Sambil cek grup WA yang dibentuk Bu Septy dari Kemenkes RI jauh hari sebelumnya. Grup untuk koordinasi bagi Blogger yang digandeng ke Batam.
“Kemarin ikutan demo Bang,” tanyaku iseng mengusir penat. #Baper Batam sih sebenarnya #eh
“Enggaklah Bang, di rumah saja. Gak suka begitu saya…” jawabnya. Panjang sih jawabnya bla… bla...blaaa. Tapinya aku sudah asiik melihat pagi yang mulai lamat terang. Hujan sisakan rintik kecil. Bentaran nampaknya akan reda.
*
“Ini Mas tiketnya,” ujar Bu Septy sambil menyorongkan tiket bernama asliku, sesaat aku tiba di titik kumpul depan BNI di gate keberangkatan Garuda.
Sudah banyak yang datang. Mas Hendi koordinator media udah nampak dengan celana pendek trendinya. Wartawan perempuan yang muda-muda dan cantik sudah hadir juga. Aku, blogger pertama yang hadir duluan. Masih jam 07.00 WIB lewat dikit. Sembari menunggu sesekali ngobrol ma Bu Septy yang sibuk. Meski aku lebih banyak menatap hengpong eh gawai. maklum #GenerasiGawai, istilah Eyang Anjari, Kepala Opini Publik Kemenkes. Hehee
Satu persatu kawan Blogger datang. Ada Agung Han, Bowo Susilo, Nunik, Shinta. Sementara Adi dan Elisa masih di ujung sono. Sono entah. Soalnya posisi belum diinformasikan melalui grup WA. Terpaksalah kami duluan masuk, jelang hampir pukul 08.00 wib. Menunggu di dalam. Ternyata lumayan lama menunggu. Belakangan diinformasikan pesawat ‘ribet’ parkir #eh kayak mobil di mal aja yaaa, susah nyari parkiran kalau weekend heheee. Eh tapi syukurlah jam 10.00 an take off jugah. Eh belakangan informasi dari Bu Septy, Mak Elisa terlambat datang, jadi tertinggal deh pesawat.
Terbang, jadi teringat masa lalu. Wira-wiri Batam-Jakarta yang hanya berdurasi 1 jam lewat 17an menit. Eh pertama kali ke Hang Nadim teringat banget saat mau ke Aceh pasca tsunami 5 hari, pada akhir 2004. Persis mau tahun baru 2005. Transit di Batam. Dan menjadi pengalaman pertama naik pesawat. Saat bencana pulak. Amazing.
Cuaca berasa panas, lebih panas dibanding dulu saat aku bermukim di Batam, medio 2005-2011. Itu kesan pertama saat keluar dari pesawat. Eh tapi memang cuaca sedang meningkat ding, kek Jakarta juga berasa nambah suhunya. ‘Sumlenget’ panasnya. Berjalan melalui koridor sepanjang ‘terminal’ perasaan tak banyak perubahan di bandara kecil namun merupakan bandara internasional ini. Kulihat pemandangan di seberang bandara, tanah merah bukit-bukit dengan sedikit pepohonan. Kontur geografi berbukit khas di pulau perbatasan barat nusantara ini. Butuh pemerataan tanah untuk membangun bandara yang memiliki landas pacu sepanjang 4.025 meter ini. Daya tampungnya, mampu menampung 18-pesawat berbadan lebar dengan jenis Boeing 767. Panjangnya disebut-sebut sebagai pemilik landas pacu terpanjang di Indonesia dan kedua di Asia Tenggara setelah Bandara KLIA. Wuiihhh hebat juga ya.
Bandara yang terkenal dengan sebuatan Bandar Udara Internasional Hang Nadim terletak di Batu Besar, Nongsa, Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Bandar Udara yang mulai beroperasi pada Minggu, 1 Januari 1984 ini, mendapatkan nama dari Laksamana Hang Nadim yang termahsyur dari Kesultanan Malaka.