Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Napak Tilas Peninggalan Hindia Belanda di Pulau Bidadari, Onrust dan Kelor

27 Oktober 2015   23:18 Diperbarui: 28 Oktober 2015   00:37 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Pak Candrian, pada masa itu banyak terjangkit penyakit malaria dan leptospirosis yang sempat menjadi wabah. Jadi maklum sekali, bangunan-bangunannya didesain tahan tikus sebagai binatang pembawa penyakit leptospirosis.

Nah, karena fungsinya adalah asrama, banyak bekas bangunan dengan tipikal panggung. Kenapa? tentu untuk menghindar dari tikus. Uniknya lagi bangunan dilengkapi dengan baja sedalam satu meter kebawah di setiap bangunan asrama.

“Dengan dinding baja yang ditanam itu, tikus tidak bisa masuk ke bangunan,” jelas Pak Candrian. Wuih udah mikir sampai segetunya yaaa. Hehehee.

Eh asrama haji itu dilengkapi juga dengan ruangan tampungan air bawah tanah! Jadi saat aku bareng rombongan ditunjukkan bekas penampungan air itu. Semacam ruangan bawah tanah. Saat salah satu teman meng-ecek, benar, ada air di ruangan bawah.

“Makanya salah satunya kenapa Pohon itu bisa besar sekali, karena banyak air dibawah. Tak kekurangan air,” kata Pak Candrian sambil menunjuk pohon di sebelahnya.

Selain itu ada makam ala Belanda di bagian belakang pulau di samping laut. Makam itu dipagari keliling berbentuk persegi panjang. Kondisi makam ada yang utuh dan ada juga yang rusak. Bentuknya khas makam asing. Selain itu disebelahnya, ada makam pribumi. Ada juga makam yang diduga tempat peristirahatan tokoh DI/TII Kartosuwiryo yang masih diberi bangunan kecil beratap. Ada tiga makam di dalamnya. Namun Pak Candrian tidak yakin mana yang menjadi makam tokoh yang dikenal pemberontak di masanya.

[caption caption="Makam yang diduga salah satunya makam Kartosuwiryo, tokoh DI/TII. (Foto Ganendra)"]

[/caption]

[caption caption="Makam Belanda di Pulau Onrust. (foto Ganendra)"]

[/caption]

Eh kami juga sempat mampir di sebuah bangunan yang ternyata museum. Museum Pulau Onrust. Museum ini menyimpan beragam benda peninggalan jaman Hindia Belanda. Di depan museum ada dua buah meriam masa perang Inggris – Belanda. Meriam yang terbuat dari besi baja yang sudah berkarat namun bentuknya masih mudah dikenali. Ukurannya sekitar panjang hampir dua meter.

[caption caption="Meriam masa perang Belanda - Inggris di depan museum Pulau Onrust. (foto Ganendra)"]

[/caption]

[caption caption="Batu-batu peninggalan di dalam Museum Onrust. (foto Ganendra)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun