“Peran pertama adalah oleh para pelanggan lokalisasi. Lalu pasangan beresiko atau istri pelanggan,” jelas Drg. Candra.
Aku jadi teringat, medio 2007 silam, saat sering mengikuti talkshow dan penulisan soal HIV Aids yang digelar Komisi Penanggulangan Aids di Batam. Salah satunya adalah melalui informasi yang akurat dan benar tentang fakta Hiv Aids menyangkut cara penularan, pencegahan dan lainnya.
Dari salah satu acara di Nongsa waktu silam, aku sempat kenal dengan lelaki yang dipanggil Papi. Seorang ODHA (Orang dengan HIV AIDS) yang aktif di Yayasan Gay Batam, waktu itu. Nggak tau juga, kabar sekarang. papi dan kawan-kawannya dulu sempat juga terlibat dalam aksi-aksi sosialisasi mereka tentang HIV Aids melalui seni teater. Ceritanya sih mereka minta bantuanku membuat drama opera dengan model recording. Jadilah ruang studio di kantor, riuh saat mereka proses recording. Duuhh, awalnya merinding juga bergaul sama mereka, meski aku sudah tau soal sulitnya penularan HIV Aids. Keder juga awalnya. Tapi senang bisa bantu mereka. #GakBaper
Prihatin juga, bahwasannya HIV Aids selama kurun waktu hampir satu decade sejak aku bermukim di Batam, ternyata belum menunjukkan fakta yang melegakan. Kota Batam memiliki kasus HIV-AIDS yang cukup tinggi. Ibu Sri Rupiati atau akrab dipanggil Bu Nonong mengamini pernyataan Drg Candra.
“Singapura adalah negara dengan budaya pergaulan bebas. Di Batam, banyak pekerja asing maupun pendatang dari daerah luar yang menerapkan pergaulan bebas,” kata Ibu Rupiati yang telah mengabdi puluhan tahun di Dinkes Batam.
Data dari penjelasan Bu Rupiati menyebutkan ada 641 kasus baru HIV-AIDS di Batam pada 2015. Angka itu merupakan yang tertinggi sejak HIV-AIDS pertama kali ditemukan di Batam pada 1992 silam di Pulau Belakang Padang. Secara kumulatif, ada 4.364 kasus HIV positif sejak 1992. Wuihhh banyak juga ini.
“Saya sendiri yang menangani waktu HIV Aids ini ditemukan dari warga Singapura di Belakang Padang,” katanya.
Saat ini upaya-upaya Dinkes Batam telah dilakukan, seperti melibatkan instansi-instansi terkait termasuk swasta, juga LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan masyarakat. Bukan itu saja komunitas peduli ODHA dan kelompok yang terkena HIV dilibatkan. Mungkin seperti Papi dan kawan-kawannya, yang juga melakukan sosialisasi dan penyuluhan.