Di pentas dunia, ekonomi kreatif dunia perannya besar sekali di dunia. Disebut-sebut besarnya 20 % lebih besar daripada ekonomi Jerman yang dianggap negara industri paling maju di dunia. dan 2,5 kali lebih besar dari belanja kebutuhan militer dunia. Wow!!
Namun demikian, ada perbedaan pemahaman tentang ekonomi kreatif, menyangkut defenisinya. Masih menjadi ‘Pekerjaan Rumah’ untuk menyamakan bahasa dan pikiran. Hal ini terjadi bukan hanya di Indoensia saja namun juga di mancanegara. Oleh karenanya ekonomi kreatif, belum mendapat perhatian yang signifikan dalam keseluruhan pemerintahan di dunia. Sebab lainnya adalh masih adanya hubungan antara ekonomi dan budaya yang belum langsung bisa dimodifikasi. Hal lainnya adalah adanya fakta bahwa pendekatan kuantitatif ekonomi bidang kreatif dan budaya masih merupakan hal yg baru. Ricky mencontohkan, misalnya bagaimana jasa desain logo JNE diukur, valuenya berapa? Kalau di Finlandia, Ricky menaytakan bahwa disana telah mengembangkan aplikasi menentukan value dari sebuah desain.
“Jadi problem intinya adalah bagaimana membuat eksosistem yang mendukung keseluruhan yang bisa membuat peran sector-sektor industri kreatif ini, bisa lebih signifikan dan terukur di dalam perannya terhadap pertumbuhan ekonomi,” tutur Ricky yang berbaju hitam-hitam malam itu.
Sosial Media dan Internet
Seperti kiisah pisau Kunmen di awal tulisan ini, di kondisi sekarang di era modern tersedia ‘budaya’ internet, bak meriam yang memuntahkan peluru-pelurunya berupa dunia online, sosial media yang menggurita. Mencengkeram kehidupan sosial dan teknologi komunikasi baru. “Peluru-peluru” itulah yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kira-kira penjelasan dari Iwan Setyawan, selaku CEO Provetic gamblang sekali, bagaimana dunia sosial media mendukung perkembangan industry ekonomi kreatif.
Iwan mencontohkan, Presiden Obama. Pada masa kampanye Presiden AS, menurut Iwan Obama piawai menggunakan dunia sosial media. Pasalnya Obama tau betul, bahwa anak muda banyak di chating room, bukan nonton televisi. Obama mengetahui data sosmed, tau kecenderungan orang memilih seperti apa. Obama juga bikin simulasi tiap hari untuk mengetahui ‘state’ mana yang bakal menang, atau kalah.
“Itu yang harus dilakukan pebisnis di Indonesia. Sophisticated, gak langsung bikin strategi tanpa data,” jelas pakar sosmed yang masih muda ini.
Obama mempunyai tim orang-orang kreatif, yang mampu bikin status. Mengetahui bagaimana berkomunikasi dan meng-create emosi orang.
“Maka jatuh cintalah Amerika, ini cara komunikasi yang canggih. Sinting gak,” kata Iwan retorik.
[caption caption="Twit Obama yang dimaksud oleh Iwan Setyawan selaku CEO Provetic . (Foto Ganendra)"]
Berkaitan dengan ekonomi kreatif perlu disimak adanya kemunculan factor-faktor yang mendukung pertumbuhannya. Iwan menyebutkan fator itu, yakni the rise of middle class, the rise of social media, the rise of social e-commerce.