Sebagai nakes dengan ilmu Ahli Gizi, Jemris bertanggungjawab dalam membantu gaya hidup masyarakat dalam kaitannya dengan gizi. Pria alumnus Akademi Gizi Indonesia Makassar (AIGI) ini salah satunya menyoroti soal bahan pangan gonggong yang populer di lokasi penempatannya itu. Ini yang menarik perhatiannya. Fakta yang ditemukannya adalah bahwa Gonggong, si siput laut ini merupakan makanan favorit warga dan sering menjadi santapan utama disamping sea food lainnya seperti cumi/ sotong, udang, dan ikan.
Gonggong yang sangat mudah ditemukan di pantai Belakang Padang, membuat warga sering mengonsumsinya, termasuk makan makanan bersantan. Cara pengolahannya pun beragam. Ada direbus, digoreng, dan terkadang sambal balado serta bersantan. Cara pengolahan yang tak sehat memungkinkan terjadinya tingkat kolesterol meningkat.
“Biasanya di sini, gonggong digoreng dengan menggunakan minyak yang sama,” kata Jemris yang lulus pada 2012 ini.
Menurutnya Gonggong proteinnya tinggi, namun kolesterolnya juga tinggi, inilah yang menjadi sebab Gonggong tak bagus dikonsumsi setiap hari. Pasalnya sangat beresiko terhadap penyakit seperti stroke. Tantangan bagi Jemris adalah mengubah pola makan khususnya terhadap Gonggong pada warga. Tentu tidak mudah mengingat warga sudah berbudaya mengonsumsinya sejak lama, apalagi factor mudahnya Gonggong diperoleh sehingga tak perlu membeli. Anjurannya adalah diimbangi makanan sayuran, buah dan berolahraga, beraktivitas fisik yang cukup tiap hari.
“Ka saya mw bawa gongong rebus ke BPOM untuk cari tw nilai gizix tpi apa daya tngan tak sampe,” demikian bunyi inboknya.
Yaa, saking ingin tahu Jemris ingin lebih jauh mengetahui tentang kandungan dan efek Gonggong ini jika direbus. Tidak digoreng seperti dilakukan warga. Pertimbangannya dengan merebus Gonggong, bisa menurunkan biaya untuk membeli minyak goreng. Dalam pikirannya bertanya-tanya, apakah dengan rebusan bisa berefek menurunkan angka penyakit kolestrol dan hiprtensi. Perlu diteliti lebih jauh secara ilmiah.
Gizi Buruk dan Taman Gizi di Pulau Penawar Rindu
Geografi kepulauan di Belakang Padang yang dikenal dengan sebuatn Pulau Penawar Rindu ini, ada 6 kelurahan di pelosok-pelosok pulau yang harus ditempuh menggunakan transportasi air. Jemris dan kawan tim Nusantara Sehat lainnya berdaya upaya mewujudkan program-program untuk layanan kesehatan pada masyarakat pulau. Tugas yang memang harus dilakukan Jemris dengan segala tantangan dan kendalanya.
Fokus dalam perhatian gizi masyarakat di Pulau Belakang Padang, Jemris menemukan fakta lapangan yang menyangkut permasalahan gizi buruk. Menurutnya banyak kurangnya kesadaran para orang tua bayi/ balita dalam pengaturan pemberian makanan. Contohnya adalah pemberian jajan di diberikan sebelum makanan pokok. Hal ini menyebabkan anak sudah kenyang dengan jajan, sehingga kurang berselera dengan makan makanan pokok. Akibatnya berat badan anak jadi kurang.
“Kami tetep memberikan pengertian kepada masyrakat khususnya orang tua balita agar tetap mengutamakan pemberian makanan pokok,” kata putra bungsu dari 3 bersaudara ini.