Jika diperhatikan benteng ini bersusun dari bata merah. Sudah berlumut meski bata merahnya nampak jelas. Kondisinya tidak lengkap lagi. Dibuat bertingkat-tingkat dengan penghubung model tangga untuk ke lantai bawah. Bentuknya model lingkaran penuh. Nampaknya disesuaikan dengan fungsinya sebagai pertahanan. Ada lubang-lubang di sekelilingnya. Mungkin tempat meriam berada. Dengan desain melingkar maka senjata yang digunakan tentaranya mampu bermanuver 360 derajat. Jadi musuh dari segala arah bisa dibidik. Ada juga sebuah alat berukuran sedang yang sekilas seperti pelontar.
“Itu alat untuk membuat peluru meriam. tinggal dua buah yang ada disini,” jelas Pak Candrian.
Ada papan nama yang menyatakan bahwa benteng ini masuk dalam cagar budaya yang dilindungi pemerintah. Tentu harus dilestarikan yaaa, buat bukti sejarah bahwa Hindia Belanda pernah berkuasa disini. Bahwa penjajahan itu memang benar-benar ada.
Eh asyiknya lagi melihat lingkungan benteng ini, cocok untuk berfoto. Nuansa klasik jaman kolonial, jaman dulu banget kental terasa. Kabarnya lokasi ini konon pernah digunakan sebagai lokasi pengambilan video klip grup band ibukota, Java Jive.
Rekam Jejak Asrama Haji di Pulau Onrust
Setelah selesai menjelajahi Pulau Bidadari kami berkumpul sejenak di ruang Batavia yang lumayan luas. Disitu selain makan siang, kami diberikan pengarahan yang diberikan Pak Candrian dan juga penjelasan tentang pulau-pulau sekitar. Pasalnya kami akan melanjutkan napak tilas ke Pulau Onrust dan Kelor. Sebelum sore menjelang, kami bergegas ke dermaga untuk menumpang perahu kayu yang disiapkan. Ada dua buah. Rombongan pun dibagi dua. Aku masuk di perahu satu dengan 9 teman lainnya, termasuk Pak Candrian. Tujuan kami ke Pulau Onrust. Pulau tempat pertama kalinya kapal Belanda mendarat pada awal penjajahan di negeri ini dan kini menjadi Taman Arkeologi Onrust. Eh Pulau Onrust ini adalah pulau yang paling dekat dengan Jakarta. hanya perlu waktu 15 menitan saja dengan menggunakan perahu tradisional dari Pelabuhan Muara Kamal.
[caption caption="Prasasti di Pulau Onrust.. (foto Ganendra)"]
Tak lama perjalanan dari Pulau Bidadari ke Onrust. Nama pulau 'Onrust' mengandung arti “Tak Istirahat” alias “Sibuk”. Pulau yang tak besar namun banyak bangunan yang sudah runtuh. Ternyata bukan hanya rombongan kami yang datang, turis pun turut berkunjung ke pulau ini. Turun dari perahu, kami berjalan menuju sebuah bangunan yang telah runtuh. Ada puing-puing. Namun ada pula yang telah dipugar. Banyak bekas bangunan di pulau seluas 7,5 hektar ini. Pulau ini menyisakan banyak peninggalan arkeologi, diantaranya sisa pondasi benteng yang luasnya hampir 2/3 pulau, kincir angin, ruang bawah tanah, komplek makam Belanda, dermaga, tanggul pantai, sisa pondasi meriam, dan beberapa bangunan sisa karantina haji.
Nah kami dan rombongan berkumpul di salah satu bangunan yang runtuh. Menurut Pak Candrian, ini adalah bekas bangunan rumah sakit masa Hindia Belanda. Rumah sakit yang dibangun untuk karantina rombongan haji pada masa itu. Yaaa, pulau Onrust ini pada 1911-1933 menjadi tempat karantina bagi haji yang datang dari Tanah Suci via laut selama 3 bulan perjalanan. Mengantisipasi segala penyakit yang terbawa rombonganlah tujuannya.
[caption caption="Peninggalan Barak Haji di Pulau Onrust. (foto Ganendra)"]