Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Batuk-batuk, Awas Tuberkulosis!

24 Maret 2016   04:25 Diperbarui: 24 Maret 2016   10:11 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tema Global Hari TB Sedunia, Unite To End TB. (foto: www.paho.org)"][/caption]“Gejala utama Tuberkulosis adalah batuk-batuk lebih dari 2-3 minggu.” (Dr. Telly Kamelia, SpPD, KP, Divisi Pulmonologi-Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM)

SERINGKALI kita menganggap hal biasa saat sedang mengalami batuk ataupun bersin. Bahkan menyepelekan, menganggap bahwa sifatnya sementara dan akan sembuh dengan sendirinya. Bisa jadi iya, bisa jadi juga tidak. Hal yang paling bijak adalah tetap untuk memperhatikan, siapa tahu itu gejala suatu penyakit. Cek medis menjadi pilihan yang dianjurkan. Bukankah mendeteksi sedini mungkin lebih baik?

Pasalnya batuk berkaitan erat dengan gejala penyakit Tuberkulosis. Jangan dipandang remeh, jika tak ditangani dengan benar, bisa berakibat fatal, kematian. Soo… mewaspadai adalah pilihan terbaik. Ingat kesehatan mahal harganya!

Lalu apa itu Tuberkulosis? Bagaimana gejalanya? Dan bagaimana cara mengenali penyakit yang kuman penyebabnya diumumkan oleh Robert Koch pada 24 Maret 1882 ini?

Data dan Fakta Tentang Tuberkulosis

Tuberkulosis (Selanjutnya disingkat TB), sering dikenal masyarakat dengan sebutan TBC. Dikenal sebagai penyakit menular melalui udara. Data dari Balitbang Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa di Indonesia saat ini diperkirakan ada 1 juta orang terkena TB setiap tahunnya. Sebuah angka yang bukan kecil.  Faktanya ada sekitar 324.000 kasus, dapat ditemukan dan diobati. Ada kesenjangan sekitar 676.000 kasus dan merupakan sumber penularan di lingkungannya.  Ini yang mesti diwaspadai. Lalu mengapa kasus TB cukup signifikan terjadi di masyarakat?

Sebuah fakta yang cukup mengejutkan tentang pengetahuan, sikap dan perilaku warga masyarakat dalam angka prosentase menyebutkan bahwa ada 22% orang tidak mengetahui dengan benar tentang gejala TB. 27% orang tidak mengetahui bahwa penyakit TB dapat disembuhkan. 81% orang tidak mengetahui bahwa obat-obatan TB gratis. Data dari  Balitbang Kementerian Kesehatan RI itu, menyiratkan bahwa titik rawan masyarakat terjangkit TB potensial sekali akan meningkat terus, jika tidak dilakukan upaya-upaya penanggulangannya.

Menjadi sebuah tantangan besar bagi pemerintah khususnya dan tentu saja bagi kita bersama. Meski Program Pengendalian TB yang digalakkan pemerintah telah melakukan perluasan layanan TB, jika masih ada masyarakat yang belum paham tentang risiko TBB dan dimana bisa mendapatkan layanan berkualitas dan obat TB secara gratis, tentu akan menjadi kendala.

Apa itu Tuberkulosis?

Tentang penyakit yang bersifat menular ini, dijelaskan secara gamblang oleh Dr. Asik Surya MPPM, Ditjen P2P Kemenkes RI dan Dr. Telly Kamelia, SpPD, KP, Divisi Pulmonologi-Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM, saat menjadi narasumber di acara workshop memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia di Balitbang Kemenkes Jalan Percetakan Negara, No.29, Jakarta Pusat, Selasa (22/3/2016). Hari Tuberkulosis Sedunia diperingati setiap 24 Maret. Asal usul tanggal tersebut dipilih menjadi peringatan Hari TB Sedunia berkaitan dengan diumumkannya untuk pertama kalinya kuman penyebab TB oleh Robert Koch pada 24 Maret 1882 silam. Untuk  tahun ini tema globalnya adalah Unite To End TB. Sedangkan tema nasional adalah"Gerakan Keluarga Menuju Indonesia Bebas Tuberkulosis," melalui gerakan Temukan Obati Sampai Sembuh Tuberkulosis (TOSSTB).

[caption caption="Dr. Asik Surya MPPM, Ditjen P2P Kemenkes RI. (FOTO GANENDRA)"]

[/caption]Dr. Asik menjelaskan bahwa tuberkulosis merupakan penyakit menular yang berpotensi menjadi serius yang terutama mempengaruhi paru-paru. Disebabkan oleh kuman TB, Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui tetesan kecil yang dilepaskan ke udara melalui batuk dan bersin. Mycobacterium tuberculosis TB dapat menyerang siapa saja, terutama usia produktif 15-50 tahun bahkan anak-anak.

“Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ ataupun bagian tubuh  lainnya, seperti tulang, kelenjar, kulit dan lain-lain,” kata dokter yang pernah mengenyam di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya pada 1990 ini.

TB dapat disembuhkan dan bukan penyakit keturunan apalagi penyakit dari guna-guna atupun kutukan. TB dapat disembuhkan dan akan mengakibatkan kematian jika tidak diobati. Dr. Asik menambahkan bahwa 1 orang dengan TB aktif, menginfeksi 10-15 orang per tahunnya. Dan 1 dari 10 orang yang terinfeksi TB menjadi TB aktif selama hidupnya! Ngeriii!

Lalu Bagaimana Gejala dan cara penularan TB?

“Gejala utama TB adalah batuk lebih dari 2-3 minggu,” kata Dr. Telly Kamelia di acara yang sama.

Kecuali itu ada gejala tambahannya, yakni batuk darah, dahak bercampur darah, sesak napas, nyeri dada, badan lemah, nafsu makan turun, berat badan turun, malaise, keringat malam dan demam. Paling aman adalah segera cek ke dokter apabila mengalami gejala-gejala seperti diatas ketika terasa tidak sewajarnya. Penanganan medis akan lebih bisa terdiagnosis dengan tepat dan akurat, sehingga dapat segera tertangani jika terkena TB.

[caption caption=" Dr. Telly Kamelia, SpPD, KP, Divisi Pulmonologi-Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM. (FOTO GANENDRA)"]

[/caption]Lalu Bagaimana Penularannya?

Menurut Dr. Asik Surya, TB menular melalui udara, baik itu melalui saat berbicara, batuk maupun bersin. Saat berbicara, mengelurkan sejumlah partikel di kisaran 0-210 partikel. Saat batuk ada 0-3500 partikel yang keluar, sedangkan saat bersin sebanyak 4500-1 juta partikel.  

“Jadi sebaiknya saat batuk ataupun bersin kita harus beretika, misalnya menutup mulut,” jelas Dokter yang mengenyam pendidikan Master Public Policy and Management Univercity of Southern California, Los Angeles AS pada 1999 ini.

Untuk penanganan penderita TB, diagnosanya membutuhkan waktu 3 bulan. Pengobatannya membutuhkan waktu 24 bulan, dengan multiple drugs dan injeksi setiap hari selama 8 bulan. Hal yang tak diharapkan adalah adanya rasa mual yang konstan dan muntah yang regular,  risiko menjadi tuli yang irreversibel, dan bisa depresi, halusinasi dan kadang ingin bunuh diri!

“Yang perlu diingat adalah pengobatan TB harus sampai tuntas agar tak kambuh di kemudian hari, serta semangat yang besar untuk sembuh,” kata Dr. Telly.

Risiko bila pengobatan tidak tuntas, akan memunculkan masalah TB kebal obat yang disebut Multi Drugs Resisten/ MDR. Dan apabila kasus MDR tak ditangani tuntas juga maka dapat berkembang menjadi XDR, Xtra Drugs Resisten. Tentu saja penanganannya lebih sulit dan butuh waktu lebih lama.

Saran Dr. Telly ini nyata, seperti pengalaman dua orang mantan penderita TB yang dihadirkan di acara, Yulinda Santosa dan Ully Ulwiyah. Dua orang yang pernah berjuang keras melawan TB yang diderita bertahun-tahun. Pengalaman pahit yang membuahkan manis saat mereka dinyatakan sembuh. Yulinda yang tinggal di Bogor ini terkena TB sejak masih muda. Namun dengan memiliki niat untuk sembuh yang kuat, akhirnya Yuli berhasil sembuh.

"Perlu perjuangan, dan saya puas dengan hasilnya (sembuh)," ujar Yuli yang aktif membantu penderita TB ini.

Sementara Ully terkena TB sejak usia 10 tahun. Dan bersyukur, Ully dinyatakan sembuh sejak 2013 lalu. Saat ini mereka berdua bergabung dalam komunitas PETA (Pejuang Tangguh) yang dihuni para mantan penderita TB. Kegiatannya, sosial, salah satunya adalah Hospital Visit, mengunjungi para penderita TB untuk membantu memberikan semangat untuk sembuh pada penderita TB.

[caption caption="Yulinda Santosa dan Ully Ulwiyah mantan penderita TB yang aktif di komunitas PETA. (FOTO GANENDRA)"]

[/caption]Kampanyekan TB Agar Banyak Orang yang Tahu dengan Benar

Mengingat tingkat dampak fatal akibat TB yang tak tertangani dengan baik maka penting untuk dilakukan penanggulangannya. Penanggulangan dan pengendalian TB sudah dilakukan pemerintah melalui beragam program serta perluasan layanan TB. Salah satunya bertujuan untuk lebih memberikan pehaman dan informasi yang benar pada masyarakat tentang TB. 

Pemerintah berkomitmen kuat pada kesuksesan mengatasi TB. Penanggulangan TB sendiri merupakan target rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) pemerintah melalui Kemenkes 2015-2019. Penanggulangan TB merupakan sasaran Sustainable Development Goals (SDG’s), (100 program prioritas).

Pemerintah melakukan inovasi penanggulangan TB pada 2016 ini, yang dilakukan Kemenkes, seperti:  Gerakan Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSSTB) agar penemuan dan pengobatan TB semakin intensif, proaktif, dan massal. Penanggulangan TB dengan pendekatan kesehatan keluarga agar cakupan penemuan dan pengobatan TB semakin meluas dan meningkat. Memotivasi Pemda/ Pemkot agar mengalokasikan dana untuk penanggulangan TB. Memperluas kemitraan agar cakupan penanggulangan dan pengobatan makin meningkat.

“Kemitraan ini kami lakukan dengan TNI, LSM, ormas, komunitas dan juga Blogger. Karena kasus TB merupakan masalah bersama,” kata Dr Asik Surya.

Menjadi lebih bersemangat dan motivasi tersendiri bahwa upaya pemerintah dalam menanggulangi TB mendapat apresiasi dari Sekjen PBB, Ban Ki Moon, melalui surat kepada Presiden RI tertanggal 7 Maret 2012. 

[caption caption="Award dari Sekjen PBB. (FOTO GANENDRA)"]

[/caption]Apa yang Bisa Dilakukan Blogger untuk Berperan Serta?

Nah, blogger sudah disebut untuk turut berperan serta dalam penanggulangan TB. Menginformasikan ke khalayak luas melalui tulisan di blog maupun sosmed lainnya.

“Saya berharap agar semakin banyak tulisan tentang TB agar TB dapat diketahui public dengan benar,” kata Yuli selepas berbagi kisahnya.

Nah tentu saja ini bisa menjadi lahan blogger untuk berperan kemanusiaan. Menulis dan membagikannya melalui sosial media yang dimiliki tentang segala hal menyangkut TB. Nah sekalian dalam rangka Hari Tuberkuloasis Sedunia yang jatuh pada 24 Maret, digalakkan berbagi informasi di sosial media, seperti facebook, twitter, instagram dengan hestek #TOSSTB boleh dimention ke twitter @kemenkesRI @TBIndonesia. Siap Blogger Kompasianer?

[caption caption="#SayaPeduliTB #TOSSTB (Dokpri)"]

[/caption]

[caption caption="Lihat link di atas. (Capture Twitter Ganendra)"]

[/caption]

Cara lainnya adalah melalui  gambar profil pribadi di Facebook dan Twitter. Caranya gampang tinggal klik saja link berikut. (Seperti pictweet di atas). Ikuti langkahnya. Aku sih sudah pasang (lihat gambar atas). Heheheeeee. Yuuuuk aah berpartisipasi. Sooo, semoga saja sekecil apa pun upaya kita semua dapat memberikan kontribusi kesehatan bagi saudara-saudara di seluruh tanah air. Karena kasus TB adalah tanggungjawab bersama. Mari berbagi informasi bermanfaat dan sehat bersama.

Selamat Hari Tuberkulosis Sedunia!

#TOSSTB #UniteToEndTB

@rahabganendra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun