Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hipertensi, Sang Pintu Maut

17 Mei 2016   18:11 Diperbarui: 17 Mei 2016   20:33 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Data Penyebab kematian dari sumber P2P Kemenkes RI. (Ganendra)

“Jika orang bilang, merokok adalah pintu masuk menuju narkoba, maka penyakit hipertensi adalah pintu masuk menuju penyakit berat lainnya yang bisa berujung pada maut.” (dr Lili Sriwahyuni Sulistyowati, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kemenkes RI)

HIPERTENSI. Penyakit yang dikenal dalam bahasa jawa bluedrek ini sudah dikenal dan populer dalam keseharian kita. Orang sering mengenalnya, sebagai penyakit orang yang suka marah-marah. Benar nggak sih? Ternyata untuk mengetahui orang terserang hipertensi atau bukan secara akurat adalah dengan cek rutin tekanan darah kita. Cek rutin menjadi perlu dan penting, agar dapat sejak dini diketahui apakah terkena hipertensi atau tidak. Tentu selanjutnya akan terkait dengan penanganan yang mesti dilakukan, termasuk juga mencegahnya. Kapan terakhir Anda cek tekanan darah?

Hipertensi Berbahayakah?

Hipertensi bahaya nggak sih? Sebagai sebuah penyakit, hipertensi wajib diwaspadai. Mengapa? Mari kita tengok data-data kesehatan menyangkut hipertensi ini. Data  dari Direktorat  Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa sebanyak 8 juta orang tewas setiap tahunnya oleh hipertensi. 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita hipertensi. Sementara itu 1 milyar orang di dunia menderita hipertensi, berdasarkan catatan World Health Organization (WHO) pada 2011.

Bagaimana di Indonesia?

Hipertensi di Indonesia menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia pada 2014 menyebutkan bahwa hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 pada semua umur. Sementara urutan pertama samapi empat adalah stroke, diikuti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan tuberculosis paru.

Hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun sebesar 6,3%, umur 45-54 tahun sebesar 11,9%, umur 55-64 sebesar 17,2%. Sedangkan menurut status ekonominya, proporsi Hipertensi terbanyak pada tingkat menengah bawah 27,2% dan tingkat menengah 25,9%.

Secara nasional, ada hal yang unik bahwa Provinsi Papua tercatat mempunyai Prevalensi Hipertensi Nasional terendah dibanding provinsi lainnya di Indonesia. Berdasarkan data Riskendas 2013, Papua prosentasenya 16, 8 %. Lalu provinsi tertinggi tingkat hipertensinya? Provinsi Bangka Belitung yang menempati urutan pertama, sebesar 30,9 %.

Hipertertensi, The Silent Killer

Hipertensi sang pembunuh diam-diam. Sebutan ini seiring dengan pengaruh hipertensi jika tidak ditangani dengan pengobatan yang baik. Apalagi sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadari menderita hipertensi atau belum mendapatkan pengobatan. Padahal hipertensi yang tidak mendapatkan penanganan yang baik menyebabkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal, dan kebutaan. Data Riskendas 2013 menyebutkan bahwa dari 25,8% orang yang mengalami tekanan darah tinggi, hanya 1/3 yang terdiagnosis/ minum obat. Sisanya tidak terdiagnosis. Nah dari hipertensi yang tak tertangani dengan pengobatan inilah yang bisa menimbulkan penyakit lain yang lebih berat.

(Tengah) dr. H. M. Subuh, MPPM, selaku Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI. (GANENDRA)
(Tengah) dr. H. M. Subuh, MPPM, selaku Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI. (GANENDRA)
Menurut  dr. H. M. Subuh, MPPM, selaku Direktur JenderalPencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, saat acara Temu Media di Gedung Balitbang Kemenkes RI, Jl Percetakan Negara, Senin (16/5/2015) mengatakan bahwa penyakit mematikan seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal, akan muncul. Hipertensi memicu pada timbulnya empat penyakit yang menduduki rangking mematikan itu.

“ Jadi ada keterkaitan erat antara hipertensi dengan penyakit-penyakit mematikan tersebut,” kata dr. Subuh.

Tingkat kematian yang tinggi oleh hipertensi itulah yang membuat hipertensi dijuluki sebagai salah satu penyakit the silent killer.  Orang sering tanpa keluhan, eh tau-tau ternyata telah mengidap hipertensi. Bagaikan sebuah pintu masuk, hipertensi bila tak ditangani akan membawa ke pintu masuk penyakit lain yang lebih berat. Dan tentunya membawa maut. Gejala penanganan dan kesadaran yang kurang dari individu dalam masyarakat ini yang membahayakan. WHO mengkhawatirkan bahwa prevalensi hipertensi akan menerus meningkat tajam di seluruh dunia. Diprediksi pada 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia akan terkena hipertensi. Ngeriii bukan?

Komplikasi hipertensi. Data sumber dari P2P Kemenkes RI (Ganendra)
Komplikasi hipertensi. Data sumber dari P2P Kemenkes RI (Ganendra)
Ketahui Tekanan Darahmu

Kapan tekanan darah dinyatakan hipertensi? Data dari Kemenkes RI, menyebutkan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik > 140 mmHg atau tekanan darah diastolic >90 mmHg. Menurut dr. Subur,  standar nasional dari persatuan jantung Indonesia menyebutkan tekanan darah 120-129 mmHg adalah normal. 130-139 mmHg  adalah normal tinggi, ini sudah warning. Tekanan derajat 1 adalah 140-159 mmHg, derajat 2 adalah 160 – 179 mmHg dan derajat 3, diatas 180 mmHg. 

Hal senada dijelaskan dr Lili Sriwahyuni Sulistyowati selaku Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kemenkes RI di acara yang sama, bahwa gampangnya tensi normal bagi orang awam adalah 120/80 mmHg. Nah pengukur tekanan darah juga harus dilihat pada saat normal.

“Jangan habis ngejar angkot, naik tangga, atau aktivitas berat lainnya, ntar pasti tinggi dong,” katanya.

dr. Lili menganjurkan yang penting selalu rutin melakukan cek tekanan darah, agar dapat dipantau kondisi tensi. Hal ini untuk mencegah agar dapat dilakukan tindakan sedini mungkin.

“Jangan malu malu, sedia payung sebelum hujan,” sarannya.

Ibu dr Lili Sriwahyuni Sulistyowati selaku Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kemenkes RI . (GANENDRA)
Ibu dr Lili Sriwahyuni Sulistyowati selaku Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) Kemenkes RI . (GANENDRA)
Kok Bisa Terkena Hipertensi sih?

Hipertensi berkaitan dengan gaya hidup yang tak seimbang. Kebiasaan tak menyehatkan baik itu dari pola makan, aktivitas kurang, kebiasaan buruk bisa menyebabkan hipertensi. Nah dari pola makan, bisa dilihat apakah gizi telah seimbang? Bagaimana konsumsi gula, garam dan lemak?

Menurut dr. Lili, pola makan harus diperhatikan. Apalagi kuliner di Indonesia enak-enak dan lezat. Misalnya makanan bersantan, makanan yang sering dipanasin dan lain sebagainya.

“Misalnya kalau di Jawa ada sayur lodeh. Dipanasin terus makin ‘marem’ rasanya, padahal ini tidak menyehatkan,” tuturnya. 

Jadi perlu diperhatikan gizi seimbang dengan membatasi asupan gula, garam, lemak (Dietary Approaches to Stop hypertension). Sebaiknya jangan menambahkan garam di meja makan dan menghindari makanan asin, cepat saji, makanan kaleng, dan bumbu penyedap (vetsin). Buat porsi makan yang tak ‘mbosenin.’  50 % makanan terdiri dari sayur dan buah. 25 % karbohidrat, 25% protein.

Fakta menarik tentang kaitan kuliner dengan hipertensi, terjadi di Papua. Prevalensi Hipertensi Nasional yang hanya 16,8, menurut dr. Lili kemungkinan besar dipengaruhi juga oleh factor makanan yang diolah dengan dibakar, tanpa minyak dan bumbu-bumbu lainnya.

“Bakar batu, jadi udang, ikan, daging langsung dibakar tak ada tambahan lain. Kalau kita bumbu pelezatnya banyak,” katanya.

Faktor lainnya, kurang berolahraga atau aktivitas fisik. Gaya hidup aktif serta olahraga yang teratur dapat mencegah hipertensi. Perhatikan berat badan dan lingkar pinggang yang ideal.

Kebiasaan hidup yang tak sehat, seperti merokok dan mengonsumsi minuman keras/ beralkohol. Sebaiknya berhenti merokok. Bagi peminum juga dianjurkan membatasi konsumsi alkohol. Berhenti merokok memang tak mudah. Indonesia menduudki rangking tertinggi di dunia untuk jumlah perokok pria. Secara umum menduduki peringkat ketiga. Angka yang sangat rawan terkena hipertensi.

Hipertensi bisa dihindari dengan mengadopsi gaya hidup sehat. Hidup sehat akan mempengaruhi penurunan tekanan darah. Pastikan kita selalu mengukur kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Sedia payung sebelum hujan. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Yukkk mulai sekarang rutin cek tekanan darah kita. #SalamSehat

#Selamat Hari Hipertensi Sedunia 2016 

#KetahuiTekananDarahmu

@rahabganendra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun