Malu-malu mereka. Namun menghampiriku dan Kang Nanang Diyanto pun kuminta bantu jepret. Satu anak perempuan kupangku. Senangnya anak-anak itu tersenyum saat difoto. Tak lama kemudian habis menikmati makan siang yang sudah disediakan acara inti dimulai. Mbak Indriani, Head of Datsun Indonesia menyerahkan secara simbolis sejumlah bantuan, materi buku-buku pelajaran dan alat-alat sekolah juga dana pendidikan. Bentuk dari aksi CSR (Corporate Social Responsibility) Datsun kepada public.
Angsa Berkepala Dua
Dongeng. Mendongeng adalah seni belajar yang menyenangkan bagi anak-anak. Dongeng sarana belajar dan bermain yang mudah diterima di benak anak-anak. Dan sesi CSR Datsun itu memberikan kesempatan pada tim risers untuk berkreasi bersama anak-anak Dayak yang bersekolah di SDN Miau Baru. Sejumlah anak-anak berseragam merah putih itu dibagi menjadi lima kelompok. Salah satu kelompok bersama kami dari Riser tim 4. Pilihan metode mendongeng memang sudah kami sepakati.
Dasar pemikirannya adalah kami ingin menyampaikan pesan moral soal yang sederhana namun sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari di ruang lingkup anak-anak, yakni berbagi. Sifat sosial berbagi yang perlu ditanamkan sejak dini. Berbagai adalah tolong menolong dalam setiap kesulitan maupun kekuarangan orang lain. Contoh paling simple adalah berbagi pinjam buku bacaan, saat teman lainnya tidak memiliki. Berbagi makanan saat teman lain tak mampu membeli dan sebagainya. “Indahnya Berbagi,” adalah konsep yang kami tuangkan dalam kisah dongeng “Angsa Berkepala Dua.”
[caption caption="Serunya mendongeng bareng anak-anak Dayak Miau Baru. (foto screenshot video Eka)"]
[caption caption="Serunya mendongeng bareng anak-anak Dayak Miau Baru. (foto screenshot video Eka) "]
Waktu sekitar 30 menitan, membuat kami mendesain sedemikian rupa agar dapat tersampaikan apa yang menjadi pesan. Aku kebagian tugas sebagai pendongeng. Sedangkan Ang Tek Khu dan Eka memerankan masing-masing kepala Angsa. Satu kepala diatas, namanya Kwok dan satu kepala dibawah, namanya Kwek. Peran dalam dongeng itu bertujuan agar lebih mudah dipahami dan juga lebih menimbulkan rasa kelucuan, jenaka sehingga membuat anak-anak itu tertawa. Dan pastinya, harapannya adalah dongeng itu bisa lekat di benak mereka, sekaligus memahami pesan kebaikan di dalamnya.
“Ini angsa kepala diatas, namanya Kwok,” kataku lalu disambut anak-anak dengan teriakan, “kwok…kwok…kwokkk.” Khun yang memperagakan pun berlagak lucu memainkan kedua tangannya seperti sayap angsa.
Kwok berkarakter egois tak mau berbagi makanan dengan Kwek. Dia hanya memberikan kulit buah-buahan yang dimakannya kepada Kwek. Kwok yang pelit, tak mau berbagi, menumbuhkan sifat iri Kwek. Kwek pun akhirnya berpikiran jahat dan meracuni Kwok. Kwok pun tewas. Kwek yang susah mendapatkan makanan setelah Kwok tewas, ikut tewas.
Senang sekali melihat anak-anak antusias mengikuti dan masuk ke dalam cerita. Di akhir cerita enam orang anak yang berani tampil dan sudah melakukan aksi berbagi terhadap teman-temannya, mendapat hadiah kue. Dan apa yang dilakukan setelahnya? 6 anak-anak itu berbagi kue dengan teman-teman lainnya yang tak mendapatkannya. Mungkin sederahana namun serasa membuat kami senang dan terharu. Semoga saja anak-anak itu selanjutnya dapat terus membiasakan saling berbagi di dalam keseharian mereka. Tidak egois dan saling menolong.
[caption caption="Cissssssss. (Foto kang Arul)"]