Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Napak Tilas Peninggalan Hindia Belanda di Pulau Bidadari, Onrust dan Kelor

27 Oktober 2015   23:18 Diperbarui: 28 Oktober 2015   00:37 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat masuk melalui pintu utama setelah dermaga, aku melihat sebuah batu besar berwarna hitam. Ada patung bernuansa Belanda. Disitu terlihat ada sebuah prasasti yang ditandai oleh Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah DKI Jakarta. Ada tertera penjelasan singkat yang tertulis.

1. Sekitar abad XIX dibangun kembali benteng berbentuk bundar untuk mengawasi dan melindungi Pulau Onrust.

2. Penyerangan Inggris terhadap Pulau Onrust pada 1800-1812 menghancurkan benteng di pulau ini.

3. Pada tahun 1972 berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. CB 11/2/16/’72 ditetapkan sebagai suaka purbakala.

Selanjutnya ditemani Pak Candrian yang banyak pengetahuan tentang pulau ini, kami menyusuri tanah berpasir di Pulau Bidadari ini. Sepanjang jalan hal yang menarik adalah banyak meriam dan patung-patung berkarakter kostum Hindia Belanda. Patung ada di sepanjang jalan yang dilalui. Nuansanya jadi gimana getuu hehehe. Selain itu ada tanaman langka, dengan ukuran beragam, bahkan ada yang besar. Disebutkan bahwa 60 persen lokasi pulau ini adalah pohon. Pantas saja rindang dan sejuk, teredam panasnya. Eh ternyata pohon-pohon itu bukan pepohonan biasa namun pohon-pohon yang langka. Ya, banyak pepohonan ukuran lumayan dengan dilengkapi papan nama bertuliskan nama pohon yang bersangkutan. Ada Pohon Sentigi (pempis acidula), Pohon Perdamaian (baringtonia exelsa), Pohon Kepuh atau Kelumpang (sterculia foetida), Pohon Kayu Hitam (diospyros maritama), Pohon Kosambi, Pohon Glodokan (polyalthea longifolia) juga ada pohon Sejuta Cinta. Wuiih.

[caption caption="Meriam di salah satu sudut Pulau Bidadari. (foto Ganendra)"]

[/caption]

Selain itu ditemukan pula hutan mangrove yang sangat dilindungi. Ada pagar pembatas, dan larangan mengambil maupun merusak bagian mangrove. Tentu saja karena, mangrove sangat penting sebagai salah satunya tempat hunian satwa laut, ikan dan terpenting lagi bisa menjadi sarana pelindung abrasi laut. Eh selain tanaman ada juga binatang yang dilindungi seperti biawak, rusa totol, dan juga Elang Bondol (elang maskot Jakarta). Sempat ketemu juga biawak ukuran sedang.

[caption caption="Seekor biawak melintas di Pulau Bidadari. (foto Ganendra)"]

[/caption]

Nah yang paling menarik di pulau ini ada sebuah benteng pertahanan yang masih terjaga, mesti tak lagi utuh. Benteng Martelo namanya. Namanya sama seperti benteng di Pulau Kelor yang saya ceritakan di atas. Kok bisa ada benteng ya?

Menurut sejarahnya, Pulau Bidadari merupakan salah satu pulau yang pernah digunakan oleh pemerintah VOC sebagai tempat berlabuh sebelum menuju Jakarta atau Batavia. Pulau ini menjadi tempat garis pertahanan serangan laut dari musuh-musuh pihak Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda membangun benteng pertahanan untuk menjaga Jakarta. Salah satunya adalah Benteng Martelo di Pulau Bidadari yang tersambung juga ke Benteng Martelo di Pulau Kelor yang tak jauh jaraknya.

[caption caption="Benteng Martelo di Pulau Bidadari (foto Ganendra)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun