“Ka saya mw bawa gongong rebus ke BPOM untuk cari tw nilai gizix tpi apa daya tngan tak sampe,” kata Jemris via inbok facebook. Duh tulisannya alay Jemris, susah aku ngerti hahaa.
Okelah, ujung-ujungnya Jemris minta bantu untuk meneliti kandungan gonggong rebus. Aku sih seneng-seneng ajah jika bisa membantu. Aku jadi ingat dengan Dr Budiawan, Ahli kimia dari UI yang menguji sianida atas permintaan program Berkas Kompas TV. Ahhh okelah ntar dibantu Jemris. semoga bisa yaaa.
Suka duka tentu selalu ada. Jemris yang pada hari itu (22 April 2016) berulang tahun ke 26 mengaku sedih jauh dari keluargan. Namun dia merasa senang bisa membantu memberi akses layanan gizi kepada warga Belakang Padang.
“Senang bisa melayani anak-anak gizi buruk dan ibu hamil,” kata Alumni dari salah satu perguruan tinggi di Makasar ini.
Di samping itu, senang mempunyai teman-teman baru, menemui kasus-kasus baru berkaitan dengan kasus gizi. Jemris punya resep tersendiri untuk mengusir rasa sedihnya, selain bergaul banyak dengan warga, juga sering nyanyi-nyanyi sendiri dan juga bikin video-video lucu.
Senada Sri Purnamawati sang bidan termotivasi untuk memberi pelayanan terbaik, khususnya di belakang padang. Ia bergabung selian mencari pengalaman juga karena ingin turut mewujudkan pemerataan kesehatan sampai ke daerah terpencil, meski banyak rintangan transportasi. Maklum para nakes di Belakang Padang ini sering mengunjungi pulau sekitar yang harus menggunakan transportasi air.
“Kami sering berhadapan dengan lautan luas, ombak tinggi,” katanya.
Ia berpesan buat teman-teman yang belum minat bergabung di Nusantara Sehat, untuk bergabung. Menimba pengalaman serta bergaul dengan saudara-saudara aneka ragam suku yang unik dan berkarakter.
Nah, obrolan sempat kulakukan juga dengan Yuli. Yulianti Nataya Rame Kana nama lengkapnya, nakes Kesehatan Masyarakat alumni Universitas Nusa Cendana di Kupang tahun 2014. Wajahnya khas daerah asalnya Kupang. Meski perawakannya kecil namun semangatnya terlihat besar saat menjawab pertanyaanku, dihiasai senyum ramah. Yuli termotivasi mumpung masih muda, menggali banyak pengalaman, juga ingin melihat kehidupan dan masalah kesehatan masyarakat di daerah lain. Ia mengaku betah di Belakang Padang.
“Masyarakat welcome baik, seperti berasa di kampung sendiri,” katanya yang sempat khawatir meninggalkan orangtua di kampung halamannya di Kupang. Dia menghimbau rekan-rekan untuk bergabung, menerapkan ilmu dari bangku kuliah.