Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bergayut Nostalgia, Merekam Jejak ‘Nusantara Sehat’ di Tapal Batas Barat

2 Mei 2016   16:51 Diperbarui: 2 Mei 2016   18:59 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13-572720bbe4afbd23072dae1e.jpg
13-572720bbe4afbd23072dae1e.jpg
Foto bareng (Ganendra)KANTOR KESEHATAN PELABUHAN WILKER BANDARA HANG NADIM BATAM. Papan nama itu terpampang jelas di depan sebuah ruangan di dalam kawasan bandara Hang Nadim. Tak cukup luas. Dan itulah sebabnya rombongan kami, media, blogger dan Kemenkes RI tak tertampung di dalamnya, saat disambut ramah jajaran Kantor Kesehatan Pelabuhan/ KKP di Bandara Hang Nadim.

Di sesi pertemuan sederhana itu, lugas dan ramah Abdul Salam, selaku Kabid Pengendalian Karantina Surveilance Epidimologi Kelas 1 dan Romer Simanungkalit selaku Kasi Karantina KKP, menyambut rombongan. Dijelaskan bahwa KKP ini bertanggungjawab mencegah dan menangkal virus penyakit dari luar bandara yang ‘dibawa’ penumpang pesawat. Misalnya? SARS, flu burung dan sebagainya.

Perlakuan karantina akan dikenakan pada penumpang yang terdeteksi, dicurigai terjangkit penyakit. tentu saja tujuannya agar penyakit tidak menyebar ke pulau Batam, jika sedang terjadi wabag khususnya. Benar-benar sangat penting peran KKP ini. Maka tak heran di setiap pintu masuk transportasi udara, laut, dan darat ada kantor KKP ini.

Untuk di Batam, karena pintu masuk hanya lewat laut dan udara, maka dua titik itu menjadi pengawasan KKP. Bisa dibayangkan di Pulau Batam, hampir dari laut bisa menjadi pintu masuk. ‘Pelabuhan tikus’ atau pelabuhan tak resmi, banyak. Ini yang menurutku menjadi pintu paling rawan.

4-572721708e7e617309a353eb.jpg
4-572721708e7e617309a353eb.jpg
Romer Simanungkalit sedang tanya jawab dengan Blogger dan Media. (Ganendra)

“Kami tak cukup petugas untuk ditempatkan di setiap pelabuhan yang menjadi pintu masuk Batam. Pelabuhan resmi pasti ada petugasnya. Namun kalau pelabuhan tikus, sulit. Tapi Kami tetap melakukan berupaya pengawasan disana,” kata Romer Simanungkalit menjawab pertanyaanku

Usai narsis bareng, rombongan melanjutkan perjalanan dengan bus yang telah disediakan. Dua bus siap mengantar rombongan menuju penginapan Hotel Harmoni One di kawasan kota bisnis Nagoya. Namanya berasa aroma Jepang yaaa. Heheheee. Menyusuri perlahan bandara, keluar melalui jalan utama di Batu Besar. Jalannya tak banyak pilihan. Aku ingat betul jalur ini. Jalur yang kulalui saat menggunakan akses pesawat. Aku baru sekali mencoba jalur laut Batam-Jakarta dengan kapal Pelni. Durasinya 24 jam di kapal. Asik juga, soalnya bisa merasakan pemandangan laut lepas. Untung gak mabok laut, waktu itu.    

5-572720e9f096731608a6f4f7.jpg
5-572720e9f096731608a6f4f7.jpg
Ini lorr yang namanya Gonggong. (Ganendra)

ns-5727213a9593730c12efe8d0.jpg
ns-5727213a9593730c12efe8d0.jpg
Mejeng lagi di Restoran Rejeki hehee. (Foto Nunik)

Mampir untuk makan siang di Restoran Rejeki, Batu Besar. Tentunya menu khas Batam dong, sea food. Ada cumi, ikan laut dan tentunya GONGGONG (Nanti soal kuliner Batam kuceritain tersendiri deh). Sooo… lanjutlah perjalanan. Ini yang membuatku #Baper wkwkwk. Laaa sepanjang perjalanan itu, jalan yang sering kulalui dulu. Dari Batu Besar menyusuri Simpang Kabil, lalu menuju Batam Centre, tempat untuk narsis di area cantik “WELCOME TO BATAM.” Lokasinya samping Masjid Raya Batam, di seberang alun-alun Engku Putri. Alun-alun yang setiap minggu pagi kusinggahi untuk berolahraga dan cuci mata. Alun-alun di sebelah persis kantor Pemkot Batam. Wuidiihh jadi ingat lagi.    

Hingga jelang sore lanjut perjalanan menuju Nagoya. Dan menyusuri jalan yang dulu sering kulalui, jalan Batam Centre, Simpang Jam, Simpang Indosat, Simpang Rujak, Batu Ampar. Kuperhatikan sepanjang jalan. Cukup banyak perubahan. Ada tempat makan lumayan luas di Batam Centre, seberang Hotel Batam yang menuju Ocarina. Dua restoran, satunya Padang. Dulu tanah itu kosong. Sebelahnya ada deretan ruko yang dulu. TAFFETA DEKOR yang berbisnis dekorasi masih ada juga. Diih. Sementara Simpang rujak dengan bejibunnya penjual rujak terlihat makin banyak. Namun lokasinya nampak sudah kian rapi. Dan saat melintas di Batu Ampar, di kejauhan mata memandang arah bukit kecil, itulah Bukit Senyum yang pernah kutinggali. Gedungnya masih terlihat jelas. Aahhh. Jadi terbayang saat masih ber-KTP Batam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun