan soal bahaya merokok dan efek negatifnya bukanlah tak dipahami. 

Berbagai informasi termasuk di bangku sekolah, tentu soal merokok ini mendapat penjelasan secara medis, bagaimana efek negatif terhadap kesehatan. Bukan itu saja, bahkan di kemasan rokok pun sudah tertera peringatan bahaya merokok. Namun efektifkah?

Peringatan bahaya merokok di kemasan rokok dari waktu ke waktu. (Sumber Wikipedia)
Peringatan bahaya merokok di kemasan rokok dari waktu ke waktu. (Sumber Wikipedia)
“Merokok itu Keren”

Merokok buat gaya-gayaan? Merokok untuk pergaulan? Merokok untuk pertemanan? Merokok itu keren?

Beragam image yang menjadi salah satu pendorong untuk merokok dalam tanda tanya di atas, mungkin banyak yang setuju. Termasuk aku dulu. Awal merokok karena memang atas nama stigma pertemanan, pergaulan antar teman. 

Nikmat merokok? Jujur saja awal-awal merokok, aku gak merasa ada enak. Batuk-batuk dan sesak dada malahan. Cuman karena keseringan kumpul dan otomatis merokok, menjadi kebiasaan akhirnya, sifat ‘nyandu’ yang terbawa dari kandungan rokok pun, menghinggapi.

Bukan itu saja awal perkenalan dengan rokok. Image keren dari rokok yang didengung-dengungkan produsen rokok melalui beragam sarana promosi turut ambil bagian. Mulai dari event music, koran, majalah, media elektronik yang gencar promosi terselubung menyerang ‘otak’ massa remaja, khususnya.

Data Smoke Free Agents (SFA), sebuah komunitas melawan habit merokok, mencatat bahwa generasi muda yang terpapar iklan, promosi, dan sponsor rokok terdiri dari: 89,7 % remaja (usia 13-15 tahun) melihat iklan rokok dari billboard. (untungnya di DKI Jakarta sudah dilarang). Ada 76,6 % melihat iklan rokok di majalah/ Koran. 11,3% remaja memiliki barang dengan logo industri  rokok dan 7,7% remaja pernah menerima rokok gratis.

Smoke Free Agents melakukan pengamatan khusus terkait promosi simbolisasi produsen rokok ini. Seperti dijelaskan perwakilan dari SFA, Hasna Pradityas, bahwa iklan terselubung dan sebenarnya ada yang terang-terangan juga, soalnya terlihat jelas di logo rokoknya.  Bentuknya beragam. 

Misalnya acara-acara yang disponsori rokok, memakai nama acara atau bentuk promosi yang mengidentifikasika namanya terhadap produk rokok tertentu. Ada juga di booth acara digelar berbagai promosi menarik seperti pembagian hadiah merchandise dengan melakukan pembelian rokok jumlah tertentu. Juga melalui konten-konten sosmed yang bersifat organik.

Peraturan terkait roko. (Foto Ganendra)
Peraturan terkait roko. (Foto Ganendra)
Padahal secara hukum telah diatur larangan untuk promosi rokok di luar ruang, seperti DKI Jakarta yang jelas melarang penyelenggaraan reklame rokok dan produk tembakau pada media luar ruang No. 1 Tahun 2015. Larangan pemasangan reklame, neon box, umbul-umbul dan lain-lain tertuang dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 244 tahun 2015. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun