Museum-museum tersebut masing-masing di desain sedemikian rupa dengan tanpa meninggalkan makna sejarahnya. Lihat saja patung besar Monumen Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang berdiri tegak sambil mengacungkan keris di depan Museum Telekomunikasi itu, mengingatkan pada satelit komunikasi pertama Indonesia, bernama Palapa, sesuai jiwa Sumpah Palapa menyatukan nusantara. Patung ini tentu menarik bagi anak-anak untuk mengetahui lebih jauh. Atau bagi yang mengenal Gajah Mada dari buku sekolah, dapat senang mengetahui sosok patungnya.
[caption id="attachment_358378" align="aligncenter" width="600" caption="Patung tokoh Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapanya, berdiri tegak di depan Museum telekomunikasi. (Foto Ganendra)"]
Sementara itu di Museum Pusaka berada di jalur selatan TMII, berperan melestarikan, merawat, mengumpulkan, serta menginformasikan benda-benda budaya berupa senjata tradisional kepada generasi penerus agar bertumbuh rasa bangga terhadap bangsanya. Museum dengan dua lantai seluas 1.535 m² di atas lahan 3.800 m² ini selain sebagai tempat benda-benda koleksi senjata seluruh nusantara, namun dilengkapi informasi mengenai pusaka, misalnya rincian pusaka, ragam bentuk pusaka, zaman pembuatan pusaka, ragam hias bilah pusaka, berbagai pusaka khas daerah, pusaka dari zaman ke zaman, dan pusaka hasil temuan.
Tentu sejarah kejayaan bangsa di masa silam dapat digambarkan di melalui museum ini. Misalnya saja tentang keris Nagasasra Sabuk Inten zaman Mataram, kujang zaman Pajajaran, keris Singa Barong tinatah mas, karih dari Sumatera, belati zaman Kerajaan Mataram, kudi zaman kerajaan Tuban, pedang zaman Hamengku Bowono IX, dan keris Naga Tapa dari Yogyakarta. Benda-benda pusaka yang sangat bernilai sejarah itu dipajang sebagai benda-benda pusaka unggulan karena langka dan melegenda. Jika terawat dan lestari dengan baik, bukankah berguna bagi generasi penerus untuk mengenal jati diri bangsanya? Dengan mengenal sejarah nenek moyangnya?
Aku jadi ingat masa SMP dulu sering mendengarkan sandiwara radio yang banyak mengangkat kisah berlatar belakang sejarah. Seperti kisah Nagasasra Sabuk Inten di zaman Mataram. Sandiwara yang menurutku sangat bagus sebagai salah satu sarana mengenalkan dan melestarikan kisah-kisah kehidupan jaman kerajaan dulu. Sekarang masih ada ga yaa, sandiwara seperti itu?
Kerajinan Budaya
Melanjutkan perjalanan lebih ke dalam lagi, aku menemui beberapa penjual barang kerajinan. Souvenir shop itu menjual beragam cenderamata khususnya bagi para pengunjung yang ingin membawa ole-ole. Souvenir shop berjajar dengan menjual aneka rupa, mulai dari baju sampai souvenir. Tentu saja barang-barang kerajinan itu menggambarkan dengan jelas replica kekayaan budaya nusantara melalui aneka patung-patung kecil pengantin Jawa, ada juga alat musik dari Indonesia timur. Corak kental budaya yang disuguhkan TMII ini semakin memperkuat brand TMII sebagai pusat wisata budaya paling lengkap di tanah air.
[caption id="attachment_358367" align="aligncenter" width="600" caption="Aneka kerajian budaya sebagai souvenir dijual di TMII. (Foto Ganendra)"]
[caption id="attachment_358368" align="aligncenter" width="600" caption="Aneka kerajian budaya Pengantin Jawa nan klasik dijual di TMII. (Foto Ganendra)"]
[caption id="attachment_358369" align="aligncenter" width="600" caption="Aneka baju bermotif budaya sebagai souvenir dijual di TMII. (Foto Ganendra)"]
Budaya Kuliner Daerah