Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tol Cipali Mengantarku Bersilaturahmi di Kampung

3 Agustus 2015   20:34 Diperbarui: 4 Agustus 2015   08:30 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MUDIK tiba. Sebagai perantau di Ibukota, mudik menjadi hal ‘wajib’ yang aku lakukan bertahun-tahun. Bermacet ria, ‘berdesak-desakan’ di jalan dengan pengguna jalan jalur mudik lainnya serta menikmati jalur pantai utara/ Pantura sudah menjadi ‘hidangan’ yang aku rasakan selama ini. Maklum aku mudik selalu via jalur darat. Soo, buatku kunci mudik adalah menikmati setiap perjalanan menyusuri ratusan kilometer menuju kampung halaman. Yaaa, enjoy aja pokoknya.

Begitu pun di momen mudik 2015 ini, agenda mudik aku lakukan menuju Wonogiri, sebuah Kota Kabupaten di Jawa tengah yang berbatasan dengan Kab. Pacitan di Jawa Timur. Kota kecil, kotanya perantau di ujung pantai selatan. Dan menjadi bersejarah karena mudik kali ini, aku sudah bisa mencicipi ruas tol baru Cikopo-Palimanan (Cipali). Tol yang sudah diresmikan Presiden Joko Widodo pada Sabtu, 13 Juni 2015. Terlebih lagi saya merasakan betul, mudik kali ini lebih lancar daripada tahun-tahun sebelumnya. Jarak tempuh pun terpangkas, karena tidak terkena praktik pengalihan lalu lintas yang biasanya menjadi lebih jauh. Tahun ini perjalanan mudik Bogor - Wonogiri selama 19 jam, tahun-tahun sebelumnya bisa mencapai 25 jam.

Intensitas Kemacetan Arus Pemudik

Sebagai pemudik sejak 12 tahun belakangan ini, problem utama yang paling populer tentu saja soal kemacetan. Jalur pantai utara yang menjadi jalur mudik utamaku dari Bogor menuju kampong halaman di Wonogiri, Jawa Tengah sangat akrab dengan arus yang berjubel alias macet. Tentu saja faktor utamanya adalah tingginya para pelaku mudik. Tak bisa dipungkiri, jumlah pemudik yang akan berlebaran di kampung halaman dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Melansir data dari Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan 2015, jumlah pemudik pada 2015 ini diperkirakan mencapai 20.002.724 orang. Hal ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yakni 2014 mencapai 19.618.530 orang, atau mengalami kenaikan sebesar 1,96 persen. Begitu pula pemudik pada 2013 hanya 17.615.197 orang dan pada 2013 sebanyak 18.587.668 orang.

Jumlah pemudik diatas menggunakan transportasi udara, laut dan darat. Untuk pemudik pada transportasi darat memang mengalami penurunan. Jumlah pengguna transportasi darat baik umum maupun pribadi pada 2014 sebanyak 5.231.389 orang, sementara pada 2015 diperkirakan hanya 4.918.964 orang. Artinya mengalami penurunan sebesar (-5,97 persen). Nah dari total jumlah pemudik itu, diperkirakan yang menggunakan kendaraan pribadi mengalami peningkatan. Meningkat sebesar 5,8 persen untuk mobil pribadi dan 7,77 persen untuk sepeda motor.

Pemudik di jalur darat, khususnya yang menggunakan kendaraan pribadi pada 2015 mengalami peningkatan. (dokpri)

Pemudik dengan sepeda motor selalu terlihat di momen mudik tiap tahun. Khususnya yang melalui jalur pantura menuju daerah-daerah di Jawa Tengah dan sekitarnya. (dokpri)

Mudik Ritual Tahunanku Selama 12 Tahun

Sejak merantau meninggalkan kampung halaman pada 2003 silam, kesempatan momen lebaran selalu menjadi spesial. Mudik menjadi agenda tahunan yang aku gunakan untuk mengunjungi orang tua di kampung. Bersilaturahmi pada saudara, dan utamanya ‘sungkem’ pada orangtua, yang alhamdullillah masih lengkap. Bapak dan Ibu.

Ritual mudik sendiri sangat berarti buat saya pribadi. Menjenguk orangtua yang tentu dirindukan, soalnya setahun sekali baru bisa pulang ke kampung. Kadang-kadang saja pulang di luar momen lebaran jika ada kebutuhan mendesak. Dan tentu sangat berbeda nuansanya dengan momen lebaran. Di momen lebaran aku bisa bertemu dengan sanak saudara, kerabat dan teman. Saling bersilaturahmi karena saat bersamaan mudik. Tentu sebuah hal yang sangat membahagiakan. Kecuali itu menggali kenangan masa lalu. Masa kecil. Berasa bahagia bisa mengingat kembali masa-masa silam. Mengunjungi tempat-tempat ‘bersejarah’ dalam kehidupan masa dulu. Tempat-tempat manis yang membahagiakan. Gedung sekolah, melintasi jalur kampung yang sudah berubah lebih baik, wisata jaman dulu, nuansa malam di kampung, bertemu dengan teman sepermainan dan masih banyak lagi.

Telah menjadi kebiasaan dalam 5 tahun belakangan, saat mudik menggunakan mobil pribadi bersama-sama dengan 3 saudara saya. Tentu mudik membawa kendaraan pribadi menjadi pertimbangan. Pasalnya di kampong kami membutuhkan kendaraan untuk bersilaturahmi ke tempat saudara yang jaraknya lumayan. Jadi sangat penting untuk menunjang aktivitas ‘wira-wiri’ di kampong. Disamping itu dengan membawa mobil sendiri biaya perjalanan lebih irit alias ekonomis hehee. Khan 4 orang memakan ‘tiket’ satu BBM, sementara kalau tiket umum mesti beli 4 tiket. Lebih ekonomis. Apalagi bisa bawa muatan sesuai keinginan. Tentunya tak melebihi kapasitas kendaraan dong yaaa. Hehehe.

Mudikku di Momen Lebaran 2015

Sabtu, 11 Juli 2015, aku berangkat mudik bertolak dari Bogor. Artinya H-6 sebelum lebaran Idul Fitri 17 Juli 2015. Sengaja waktu kupilih jauh hari sebelumnya. Terbayang di tahun-tahun sebelumnya, kemacetan luar biasa saat mepet waktu mudik melalui jalur Cikampek, Subang, Indramayu dan seterusnya jalur pantura. Beban over jalur pantura yang memang sering terjadi kala momen lebaran. Momok macet di jalur Subang, Indramayu, Cirebon terbayang jelas. Dulu pada momen lebaran 2012, saat menuju jalur pantura, dialihkan via Sadang melewati hutan-hutan yang menambah jauh jarak. Perjuangan menuju perbatasan Jawa Barat – Jawa Tengah, di Brebes lumayan melelahkan. Kemacetan yang bertahun-tahun yang berulang dan berulang. Dan mimpi yang selalu terbayang adalah, kapan kondisi mudik bisa lebih lancar? Paling tidak kemacetan bisa terkurangi alias lebih ‘manusiawi’.

Mudik pada tahun 2012, saat dialihkan via Sadang yang lebih jauh jaraknya. (Ganendra)

Mudik pada tahun 2012, saat melewati Sadang. (Ganendra)

Nah aku termasuk warga yang cukup senang saat diresmikannya jalur alternatif Tol Cipoko – Palimanan (Cipali). Tol yang diproyeksikan mampu mengurangi beban Pantura dari mulai Cikopo – Jomin – Ciasem – Pamanukan – Lohbenar – Palimanan ini memberi harapan baru bagi kelancaran di jalur Pantura wilayah Jawa Barat. Harapan menikmati jalur yang lebih ‘manusiawi’ kemacetannya tentu aku harapkan. Menghilangkan kemacetan? Tentu belum berharap sejauh itu, minimal arus masih dinikmati ramai lancar. Pasalnya banjirnya kendaraan pemudik tentu sulit dihindari saat momen tahunan lebaran.

Saat ikut acara Kompasiana Visit Tol Cipali bareng Kemen PUPR. (Ganendra)

Mejeng bareng Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR, Velix Wanggai, saat acara Kompasiana Visit Tol Cipali bareng Kemen PUPR pada Sabtu, 4 Juli 2015. (Dokpri)

Dan modal pengetahuan seluk beluk tol sepanjang 116,7 km itu aku peroleh saat acara Kompasiana Visit Tol Cipali bareng Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) pada Sabtu, 4 Juli 2015, menjadi bekal yang sangat berharga saat melintasi tol yang melintasi 5 kabupaten di Jawa Barat, yakni: Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka, dan Cirebon itu. Data dan fakta secara gamblang aku peroleh di acara itu bersama 50 kompasianer yang menjadi peserta. Hingga saat mudik Bogor (Jawa Barat) – Wonogiri (Jawa Tengah) dapat kulalui dengan aman dan lancar serta lebih nyaman dari tahun-tahun sebelumnya. Berikut ini aku berbagi kisahnya.

Sabtu 11 Juli 2015 sekitar pukul 07.30 wib, aku bersama-sama saudaraku bertolak dari Bogor untuk mudik. Seperti tahun-tahun sebelumnya, mudik kali ini aku membawa mobil city car. Kecil, namun cukup untuk kami berempat ditambah barang bawaan. Sengaja mengambil jadwal mudik seminggu sebelum Hari Raya Idul Fitri tentu dengan harapan arus mudik belum cukup tinggi.

Aku sebagai berposisi sopir tunggal, tanpa pengganti, maklum kakak perempuanku ‘keder’ untuk jarak jauh. Melaju dari Bogor melalui tol Jagorawi lalu nyambung ke tol Cikampek. Lumayan lancar sih, meski di beberapa titik agak tersendat, namun secara umum lumayan santai. Aku menikmati perjalanan dengan kecepatan sedang-sedang saja. Yang penting aman. Sekitar pukul 09.30 wib aku sampai di cabang jalur Tol Cipali dan arah pintu keluar Tol Cikampek juga Purwakarta. Arus masih lancar, hingga mulai ramai saat menjelang pintu Tol Cipoko. Antrian mulai terasa. Maklum pilihan waktu mudiknya ternyata banyak kesamaan dengan pemudik lainnya.

Sekitar pukul 09.30 wib aku sampai di cabang arah jalur Tol Cipali dan arah Purwakarta. (dokpri)

Tiba di pintu tol Cikopo. (dokpri)

Menembus Tol Baru, Tol Cipali

Akhirnya sampai juga di gardu tol tarif Cipali. Oyaaa, tarif tol yang diberlakukan jelang lebaran terbagi dalam empat kategori. Besaran tarif sesuai Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 323/KPTS/M/2015 adalah sebesar Rp. 823 per kilometer (km) untuk kendaraan golongan I. Besaran tarif adalah sesuai jarak yang ditempuh. Nah mobilku termasuk dalam kategori kendaraan Golongan I yang dikenai tariff Rp 96.000 (Cikopo-Palimanan). Namun saat momen lebaran berlaku tarif khusus lebaran, tarif diskon 25% berlaku sehingga golongan 1 membayar sebesar Rp. 72.000. Lumayan khan. Dapat potongan Rp. 24.000,-heheee.

Nah untuk tarif termurah sebesar Rp 9.000 Subang-Kalijati. Sementara kendaraan golongan II tarif termurah Rp 14.000 Subang-Kalijati dan termahal Rp 144.000 Cikopo-Palimanan. Kendaraan Golongan III tarif termurah Rp 18.000 (Subang-Kalijati) dan termahal Rp 192.000 Cikopo-Palimanan. Kendaraan Golongan IV tarif termurah Rp 27.500 (Subang-Kalijati) dan termahal Rp 288.500 Cikopo-Palimanan.

Tarif lebaran Rp. 72.000 Cipoko - Palimanan. (Ganendra)

 

Diskon lebaran 25 % euyy. (dokpri)

Lolos di pintu tol Cipoko, minggir sejenak persis di cekungan bahu jalan tak jauh dari pintu tol. Di sebelah kiri memang menjadi pos patroli Jasamarga. Ada beberapa mobil patroli Jasamarga yang parkir dalam kondisi siap siaga. Aku pun parkir sesaat depan mobil patroli. Aku berhenti bukannya mau istirahat sih, sekedar foto-foto buat kenang-kenangan mudik lebaran 2015. Hehehe. Mumpung kondisinya masih lengang dan tak membahayakan karena lega arus setelah pintu Tol Cipoko ini.

Tak lama aku berhenti, lalu melanjutkan perjalanan. Kulihat beberapa rambu-rambu yang terpasang diantaranya soal kecepatan  adalah 60 – 100 km/jam. Aku pun mematuhi rambu-rambu dan memacu kendaraan dengan kecepatan sedang. Jalan beton terbentang mulus berpadu dengan jalan aspal benar-benar asyik buat berkendara. Mobil kupacu awalnya konstan saja 80 km/jam, sambil menikmati pemandangan di kanan kiri jalan. Benar-benar lumayan mengasyikkan memacu tanpa hambatan kemacetan.

Arus masih lengang, jadi aman untuk mejeng di depan Tol Cikopo, buat kenang-kenangan lebaran hehee. (dokpri)

Nah disinilah yang mesti diwaspadai jalan tol Cipali yang menjelujur mulus sepanjang 116,7 km memiliki karakteristik jalan yang memanjakan pengemudi. Kondisi jalan tak ada tikungan tajam. Begitu pula jalanan cenderung rata, hanya sedikit tanjakan dan turunan yang tidak ekstrim. Kondisi yang sangat cocok bagi pengemudi yang suka ngebut. Jadi sangat ditekankan waspada dalam mengemudi. Jangan terlena dengan jalan yang mulus serta menginjak gas terus menerus. Akan sangat berbahaya. Sooo, aku enjoy saja memacu kendaraan tanpa perlu buru-buru. Sayang dong melewati tol terpanjang se-Indonesia ini, lewat hanya begitu saja. Nikmatilah. Heheheee.

Arus di tol Cipali H-7 masih lancar. (dokpri)

Arus di tol Cipali H-7 masih lancar. (dokpri)

Keindahan pemandangan di sisi jalur Tol Cipali. Jangan terlena yaaa bagi pengemudinya. (dokpri)

Sempat juga sejenak mampir di rest area Km 102. Rest area ini salah satu 4 fasilitas rest area dari Cikopo – Palimanan dan tegolong tipe A karena dilengkapi SPBU. Ada 8 stasiun pengisian bahan bakar yang sudah dapat melayani pemudik. Namun saat mudik di SPBU itu belum menyediakan pertamax. Tapi pihak Pertamina menyediakan pertamax ron 92 di kios Pertamina. Terpisah dari SPBU. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan kendaraan yang membutuhkan pertamax. Aku sendiri sudah mengisi pertamax full saat berangkat dari Bogor.

Oiya, sarana lebih lengkapnya, rest area Cikopo -Palimanan ini terdapat di rest area Tipe-B di Km 86, Tipe-A di Km 102, Tipe-B di Km 130 dan Tipe-A di Km 166. Sedangkan rest area Palimanan – Cikopo, ada 4 fasilitas Rest Area Tipe-B di Km 86, tipe-A di Km 101, tipe-B di Km 131 dan tipe-A di Km 166. Ada dua tipe yakni rest area A dan B. Rest Area Tipe-A berkategori besar berfungsi sebagai tempat istirahat dengan dilengkapi SPBU. Sementara Rest Area Tipe-B berkategori kecil yang hanya berfungsi sebagai tempat peristirahatan tanpa ada fasilitas dan fungsi pelayanan seperti yang tersedia di tipe A. Keberadaan rest area tersebut tentu sangat signifikan mengingat jalur panjang tol 116,7 km.

Di rest area km 102 yang sekaligus dipakai sebagai Posko Pengamanan lebaran 2015 ini, lumayan siap untuk digunakan. Ada masjid dan food court bagi pemudik yang ingin beribadah atau beristirahat. Ada toilet dan saat aku mampir ada kendaraan toilet sebagai toilet tambahan yang disediakan. Maklum sudah mulai ramai pemudik. Tentu ini sangat berguna banget. Hehheee

Rest area km 102 yang sekaligus dipakai sebagai Posko Pengamanan lebaran 2015 (Ganendra)

Kios Pertamax. Di rest area km 102 ini jual pertamax ron 92 literan. (dokpri)

Toilet tambahan tersedia. (ganendra)

Sepanjang jalur Cipali kita akan menemukan beragam pemandangan. Mulai dari persawahan, ladang, pepohonan keras, seperti pohon jati dan lain sebagainya. Meski banyak pepohonan namun belum mencukupi secara keseluruhan di jalur tol. Hal itu membuat Tol Cipali saat siang hari terkondisi agak panas.

Pemandangan berselang seling. Melewati 99 jembatan yang terdiri dari 29 undebridge dan 70 overbridge. Diantara indahnya pemandangan pegunungan nun jauh di kanan kiri. Efek dari kondisi tersebut, adalah ancaman angin kencang bagi kendaraan yang melaju. Apalagi saat mudik mobil-mobil citycar dengan ukuran kecil berpotensi berpengaruh saat angin kencang menerpa. Bisa dibayangkan kendaraan bisa labil. Pengemudi harus berhati-hati dan wajib mengikuti petunjuk rambu-rambu tentang maksimal kecepatan. Beberapa ruas jalan maksimal kecepatan adalah 80 kpj dan 100 kpj. Konstan berjalan di lajur kiri dari 2x2 lajur tol, dan fokus menjadi hal yang aku lakukan sepanjang melintasi ruas tol nan ‘mewah’ ini.

Ramai lancar di jalur belah bukit tol Cipali. (dokpri)

Batu Blenong di pinggir tol Cipali yang populer. (dokpri)

Oya, khususnya di momen mudik 2015 kali ini, pihak PT Lintas Marga Sedaya (LMS) sebagai pemegang konsesi Jalan Tol Cikopo-Palimanan selama 35 tahun, menempatkan petugas patrol di setiap 10 km. Tujuannya jelas memantau lebih dekat kondisi mudik di jalur Tol Cipali itu. Selain itu Tersedia juga 20 layar monitor yang terhubung ke CCTV hingga ke pusat Traffic Monitoring Center (TMC). Lokasinya di Kantor PT. LMS yang berlokasi di pintu keluar tol Subang. TMC ini juga berfungsi sebagai pusat radio komunikasi para petugas di area tol Cipali. Tersedia juga call-center di hotline: 0260-7600-600 yang menyediakan layanan jasa dan informasi bagi pengguna tol Cipali. Sooo, kalau ada apa-apa tinggal call deh.

Petugas patrol disiagakan di setiap jarak 10 km.(Dokpri)

Sekitar jam 13.00 WIB lewat aku tiba di pintu keluar Tol Palimanan. Nah tol Cipali ini ada 7 pintu keluar tol yang masing-masing terhubung ke kota-kota di 5 kabupaten. Pertama exit Tol Cikopo di Km 76, exit Tol Kalijati di Km 98, exit Tol Subang di Km 109, exit Tol Cikedung di Km 139, exit Tol Kertajati di Km 158, exit Tol Sumberjaya di Km 167, dan terakhir exit Tol Palimanan di Km 188. Lumayan antri juga sih, maklum sudah mulai banyak yang mudik di H-7. Kuncinya tetap enjoy, nikmati suasana momen di perjalanan mudik, agar tidak bosan. Hehehee. Pintu Tol Palimanan merupakan ujung dari Tol Cipali atau Cikopo-Palimanan sebelum memasuki tol Palimanan-kanci (Palikanci). Aku akhirnya berhasil keluar tol Palimanan, langsung nyambung ke tol Palikanci (Palimanan – Kanci).

Lumayan antri saat keluar tol Palimanan, namun cukup lancar. (dokpri)

Berhasil keluar dari pintu tol Palimanan, jalan lancar. (dokpri)

Tol Darurat Pejagan

Keluar dari tol Palikanci, nyambung ke tol darurat Pejagan. Tol yang memang masih dalam penggarapan ini,  pasalnya medan yang berkerikil dan berdebu membawa sensasi kayak rally Paris - Dakkar deh. Hahhaaaa…. Hingga hari masih sore saat aku keluar dari tol Pejagan dan langsung arah perbatasan Brebes. Berlanjut kemudian menyusuri jalur Pantura di wilayah Jawa Tengah.

Menginap semalam di Pemalang untuk rehat. Soalnya stamina mengemudi sangat perlu, maka istirahat adalah cara tepat untuk menjaga stamina. Hingga keesokan harinya melanjutkan perjalanan mudik dan selamat sampai tujuan di Wonogiri saat mahgrib tiba. Tujuan bersilaturahmi dan sungkem orangtua pun bisa terlaksana. Dan selama 2 minggu menikmati suasana kampung, aku gunakan mengunjungi teman dan sanak saudara, termasuk tempat-tempat yang lekat dengan kenangan. Pastinya lebaran tahun ini sungguh mengesankan.

Menginap di Pemalang. Menikmati perjalanan mudik 2015 tanpa buru-buru, dan saat lelah, menginap adalah cara tepat untuk memulihkannya. (Ganendra)

Begitupun saat arus balek dari Wonogiri – Bogor. Setelah melewati jalur pantura di Jawa Tengah lalu masuk ke Tol Pejagan dan sambung ke Palikanci lalu tol Cipali. Jam menunjuk angka belum jam 21.00 wib saat aku masuk dari Tol Palimanan. Dan kondisi arus saat balek pun cukup lancar. Tak ada kemacetan yang berarti hingga keluar di Tol Cikopo. baru saat tiba di Tol Cikampek, arus mulai ramai. Dan kesabaran menjadi modal utama hingga sampai di rumah, Bogor sekitar pukul 03.00 wib.

Berharap di tahun-tahun mendatang jalur mudik ke Jawa Tengah, khususnya melalui pantura dapat menjadi semakin membaik. Dan pengalaman pertama kalinya mudik melewati tol Cipali ini benar-benar membantuku untuk tak berlama-lama macet. Jika tahun-tahun sebelumnya mesti macet panjang di jalur Subang, Indramayu dan Cirebon baik itu saat arus mudik maupun balek, maka tahun ini lebih enjoy. Membayangkan jika semua jalur tol menuju pantura telah siap sempurna, pastinya mudik di tahun-tahun mendatang lebih nyaman dan lancar. Semoga.  #SalamPemudik

Tiba di pintu tol Palimanan saat arus balek, sudah malam. (dokpri)

Fuiihhh akhirnya tiba di pintu keluar tol Cikopo saat arus balek. (dokpri)

Arus balek di Tol Cipali, saat jam sekitar 21.00 wib. (dokpri)

Rest area km 101 saat arus balek. (ganendra)

39409 km saat berangkat mudik dari Bogor ke Wonogiri Jawa Tengah. (Ganendra)

40925 km akhir saat tiba di Bogor lagi . (Ganendra)

 

Wisata Dam Gajah Mungkur yang populer di Wonogiri. Sudahkah anda kesini? (Ganendra)

 

@rahabganendra

Semua foto adalah dokumen pribadi.

Tambahan sumber referensi

http://www.dephub.go.id/berita/baca/diprediksi-tahun-ini-ada-20-juta-orang-pemudik/?cat=QmVyaXRhfHNlY3Rpb24tNjU=

http://hubdat.dephub.go.id/berita/1348-279-juta-penduduk-akan-melakukan-mudik-lebaran-2014/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun